Masukan nama pengguna
Teenar namanya, dia adalah anak gadis periang yang selalu menjadi happy virus buat semua orang di sekelilingnya. Tapi...., semua itu mulai berubah sejak masuk semester 7 perkuliahan. Teenar jadi sering mual-mual dan batuk-batuk setiap pagi. Awalnya Teenar mengira itu hanya batuk biasa, dan ibunya sering memarahi Teenar sampai bilang itu seperti batuk nenek-nenek. Tapi saking keseringannya, Teenar jadi cemas dan memeriksa ke dokter. Dokter mengira bahwa Teenar mengidap TBC karena sudah batuk berdarah. Sampai akhirnya hasil lab menunjukkan bahwa kondisi Teenar baik-baik saja, dia tidak mengidap TBC.
Suatu ketika, Teenar keluar rumah sambil naik motor untuk membeli pembalut. Tetapi, saat Teenar tiba di dekat sebuah gerbang sekolah, mata Teenar tiba-tiba gelap. Teenar berniat untuk berteduh di bawah pohon yang ada di seberang jalan depan gerbang sekolah. Tapi, belum sempat dia memarkirkan motornya, Teenar sudah terjatuh dan tidak sanggup melihat karena pandangannya gelap gulita.
Kemudian ditolong oleh para warga yang melintas dan diberi minum air putih manis. Teenar terlihat lemas dan tak berdaya, sehingga Teenar harus diantar pulang oleh warga setempat.
Anehnya, saat kejadian, badan Teenar tak terasa sakit. Padahal menurut saksi mata, Dahi dan dada Teenar terbentur setang motor. Saat dibawa ke klinik dokter oleh ayahnya, Teenar pun tidak terlihat sakit. Dokter mengatakan bahwa Teenar mengalami anemia, sehingga pandangannya gelap.
Hari demi hari, dada dan tulang ekor Teenar terasa semakin memar. Dia terus berusaha memulihkan cederanya dengan memikirkan berbagai cara pengobatan. Teenar mulai terlihat murung dan menyendiri.
Tanpa disadari, sakit lambungnya benar-benar kumat. Apapun yang Teenar makan, selalu menjadi gas di perutnya. Asam lambungnya bahkan sudah sampai ke tenggorokan. Ditambah lagi, Teenar sering mual-mual dan sulit makan.
Tak ada lagi have fun, tak ada lagi perkuliahan, Teenar menjadi orang yang ansos. Hari-harinya hanya ditemani dengan Gadget dan media sosial. Teenar cemas pada makanan, dan mulai memilih-milih makanan. Dia hanya makan nasi putih, sawi putih dan telur setiap hari.
Bahkan ayahnya sampai kebingungan dalam merawat Teenar. Teenar hanya bisa diam di kamar dan tidak bisa berbuat apa-apa. Ayahnya selalu membawa Teenar ke dokter bahkan ke pengobatan herbal, tapi kondisi Teenar tak kunjung sembuh.
Teenar selalu merasa pusing dan tidak enak perut saat keluar rumah saat itu. Ditambah lagi setiap informasi yang dia terima dari media sosial semakin membuat dia cemas. Dia sampai tidak mau minum obat, karena terpengaruh konten yang memberitahukan bahwa obat kimia dapat menyebabkan gangguan ginjal.
Teenar juga cemas pada jenis obat-obatan tradisional yang sudah diupayakan ayahnya. Teenar takut jika dia salah pilih tanaman herbal, dia akan mengalami Anemia. Terlebih lagi sering FYP konten edukasi lambung yang tidak merekomendasikan makanan-makanan yang biasanya ada di sekitar Teenar.
Alhasil Teenar semakin mencemaskan keadaannya, makanannya, obat-obatannya, dan nasib perkuliahannya yang sudah semester akhir. Teenar jadi mudah stress dan sulit berinteraksi dengan banyak orang.
Sampai suatu ketika, Teenar memutuskan untuk menginap di rumah bibinya selama beberapa hari. Disana dia dibuatkan obat herbal dari kunyit dan gula aren. Setelah meminumnya, Teenar jadi merasa perutnya lebih enakan.
Tapi dia cemas, karena kunyit dapat menyebabkan dia anemia. Sehingga jarang mengkonsumsi obat herbal. Disana Teenar diberikan banyak makanan, tetapi dia menolak karena takut lambungnya sakit.
Teenar bahkan sampai dimarahi karena keseringan menolak makanan. Akibatnya, Teenar jadi mengurung diri di kamar. Dia takut orang lain tidak mengerti perasaannya. Padahal keluarga bibinya hanya ingin Teenar cepat sembuh.
Tapi kadang-kadang juga dia lanjutin untuk minum obat herbal yang dibarengi dengan telur dan vit B complex. Alhasil sekarang lambungnya sudah mulai sembuh dan Teenar sudah bisa melanjutkan kuliahnya lagi.
Tapi kadang-kadang juga kumat lagi, karena dia selalu memikirkan beban orang tuanya dalam melunasi hutang-hutang. Orang tuanya harus berhutang karena Teenar lanjut ngekos. Selama di kos Dinar selalu terbayang-bayang oleh hutang orang tuanya. Karena pada saat itu orang tuanya gajinya juga sedikit dan hanya tinggal 400.000 per bulan. Hal itulah yang membuat Teenar semakin cemas saat menyusun skripsi ditambah lagi berbagai drama yang ada di kampus.
Dosen pembimbing Teenar tidak mendengarkan keluhan-keluhan Dinar dengan baik karena kesibukannya. Jadi tiner yang merasa sendirian di ketika kuliah di semester 10 harus memikirkan berbagai cara agar dia cepat naik seminar. Dosen pembimbing tinar tetap memperlakukan Teenar seperti anak-anak biasa yang tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Sehingga hal itu membuat Teenar merasa kesulitan untuk fokus dan menyelesaikan setiap arahan dari dosen pembimbingnya. Ditambah lagi para admin di kampusnya itu menjadwalkan setiap acara seminar sidang dan seminar hasil dengan waktu yang lama. Saat itu Dinar hanya mengambil sewa kos selama 1 semester saja, akan tetapi jadwal seminar Dinar dan kawan-kawan harus ditunggu selama 5 bulan.
Bayangkan saja jika menjadi seorang teenar apakah tidak akan merasa campur aduk antara cemas kesal dan sedih karena belum bisa seminar proposal di semester 10?
Teenar saat itu merasa cemas karena takut orang tuanya tidak bisa membiayai perkuliahannya lagi dan takut orang tuanya terus berhutang hanya karena untuk membiayai UKT Teenar.
Penyakit lambung Teenar beberapa kali kumat saat dia di kos tanpa diketahui oleh orang tuanya. Teenar tidak ingin merepotkan dan membebani orang tuanya lagi. Jadi tinar tidak memberitahukan kepada orang tuanya bahwa dia sedang sakit. Saat itu tinar benar-benar sedang kebingungan karena menunggu jadwal-jadwal yang seharusnya bisa didapatkan dalam waktu dekat.
Lalu Teenar memutuskan untuk pulang ke rumah selama 4 bulan. Otomatis sewa kosnya rugi beberapa bulan, karena pihak kos tidak mengizinkan jika menyewa hanya beberapa bulan sebenarnya. Pihak kos hanya mengizinkan untuk disewa per tahun. Untung saja pihak kos mengizinkan Teenar untuk membayar dengan cara mencicil uang kos. Di situlah letak semakin cemasnya seorang Teenar, karena dia harus mendengarkan keluhan dari orang tuanya yang harus berhutang dan keluhan dari pihak kosnya yang menagih hutang.
Teenar sampai membuka jasa joki tugas untuk membantu mengerjakan tugas-tugas perkuliahan mahasiswa lainnya. Dari situ tinar mendapatkan beberapa keuntungan untuk jajan selama di kos. Lalu tinar menyisihkan sedikit demi sedikit uangnya untuk mencukupi cicilan biaya kos.
Kemudian drama lainnya selama di kampus Teenar sering terjadi sama dosen pembimbing dan dosen pengujinya ketika ingin bimbingan. Karena para dosennya memiliki kesibukan tersendiri dan meminta pengertian dari mahasiswa seperti Teenar supaya tidak membuatnya capek di tengah kesibukannya. Dinar di satu sisi merasa bersalah dan di satu sisi lainnya merasa bahwa dia harus mendapatkan bimbingan yang benar dari pembimbing dan pengujinya.
Dinar ingin sekali mempercepat kelulusan kuliahnya sehingga dia terkesan seperti orang yang sedang cemas dan memaksa para dosennya untuk membimbingnya. Karena tinar merasa tidak mau membebani orang tuanya dalam membiayai perkuliahannya di semester 12 yang menjelang Drop Out. Bahkan Teenar harus menghadapi sikap-sikap judes dari beberapa orang yang dia temui selama ke kampus.
Teenar merasa bahwa dirinya tidak dipedulikan oleh dosen pembimbing dan pengujinya. Dia saat itu merasa sedih dan merasa bersalah karena mungkin dia udah berbuat banyak kesalahan. Tetapi yang selalu dia dengarkan dari dosennya dia itu membuat para dosen tadi menjadi geram akibat dari kecemasannya. Karena menurut dosennya Teenar kurang fokus dalam menyimak saat bimbingan skripsi. Sampai akhirnya Teenar memutuskan untuk merekam setiap perkataan ketika bimbingan skripsi.
Setelah dipahami, dia biasanya langsung akan mengerjakan skripsinya. Untung saja tinar memiliki dua orang teman yang selalu sefrekuensi dan sama nasib dengannya. Teman itu adalah teman seangkatan Teenar tetapi berbeda kelas sebelumnya dan temannya itu selalu mensupport apapun yang dilakukan oleh teenar.
Hidup seperti tinar tadi, itu rasanya sangat serba salah di masa quarter life crisis. Karena tinar tidak memiliki sosok yang mensupport dirinya ketika di tahap kecemasan. Bahkan Teenar sampai divonis Anxiety disorder, karena rasa cemasnya yang ta kunjung reda. Hidup dia bagaikan lentera pecah, yang awalnya menjadi penerang, tiba-tiba jadi tak karuan.
Tetapi Teenar memiliki teman baru yang bisa sefrekuensi dengannya. Mulai dari situ tinar merasa ada sedikit semangat dalam hidupnya dia merasa ada yang mendengarkan dan mengerti perasaannya. Teenar juga tidak merasa sendirian lagi karena keberadaan teman barunya tadi. Teman barunya ini orang baik dan sudah menikah, dia juga memiliki hobi yang sama seperti tinar yaitu menulis.
Dengan begitu teenar merasa terobati dan karena sama-sama melakukan hobi yang sama dan bisa saling sharing dengan teman frekuensinya. Dinar juga merasa bahwa dirinya juga harus berbenah diri agar kedepannya dia mendapatkan hal-hal baik ke dalam hidupnya.
Dalam hal ini yang perlu kita pelajari adalah jangan terlalu bergantung sama orang lain dalam kondisi apapun. Karena kalau terlalu berharap sama orang lain itu juga akan menyakiti diri kita sendiri kalau tidak sesuai ekspektasi.
Teenar sudah menjadi orang hebat karena dia mampu melewati semua semua cobaan yang ada dalam hidupnya di masa quarter life crisis. Di sana Tinar belajar bahwa dia memang terlahir untuk menyempurnakan kekurangan orang lain. Seperti lentera yang tetap bersinar meskipun sudah pecah. Tinar merasa bahwa dirinya cukup bermanfaat untuk membantu dan memberikan pengertian pada orang lain. Tinar merasa bahwa dirinya sudah cukup berani dalam mengambil setiap keputusan. Tinar tidak akan segan-segan speak up jika ada kesalahan yang terus saja dilakukan oleh orang lain jika tanpa adanya perubahan.