Masukan nama pengguna
Brum ....
Brum ....
Mobil sedan bewarna hitam melaju dengan cepat meninggalkan laras yang masih berdiri tegak dan diam seribu bahasa. Namun air mata yang mengalir deras dan membasahi pipinya tak bisa membohongi orang - orang disekitarnya kalau dirinya begitu hancur.
"Akhirnya rumah ini terjual juga ya nek, walaupun uang hasil penjualannya harus kita gunakan untuk membayar hutang ibu dan bapak ke wak umar rentenir itu."
Aku memeluk nenek yang sedari tadi bersimpuh di tanah tepat didepan rumah kami yang sudah laku terjual. Rumah yang selama hampir 20 tahun menemani kami. Siang dan malam, panas dan hujan. Rumah ini adalah saksi nyata perjuangan keras seorang nenek tua membesarkan anak mantunya juga cucunya.
Nenek harus merelakan rumahnya untuk menutupi hutang piutang kedua orangtuaku.
"Nek .... "
"Nek .... "
Aku menguncang tubuh nenek dan tubuh mungil itu terjatuh ke tanah.
"Nekkkkkkk ...."
Mendengar teriakanku yang begitu keras, tetangga berlarian mendatangi kami dan tubuh mungil Nenek langsung dilarikan di klinik dekat rumah.
"Maaf Ras, nenek kamu sudah meninggal. Saya tidak bisa menyelamatkannya," Perkataan dokter Chandra seakan menampar keras pipiku.
"Tidak .... "
"Nek .... "
"Nenek .... "
"Kenapa nenek tega meninggalkan laras ? sama seperti ibu dan ayah yang memilih pergi meninggalkan laras."
"Nenek kenapa tega?"
"Nenek .... "
BRAKKK ....
" Ras, kamu sudah sadar nak? syukurlah nak."
"Tante Rim .... "
"Tante Rim, kita ada dimana?"
Aku mencoba mengangkat tubuhku dari tempat tidur.
"Kamu pingsan ras sejak semalaman dan tante nemani kamu di sini."
" Nenek dimana tante? nenek dimana?," aku menguncang - guncang tubuh tante rim.
"Nenek kamu sudah dikubur Ras, Nenek kamu dikuburkan oleh warga di TPU jalan darat dekat sungai rotan itu.
"Maaf Ras, maaf karena kami tidak menunggu kamu sadar dulu."
"Karena kami tak punya pilihan lain, kami juga bingung harus menyemayamkan nenek dimana. Kalian sudah tak punya rumah lagi, Tante juga tak bisa bantu karena rumah tante juga sedang kebanjiran. Semalaman hujan deras Ras."
Tante rim mencoba menjelaskan dengan tenang walau aku tau dia menahan rasa sakit yang sungguh sangat dalam. Ada isak tangis yang tertahan di relung hatinya.
Tante rim adalah teman baik nenek semasa hidupnya. Kehidupan kami tak ada bedanya. Kami berada di garis kemiskinan yang paling dalam.
"Kamu sudah sadar ras?"
Tiba - tiba dokter chandra masuk kedalam. Aku hanya bisa menangis tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Ini jauh lebih sakit dari apapun.
Satu - satunya orang yang kumiliki didunia ini harus pergi jauh meninggalkanku.
"Ras, saya turut berdukacita atas segala hal yang menimpa kamu. Saya juga kalau jadi kamu gak akan kuat. Tapi saya tak punya pilihan lain selain memberikan kamu kata - kata penguatan dan penghiburan agar kamu tak larut dalam kesedihan," dokter Chandra mengelus lembut kepalaku.
"Kamu kekurangan vitamin Ras. Kamu juga dehidrasi dan ini saya berikan obatnya, kamu minum teratur ya Ras biar kamu cepat sembuh."
"Buat apa saya sembuh dok? buat apa dokter?"
"Laras lebih baik ikut sama Ibu, Ayah dan Nenek Laras.
Laras tak punya siapa - siapa lagi didunia ini dok." Lebih baik Laras mat ...,"
"STOP !" dokter Chandra terlihat begitu marah.
"Jangan berkata seperti itu Ras. Kamu harus sembuh dan kamu harus jadi orang yang sukses, buat mereka disana bangga punya kamu Ras."
"Dok ...," aku memeluk erat dokter Chandra yang sudah ku anggap seperti abangku sendiri.
" Dok ..., laras takut."
"Laras sangat takut apalagi Laras tak punya siapa - siapa."
"Plak ...," sebuah tamparan mendarat dipipiku.
" Enak saja kamu memeluk suamiku. Dasar perempuan jalang, tak tau malu. Kamu sengaja ya peluk - peluk begini supaya suamiku tergoda dan kasihan sama kamu. Dasar murahan."
"Cuihhhhh ...."
"Perempuan kampung ! miskin, murahan. Kotor baju suamiku kena tanganmu itu."
" Sabar ma, ini tak seperti yang mama pikir."
" Tidak seperti yang aku pikir Papa bilang? Sudah sejak lama ku dengar dari orang kampung disini kalau papa sering berduaan dengan perempuan jalang ini. Apa sih yang papa lihat dari dia? lihat aja bentuknya gak karuan begini. Awut - awutan seperti gembel."
Aku tak menyangka kalau istri dokter Chandra tiba - tiba datang keruangan ini. Tak pernah sebelumnya aku bertemu dengannya. Aku hanya dengar dari orang - orang kampung jika dokter Chandra memiliki istri yang berparas cantik namun galak.
" Bu, maaf Bu. Saya gak bermaksud untuk bersikap kurang ajar."
"Diam!"
"Tak perlu banyak bicara, sudah sejak lama saya mendengar tentangmu. Gadis miskin. Pantasan kamu masih bisa bertahan hidup, ternyata hasil jual diri."
" Ma .... "
"Cukup!" kau keterlaluan. Tak bisakah kau jaga sikapmu."
Dokter Chandra terlihat begitu marah.
"Kenapa kau jadi marah padaku? oh aku tau sekarang. Ternyata benar apa yang di bilang orang - orang kampung ini. Gadis kampung ini udah berhasil memikat hatimu? Sudah berapa kali dia memberikan dirinya untukmu untuk kau tiduri? Berapa kali?"
PLAKKK ....
Tangan kanan pak Chandra mendarat tepat di pipi kiri istrinya.
"Kamu?"
"DASAR LELAKI SAMPAH!"
"Demi wanita sialan ini kau memukulku?"
"Laki - laki biadap!"
"Jika bukan karena aku dan keluargaku tak mungkin kau bisa menjadi dokter seperti ini. Apa kau lupa? kau juga sama seperti wanita jalang ini. Kau dulu miskin. Tampang mu juga buruk sekali. Hanya saja kau cukup pintar sehingga aku selalu meminta bantuanmu dikampus untuk mengerjakan tugas - tugasku dengan imbalan uang makan setiap hari. Bukan begitu Chandra?"
Wajah Istri pak Chandra terlihat begitu emosi, dia mengacak - acak rambut dan baju pak Chandra.
Tiga orang perawat yang bertugas di klinik pak Chandra juga tampak sedang mengintip - intip dari luar dan terlihat begitu takut. Mungkin mereka takut jika pasien - pasien yang berobat kesana melihat situasi ini dan harga diri pak Chandra bisa jatuh.
Enthalah! semua hanya ada dalam pikiranku saja. Aku bahkan tak mampu lagi untuk berharap tentang hidupku kedepan. Apa yang selanjutnya akan terjadi di hidupku ini sepenuhnya ku serahkan pada Tuhan. Hanya Dialah yang aku punya saat ini.
"Jawab !"
"Jawab aku lelaki bajingan. Lelaki sampah. Sama sampahnya seperti wanita ini."
"Apa kau ingin kembali ke masa lalumu? Masa - masa kemiskinan yang terus berjalan bersamamu?"
"Iya? jawab?"
"Jawab aku !!! jangan diam saja lelaki sampah."
"Cukup Mery ! aku bilang cukup !!!"
"Jangan hina aku lagi. Aku memang lelaki miskin, lelaki yang kau pungut dari tong sampah dan kau masukan ke dalam rumah mewah. Aku tau dan aku sadar semua yang kudapatkan ini bukan karena kehebatan ku sebagai seorang dokter, tapi karena bantuanmu dan keluargamu."
"PUAS???"dokter Chandra mendorong istrinya ke lantai
"Puas kau sekarang, Mery? "
"Kau!!! "
Wajah istri dokter Chandra terlihat begitu emosi.
Situasi sudah sangat tidak kondusif
" Tante, ayo kita pergi dari sini."
Aku menarik tangan tante Rim dan mengajaknya untuk pergi dari klinik.
"Jangan Pergi"
"Tolong jangan pergi. Kau tak punya tempat lain lagi. Hanya aku yang kau punya saat ini" Tiba - tiba tangan dokter Chandra menarikku dan membawaku pergi berlalu meninggalkan tante Rim dan istrinya.
BRUM ....
BRUM ....
Dokter chandra membawa mobil dengan sangat kencang.
30 kilometer berlalu dan tak ada tanda - tanda kami berhenti. Kilometer ke 35 mobil dokter chandra berhenti tepat di sebuah rumah sederhana yang begitu asri, dan halaman yang begitu luas, banyak pepohonan disekelilingnya.
" Ayo kita masuk Ras"
Dokter Chandra membukakan pintu mobilnya untukku dan mengajakku turun.
" Maaf dokter, ini rumah siapa?"
"Saya tak ingin masuk kedalam, saya harus pulang."
Aku menepis tangan dokter Chandra.
" Mau pulang kemana? saat ini hanya akulah rumahmu. Ini adalah rumah peninggalan kedua orangtuaku. Aku sama sepertimu. Aku anak tunggal, orangtuaku meninggal dunia karena kecelakaan saat aku kuliah dan aku hidup dengan bantuan beasiswa dan ..., seperti yang kau dengar tadi, aku hidup dengan bantuan keluarga mereka. Wanita yang sudah 2 tahun kunikahi tapi aku tak pernah menyukainya. Bahkan dia tak pernah tau tentang rumah ini, dia tak begitu mengenalku dengan baik. Dia egois!"
"Ini kuncinya, kau bisa tinggal di sini."
Dokter Chandra memberikan kuncinya padaku.
"Aku dengar bahasa Inggrismu cukup baik, aku akan mendaftarkanmu sebagai guru les mengajar online ditempat ku dulu mengajar. Aku yakin mulai besok kau akan bisa mengajar dan pendapatannya cukup baik sampai kau bisa kuliah dan mendapatkan pekerjaan impianmu."
Dokter Chandra membuka mobil dan mengeluarkan uang senilai 2 juta rupiah beserta dengan laptopnya.
" Ini, pakaikan dengan hemat sampai kau bisa mendapatkan gaji nantinya, 150 meter dari sini ada sebuah warung kau bisa berbelanja disana."
Dokter Chandra meraih tanganku dan memberikan uang tersebut.
Tak ada sepata kata lagi yang mampu keluar dari mulutku.
Dokter Chandra masuk kedalam mobil dan berlalu meninggalku.
Tak ada yang bisa kulakukan selain masuk kedalam rumah dan menuruti apa yang dikatakan dokter Chandra karena aku memang tak punya pilihan lain.
Tepat 2 hari setelah kepergian dokter Chandra ponselku berdering dan tawaran bekerja datang, mulai besok aku sudah bisa bekerja sebagai guru les online disalah satu kursus bahasa Inggris di kabupatenku.
6 bulan berlalu, aku mulai menikmati kehidupanku disini apalagi aku sudah bisa memiliki penghasilan sendiri. Aku juga mulai bercocok tanam di pekarangan rumah dokter Chandra yang memang begitu luas.
"Beberapa lahan ku tanami sayuran, ada juga yang kutanami cabe, tomat dan tanaman untuk kebutuhan dapur lainnya.
Aku memang suka bercocok tanam karena nenek mengajariku sejak kecil. Nenek mengajariku banyak hal.
Sejak 6 bulan berlalu, hampir tiap minggu aku mengunjungi makam nenek, sedangkan makan kedua orangtuaku tak pernah ku datangi karena aku memang belum bisa memaafkan mereka. Mereka berdua memilih untuk meminum racun dan meninggalkanku bersama nenek dengan hutang mereka yang bernilai ratusan juta. Hutang karena judi dan gaya hidup mereka yang suka minum minuman keras.
Tok ..., Tok ..., Tok ....
" Ya sebentar."
Aku berjalan membuka pintu dan saat pintu terbuka aku terkejut melihat Dharma temanku sesama guru les ada didepanku.
"Dhar ..., ma ....
"Kamu kok disini?"
" Lah kan kamu sendiri yang kasih alamat rumah kamu, kamu bilang cabe dan sayur - sayuran kamu sudah harus dipanen. Nih aku bawa pedagang yang mau membeli hasil kebun kamu."
"Astaga! aku hampir lupa."
Memang 2 minggu lalu aku bilang pada Dharma kalau hasil kebun ku sangat banyak karena sepanjang hari sehabis mengajar aku selalu berkebun.
"Silahkan pak, ini semua yang mau kita panen."
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 5 sore dan akhirnya semua sudah berhasil kami panen.
" Semua sudah saya hitung ya bu, kebetulan harga cabe dan sayur bayam memang lagi naik, jadi total semua hasil kebun ibu saya kasih 8 juta."
"HAH !!!"
Dharma tersenyum melihat ekspresiku.
Pedangang tersebut mohon izin dan pamit meninggalkan kami.
Aku emang sangat terkejut dan tak menyangka jika hasil panenku bisa bernilai sebanyak ini.
" Nah, mulai besok semangat menanam lagi ya, kalau bisa yang 3 bulan sekali bisa panen, jadi kamu kan bisa dapat uang lebih banyak."
Dharma mengelus kepalaku.
" Siap Bos! Mulai besok aku akan tanam semua halaman ini dengan cabe dan sayur - sayuran.
" Eitss, jangan semua dong! sisakan buat jalan masuk kedalam rumah."
"Ha ..., Ha ..., Ha ...."
Kami sama - sama tertawa lepas.
Dharma tau semua kisahku. Dia satu - satunya temanku mengajar yang ku jadikan sebagai teman ceritaku.
Dharma tak hanya mengajar les online. Sebenarnya dia mengajar les tersebut hanyalah untuk membantu anak - anak di kabupaten kami agar bisa berbahasa Inggris dan tak ketinggalan dengan anak dari kota - kota besar. Dharma memiliki usaha coffee shop dan bakery, dia juga memiliki kebun kopi dan teh yang cukup luas.
Dharma mengajarku banyak hal, terlebih bagaimana bisa mendapatkan penghasilan yang fantastis.
Aku dan Dharma berkolaborasi berjualan kopi dan teh di Online Shop.
Setahun berlalu, aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah karena keuanganku sudah cukup, aku juga sudah bisa membeli laptop dan barang - barang yang kusukai.
Jika bukan karna Dokter Chandra dan Dharma, aku pasti sudah ada di kolong jembatan saat ini.
Tiba - tiba aku teringat dokter Chandra. Sudah setahun lebih, namun kami belum pernah bertemu. Aku takut istrinya masih emosi padaku. Aku takut rumah tangga mereka rusak karenaku.
Sudahlah! semua pasti baik - baik saja selama aku tak datang lagi kesana, toh Dokter Chandra juga tak pernah menghubungiku
Sudah 5 tahun berlalu dan tak ada tanda - tanda dari dokter chandra. Meminta laptop atau bahkan menyuruhku keluar dari rumah ini karena aku sudah punya tabungan untuk membeli rumah sederhana. Apalagi Dharma sudah meminangku dan kami sebentar lagi akan bertunangan.
Setelah berdiskusi panjang dengan Dharma, akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke klinik dokter chandra untuk mengembalikan laptopnya sekaligus memberikan kunci rumah yang sudah 6 tahun lebih ku tempati. Kami mau berterima kasih atas segala kebaikan dokter chandra padaku dan kami juga mau mengundang dokter chandra untuk datang ke pernikahanku jika dia berkenan.
Jantungku tak karuan sepanjang perjalanan kami menuju klinik yang sekaligus daerah tempat tinggalku 6 tahun lalu.
" ini dia kliniknya Dhar"
Mobil Dharma berhenti tepat didepan diklinik dokter Chandra.
Tak ada yang berbeda, semua tetap sama sejak kutinggalkan 6 tahun yang lalu.
"KLINIK DOKTER TEDDY"
"Lah! Kok dokter Teddy sih Ras? kamu gak salah alamat kan?"
"Aku gak mungkin salah, ini area tempat tinggalku dulu. Tapi ..., kok ...."
Kami berdua masuk dan tiba - tiba dihampiri oleh seorang perawat.
Perawat yang sama sekali tidak ku kenal karena memang bukan perawat dokter chandra 6 tahun lalu.
" Permisi, ada yang bisa dibantu?"
" Oh iya sus, kami mau berjumpa dengan dokter Chandra."
" Dokter Chandra? disini adanya dokter Teddy bu.
"Ohhh ..., saya baru ingat bu."
"Dokter Chandra yang dulu buka klinik disini ya bu? sebelum dokter teddy?"
" I..., Iya Sus iya benar. Dokter Chandra yang dulu disini."
" Maaf Bu! Dokter Chandra sudah meninggal 6 tahun yang lalu bu. Kecelakaan bersama istrinya. Mobilnya masuk kedalam jurang dan Dokter Chandra meninggal ditempat bersama dengan istrinya."
DUARRR ....
Seperti disambar petir di siang bolong.