Flash
Disukai
2
Dilihat
2,427
Berhati Emas
Religi

Berhati Emas

Siang itu Ilham duduk bersandar di bawah pohon. Dedaunan cukup rindang, hingga teriknya sinar matahari tak menyengat tubuhnya. Anak usia sekolah dasar (SD) itu memegang kaleng bekas susu dengan lilitan benang di seluruh sisinya. Wajahnya menunduk. Sesekali tatapannya mengarah ke langit biru di atasnya. 

Dia baru saja kehilangan layang-layang. Bukan karena putus saat diterbangkan, melainkan diambil oleh Danu dan kawan-kawannya. Layang-layang Ilham dirobek, tinggal lidi yang masih tersisa. 

Ilham hanya bisa pasrah atas ulah Danu dan gengnya. Selain badan yang lebih kecil, anak itu tidak berani melawan Danu. Hampir setiap hendak bermain layang-layang, Ilham tak sempat menerbangkan layang-layangnya. Danu dan kawan-kawannya selalu mengambil dan merusak mainannya lebih dulu.

Ketika dia mengamati lidi layang-layang yang tersisa, tiba-tiba anak itu tersenyum. Ilham beranjak dari duduknya dan berlari meninggalkan lapangan.

"Ibu! Ibu!"

Ilham memanggil ibunya yang sedang menyiagi gulma di sawah. Perempuan paruh baya itu menoleh, memayungi kedua matanya dengan tangan, lalu tersenyum pada anaknya. 

"Ilham mau bikin layang-layang, Bu!" teriak Ilham dari pematang sawah.

Perempuan itu mengangguk mengizinkan rencana anaknya.

Anak berambut lurus tebal itu berlari ke rumah. Sesampai di rumah, dia melihat tumpukan bambu kering di halaman. Potongan bambu yang biasa dijadikan kayu bakar diambil sebagian. 

Dengan cekatan, dia mencoba membelah bambu. Saat itu ayahnya datang. Melihat anaknya bersusah payah membelah bambu, sang ayah membantunya.

"Wah, Ayah hebat. Ilham pengen cepet gede biar bisa belah bambu kaya Ayah."

Pak Rohim mengusap kepala Ilham mendengar ucapannya. "Kamu, jangan hanya bisa belah bambu. Belah manusia aja. Jadi dokter ahli bedah. Ngobatin orang sakit."

"Iya, Ayah. Ilham mau, pasti."

Meskipun keadaan ekonomi orang tua Ilham tak sekaya tetangga sekitar, tetapi ayah Ilham berharap anaknya bisa bersekolah tinggi. Dia yakin, Allah akan mengijabah doa-doanya untuk Ilham.

"Bambunya mau diapain, Ham?" tanya ayah Ilham saat bambu berhasil dibelah.

"Ilham mau bikin layang-layang yang banyak, Yah," sahut anak itu dengan pisau di tangan.

"Banyak? Mau dijual?" 

"Enggak, Yah. Entar mau dibawa ke lapangan. Dimainin satu. Sisanya biar disobekin temen-teman."

"Apa?"

Ayah Ilham terkejut mendengar tujuan pembuatan layang-layang. Dia baru tahu jika layang-layang anaknya selalu dirusak oleh Danu dan kawan-kawannya. 

Tiba-tiba mata Pak Rohim berkaca-kaca. Dia memeluk Ilham. Tak salah nama Ilham disematkan untuk buah hatinya. Di saat teman sepermainan mengganggu Ilham, merusak layang-layangnya, dia justru ingin memberikan layang-layang yang banyak, khusus untuk dirusak, agar Ilham bisa bermain dengan layang-layang lainnya.

Pak Rohim pun membantu Ilham mengukur dan menimbang lidi dengan benang. Dia tak akan membiarkan anak yang berhati emas itu menderita sendirian. Bisa saja Pak Rohim melabrak orang tua Danu dan gengnya, tetapi dia menghargai keputusan anaknya yang brilian. 

Jakarta, 26 September 2022

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)