Masukan nama pengguna
Jaya baru saja melepas sepatunya ketika Asih, istrinya datang membawa air minum dalam gelas besar dan sebuah amplop.
“Ini ada surat dari Amerika.” Asih tersenyun simpul.
“Dari siapa?” Mata Jaya sedikit melebar mendengar kata Amerika.
“Ah, iya.., coba tebak dari siapa?” Senyumnya makin lebar.
“Lah, mana aku tahu...” Jaya meletakkan sepatu proyeknya di pojokan teras rumahnya.
“Iya.., tebak aja sih.”
“Lah kamu aneh..,aku kan tidak punya kawan atau saudara di Amerika.”
“Oke deh, ini dari kawan kamu, dan aku juga kenal baik sama orangnya.”
“Baiklah.., aku nyerah.” Jaya mengangkat tangannya.
“Ah, nggak seru!” Asih masih memegang sampul itu, mengipas-kipaskan ke wajahnya.
“Ayo dong, siapa..?”
“Aku lapar nih, susah buat mikirnya.” Jaya duduk menjatuhkan punggungnya ke sandaran kursi teras.
“Iya.., eh, sebentar.., aku punya makanan kesukaan kamu.” Istrinya sedikit terburu masuk ke dalam.
“Hey, suratnya!”
“Tebak dulu..!” Asih berseru dari dalam, surat itu masih ada di tangannya.
Jaya geleng-geleng kepala.
Siapa ya? Batinnya. Jaman sudah digital begini masih ada juga yang berkabar pakai surat. Tapi boleh juga nih, masih melestarikan budaya berkabar lewat surat. Memang, mungkin bagi si pengirim punya maksud tersendiri dia memakai surat untuk mengirim kabar, Tidak menggunakan tekhnologi jaman sekarang yang lebih cepat dengan media digital.
Oke, baiklah kita tunggu saja, siapa dia yang berkirim kabar lewat surat itu. Batin Jaya lagi.
“Apakah sudah bisa menebak siapa?” Asih masih senyum-senyum saja dari tadi. Sambil meletakkan piring berisi kue lupis yang masih hangat.
Kue lupis merupakan jajanan pasar yang terbuat dari beras ketan. Cara membuatnya beras ketan dibungkus daun pisang lalu direbus. Bentuknya ada yang segitiga atau lonjong.
Biasanya kue lupis ini berwarna putih kehijauan. Tapi ada juga yang seluruhnya berwarna hijau karena menggunakan campuran daun pandan.
Disajikan dengan taburan kelapa parut dan cairan gula merah. Rasanya manis gurih dan teksturnya legit. Kue lupis banyak ditawarkan di pasar tradisional bersama klepon, jenang, tiwul, dan jajanan lainnya.
Tapi kini tak hanya dijual di pasar tradisional, kue lupis juga banyak dijual secara online. Ada yang variasi original, pandan, hingga kekinian dengan taburan keju, oreo, dan lainnya. Hahaha...keren ya jaman sekarang. makanan tradisional bisa di bikin “jajanan modern” begitu.
“Hallo.., kok malah bengong?” Asih mengibaskan tangannya di depan wajah suaminya.
“Enggak.., aku nggak mungkin bisa menebak, karena aku nggak ada kawan atau saudara yang tinggal di Amerika.”
“Kamu nggak akan mengira nanti kalo tahu siapa yang kirim.”
“Aku tambahin clue deh…” Asih sedikit tergelak.
“Ah, kamu muter-muter.” Jaya merebut surat itu. Tapi rupanya istrinya lebih sigap. Dan sergapannya pun mentah. Asih makin tergelak dia.
“Clue-nya adalah, dia adik mantan kamu, hahaha…” Asih pecah lagi tertawanya.
Mata Jaya melebar. “Ha..? serius?” Jaya ikut tertawa.
“Kok tumben-tumbenan dia kirim surat ya. Aneh nggak sih? Dan lagi, dia di Amerika!” Jaya menerima sampul coklat tebal itu dari sodoran tangan istrinya. Dengan rasa penasaran dia langsung merobek dan mengambil isi amplop itu dan membacanya. Asih berada di belakangnya ikut membaca sambil meletakkan dagunya di pundak suaminya.
Dear Jay…
Sebelumnya, aku mengucapkan selamat ya, atas pernikahan kamu dengan Asih..Semoga kalian menjadi keluarga bahagia dunia dan akhirat kelak. Kamu mungkin merasa aneh atau bingung ya dengan surat-ku ini. Sebetulnya aku tidak ingin rahasia-ku ini di ketahui oleh siapapun, termasuk keluarga besarku. Tetapi untuk kamu, biarlah aku beberkan lewat surat ini, karena semakin aku ingin menyimpan dan menguburnya dengan waktu, perasaan itu justru semakin menekan dan menjadi momok dalam hidupku. Makanya, setelah aku pikir dan mempertimbangkannya, aku memang harus mengutarakan kepadamu, biar hatiku lega, serta semoga aku bisa menjalani hidupku dengan lapang.
Yah, mungkin bagi kamu tidak ada efeknya, tapi bagiku ini berpengaruh dalam aku menjalani hidup. Jaya…, aku ikut bahagia kalian menikah. Kamu tidak jadi menikah dengan kakakku. Itu aku sangat senang sekali.
Jaya terhenti membacanya. matanya melebar dan melirik ke Asih.
“Kenapa ini orang ya?” Ujarnya.
Asih mengangkat alisnya.
“Aku sama kakak dia kan sudah sekian tahun nggak ada komunikasi dan lain-lain. Ini ngapain dia begini?”
“Alaaah sudah, ih.., baca lagi.” Asih mengangkat lengan Jaya yang memegang surat itu.
Mereka membacanya lagi.
Kalau kalian masih terus lanjut dan menikah, aku tidak tahu bagaimana nantinya diriku. Entah kuat atau tidak menyaksikan kalian jadi suami istri...
Jaya dan Asih saling berpandangan. Jaya menurunkan surat itu.
“Kamu bisa menebak, Yang? Ini surat mau ngomongin apa?” Tanya Jaya. Asih menggeleng.
“Belum.” Jawab Asih singkat.
“Kayanya aku tahu deh sebenarnya dia bagaimana.”
“Bagaimana, gimana?” Asih mengambil surat dari tangan Jaya.
“Aku boleh baca, kan?” Asih memandang suaminya.
“Lah, ya bolehlah…”
“Enggak, maksudnya.., ini kan kayanya surat pribadi banget ke kamu.”
“Enggak apa-apa.., di ijinin deh.” Jaya nyengir nakal. Mengambil sendok di piring itu dan mulai menikmati kue lupis buatan istrinya.
Asih mulai membaca dengan bersuara agar Jaya juga ikut tahu isi semua surat itu.
...Iya, Jay... mungkin aku tidak sanggup melihat kalian hidup bersama membina rumah tangga. Kamu tahu apa sebabnya, Jay? pasti tidak!
Jaya dan Asih berpandangan lagi. Tapi dia sudah bisa menebak sebenarnya bagaimana si Dipa itu. Dia adalah adik mantan pacar Jaya, Ruwen namanya. Mereka berpacaran memang lama. lebih dari empat tahun. Sebetulnya memang di awali dengan perkenalan yang hangat. Sama-sama penyuka musik rock, sama-sama penyuka komik dan novel petualangan. Dan Jaya waktu itu membantu tante-nya mengelola sebuah perpustakaan untuk di sewakan buku-bukunya.
Ruwen datang masuk ke rumah, ke ruangan yang memang di buat khusus untuk sebuah perpustakaan. Dia masuk pertama kali dengan dandanan tomboy. Bertanya prosedur peminjaman buku. Kebetulan hari itu Jaya sedang tidak Kuliah. Dan dia selalu senang berada di perpustakaan milik tante-nya itu. Di situlah mereka kenal. Dari mulai ngobrolin buku dan novel petualangan, musik rock, sampai hobi mereka berdua yang ternyata berbeda jauh. Jaya lebih senang mengisi libur sekolahnya dengan pergi ke alam bebas. Menikmati Suhu beku pegunungan. Kemping di pinggir hutan atau di pinggir pantai. Sedangkan Ruwen lebih memilih memutar koleksi kaset-kaset nya dan tenggelam bersama buku-buku bacaan yang dia punya, di kamarnya. Di era digital ini Ruwen memang masih menyimpan koleksi kaset-kaset tape recorder, berikut dengan stereo set-nya. Dari pertemanan itu, akhirnya sama-sama saling jatuh cinta. Walaupun mereka terpisah kota, tetapi keduanya tetap memegang komitmen. Jaya bersekolah di Jogja, sedangkan Ruwen bersama keluarganya pindah ke Jakarta, karena waktu itu papa Ruwen kepincut perempuan lain sampai akhirnya menikah. Keluarga Ruwen tidak mau menerima kenyataan itu. Akhirnya mereka lebih memilih meninggalkan lelaki yang dulu mereka sebut papa, dan pindah ke Jakarta.
Waktu itu Jaya kaget setengah mati ketika Ruwen tiba-tiba muncul di kost-nya sore hari. Tanpa memberi tahu lebih dulu akan datang ke Jogja. Dan lebih kaget lagi, dia melihat wajah Ruwen murung, pucat dan matanya sembab seperti habis menangis lama. Wajahnya terlihat menyimpan ksedihan yang sangat.
Lantas kesedihan Ruwen-pun tumpah di situ. Jaya ikut trenyuh merasakan kesedihan pacarnya itu. Dia tak bisa memberi solusi apapun, karena dia sendiri tidak tahu harus bagaimana ketika Ruwen menceritakan tentang papa-nya itu. Dia hanya berusaha menghibur dan menenangkan hati Ruwen. Lantas Ruwen pun berpesan padanya untuk ikut menjaga Dipa, adiknya. Dari seluruh kakak adiknya yang terlihat paling shock adalah Dipa.
Karena dari semuanya, yang paling dekat dengan papa-nya adalah Dipa. Dia sangat terpukul sekali. Adik Ruwen itu tidak ikut pindah ke Jakarta karena tanggung tahun sekolahnya. Jadi menyelesaikan saja kurikulumnya adalah jalan yang di ambil.
Jaya sering menengok Dipa di tempat kost-nya. Sering di ajaknya pergi kemana-mana untuk menghibur hati adik pacarnya itu. Pernah di ajaknya naik gunung, yang ada kala itu malah jadi beban. Lelaki tapi cengengnya minta ampun. Naik gunung bawaannya piranti perawatan untuk perempuan dia bawa. Waktu itu, sebetulnya dia sudah curiga dengan keadaan adik Ruwen itu. Tapi dia juga tidak berani menebak-nebak. Hanya saja Jaya merasakan ada kelainan pada diri Dipa. Untuk ukuran seorang lelaki, Dipa terlalu pesolek. Koleksinya ada beberapa yang dia punya untuk sekedar merawat wajah seorang lelaki. Belum cream-cream penghalus kulit. Jaya juga sering meledeknya, tapi Dipa tidak pernah kesal sama sekali. Justru malah dengan antusias menjelaskan kegunaan-kegunaan koleksi cream-cream nya. Tapi tidak jarang juga Jaya ikut menggunakannya.
Walaupun dalam hal atau situasi tertentu.
Dan waktu terus berjalan, Jaya dan Ruwen masih terus menjalin hubungan yang semakin erat dan mesra. Keduanya benar-benar saling mencintai. Dan mereka tidak tahu bahwa ada hati yang tersayat setiap mereka bersama. Yang diam-diam menyimpan rasa yang tidak tersampaikan. Tetapi ternyata hubungan percintaan mereka kandas di tengah jalan. Karena mereka berdua sama-sama teguh dengan keyakinan masing-masing. Terutama pihak dari Ruwen, Mama-nya tidak mau anaknya beralih keyakinan. Jaya juga dengan tegas tidak akan meninggalkan keyakinannya walaupun untuk seorang Ruwen yang sangat dia cinta kala itu. Pada akhirnya mereka berdua berpisah baik-baik dan saling menyadari dan menghormati keyakinan masing-masing. Walaupun sangat berat bagi mereka ketika itu. Dan pada tahun ketiga perpisahan mereka, Jaya mendapat kabar dari Rani, kakak Ruwen bahwa Ruwen akan menikah. Jaya ikut senang sekalugus masgul hatinya. Tetapi Jaya memutuskan tidak datang, karena dia tidak ingim merusak suasana. Dia tau Ruwen masih mencintainya. Masih ada sisa cinta di sudut hatinya. Jaya tahu betul itu.
Dan kemudian Jaya-pun bisa membuka hatinya lagi, bisa menerima cinta lain selain Ruwen. Cinta seorang Asih yang menjadi kawan kerjanya di sebuah perusahaan di bidang construction dan general supplier. Usia pernikahan mereka sudah berjalan dua tahun, tetapi belum di karuniai seorang anak.
Hubungan antara keluarga Jaya dan Ruwen tetap baik. Silaturahmi masih terjaga. Bahkan saat Jaya menikah, Mama-nya Ruwen, Rani-kakak Ruwen nomer dua, serta Rita kakak tertua Ruwen datang beserta keluarga mereka masing-masing.
Walaupun mereka sudah jarang sekali berkomunikasi secara langsung, Jaya masih bisa melihat dan berkomunikasi di sosial media dengan keluarga besar Ruwen. Hanya saja Dipa yang sepertinya tidak terlihat sama sekali di sosia media, maupun di akun-akun sosial media kakak-kakaknya. Walaupun sempat terbersit tanda tanya, tetapi dia tidak pernah menanyakan tentang kabar Dipa.
Dan sekarang, setelah sekian tahun lamanya tidak terdengar kabarnya, tiba-tiba datang surat dari Dipa yang dia tidak menyangka sama sekali.
“Mas.., ayaaang, kamu masih mendengarkan aku baca surat ini kan?” Asih menegur Jaya. Lelaki itu tergeragap.
“Iya, iyaa.., aku masih dengerin!” Jaya menyendok lagi kue lupis-nya. Lamunannya buyar. Di depannya, Asih menatapnya lekat-lekat. Jaya yang sedang menyendok lupis ke dalam mulutnya jadi terhenti. Mulutnya melompong siap memakan tapi terhenti.
“Ada apa, kok kamu melihat aku begitu amat.”
Tiba-tiba Asih tertawa. “Cie.., cie.., yang lagi teringat mantan…!” Ujarnya “Cie.., cie…, yang lagi cemburuuu…” Jaya balik mengolok.
“Hah.., aku cemburu?” Asih tertawa lagi.
Jaya mengangguk-angguk menyimpan tawanya.
“Tidaklaah…!”
“Terusin lagi nggak nih, bacanya?” Lanjut Asih.
“Iya deh.”
… Iya, kan? Tapi tidak apa sih, toh kamu juga tidak harus tahu kan Jay… Cukup aku saja yang tahu dan merasakannya.
Aku tidak tahu kenapa perasaanku seperti itu, aku tidak tahu juga sejak kapan aku merasa seperti ini. Ketika aku masih SMA, dan baru kenal kamu dari Ruwen, aku merasa baik-baik saja. Tapi entah kenapa seiring waktu yang berjalan, aku merasakan keanehan, merasakan kebahagiaan lain ketika kamu datang ke kost, mengajak aku pergi, berkumpul dengan kawan-kawan kamu, atau ngapain yang ada kamu dan aku di situ. merasakan kesepian ketika kamu tidak ada. Aku menyadari itu, dan aku menolaknya. Aku lelaki kenapa merasakan perasaan seperti perempuan pada laki-laki? Semakin aku menolaknya, justru perasaan itu semakin kuat mengikat. Apakah karena pengaruh dari kebencian-ku pada perempuan yang merebut papa-ku? Aku tidak tahu, Jay…
Asih tercenung. Diam dan menahan haru. Dia mengusap matanya yang tahu-tahu sudah basah. Jaya juga sama, terdiam.
“Kasihan dia.” Asih menggumam.
“Aku juga tidak menyangka dia jadi seperti itu.” Jaya menghela napas.
Surat itu masih ada beberapa baris lagi yang belum terbaca. Tapi Asih sudah tidak ingin melanjutkan membacanya. Dia tidak ingin mengetahui lebih dalam tentang Dipa, yang dia yakin, tertulis dalam surat itu. Jaya memang pernah bercerita tentang Ruwen dan keluarganya termasuk juga Dipa. Tetapi soal Dipa yang seperti ini dia belum pernah dengar dari Jaya.
“Aku juga baru tahu kalau Dipa seperti ini…” Ujar Jaya.
Dulu saat masih sering bertemu dan main bareng, dia sama sekali tidak merasakan gejala aneh pada diri Dipa adik Ruwen itu. Lagak lagunya tetap lelaki dan tidak terlihat berbeda. Normal-normal saja menurutnya. Dari surat inilah dia baru mengetahui sejatinya Dipa. Yang sekian tahun lamanya memendam rasa pada dirinya. Asih menyerahkan surat itu pada suaminya. Jaya menerimanya lantas membaca lagi sisa baris
kalimat-kalimat yang masih banyak, yang tadi belum selesai di bacakan oleh Asih. Jaya-pun agak membesarkan volume suara membacanya, agar Asih ikut mendengarkan. Di situ Dipa mencurahkan semua isi hatinya pada
Jaya. Menceritakan kisah hidupnya setelah dia lepas SMA dan pulang ke Jakarta. Dan pada akhir-akhir surat itu, Dipa juga mengatakan bahwa dirinya sudah sekian tahun tinggal di Amerika, berpindah kewarganegaraan, serta menikah dengan pasangan yang di cintai dan mencintai dirinya pula.
Kalau kamu ingin melihat aku sekarang, kamu buka aja Facebook, dan cari nama David Wirick. Dia suami aku, Jay...Kata Dipa sebelum mengakhiri suratnya.
Jaya menghela napas dengan rasa haru. Asih mengusap matanya yang berair. Lelaki itu mengambil smartphone di meja di
depannya. membuka aplikasi sosmed dan mengetik nama dalam surat itu.
SELESAI