Cerpen
Disukai
7
Dilihat
890
CLARA DAN CLARISSA
Horor

Hujan turun dengan derasnya. Sambaran petir yang menyala-nyala terus berlanjut. Gemuruh yang saling bersahut-sahutan menambah suasana lebih mencekam. Seorang gadis yang baru beranjak dewasa sedang duduk terpaku didepan sebuah cermin. Wajahnya yang cantik terlihat tegang melihat sosok misterius mirip dirinya didepan cermin. Sosok misterius itu mengaku sebagai Clarissa, sisi jahat seorang Clara.

    Dalam kesendirian, Clara benar-benar merasakan ketakutan yang teramat dahsyat. Tubuhnya gemetaran. Keringat dingin mengucur deras membasahi kening dan wajahnya. Clara berusaha menutup matanya rapat-rapat, tapi tak bisa. Kedua matanya seperti terkunci untuk selalu terbelalak menatap sosok Clarissa.

    “Siapa kamu?” tanya Clara dengan bibir bergetar.

    “Aku adalah kau, dan kau adalah aku. Kau adalah pembunuh berdarah dingin, Clara!” jawab Clarissa tanpa ekspresi.

    “Tidak!” bantah Clara.

    Clarissa menyeringai seperti iblis berwajah mengerikan. Wajahnya yang pucat seperti orang mati menambah kengerian sosoknya. Tangannya menjulur seakan ingin mencengkram Clara. Kuku jarinya menghitam. Sosok itu kembali menyeringai lebar seakan siap menyantap jiwa-jiwa muda yang sedang gundah atau terlalu percaya pada imannya. Clara tersentak kaget dan jatuh dari kursinya, dia berontak, menjerit, berteriak sekuat tenaga dan berharap seseorang akan mendengarkan teriakannya. Ruangan kamar itu seperti terkunci rapat oleh tebalnya dinding misteri. Clara kaget ketika melihat kedua tangannya sudah belepotan darah segar. Clara kembali menjerit dan berusaha menjauhi cermin itu dan sosok mengerikan didalamnya. Gemuruh bertambah dahsyat menyambar-nyambar. Kilatan cahaya petir saling beriringan memasuki ruangan kamar yang gelap dan juga hening. Clara beranjak dan berlari pergi meninggalkan kamar itu dan segala kengeriannya. Langkah kakinya berlari cepat, bersaing dengan jantungnya yang berdetak kencang. Nafasnya terasa berat, tapi Clara berusaha menguatkan dirinya untuk terus berlari dari sesuatu yang tak dimengerti oleh nalarnya.

***

    Langkah kakinya sudah sampai di anak tangga terakhir, Clara melihat ibunya sedang menangis dipojokan ruangan. Clara menghampiri ibunya, tapi sang ibu malah menjauhi Clara.

    “Dasar kau iblis!” seru sang ibu pada Clara.

    Clara menghentikan laju kakinya.

    Clara menatap heran pada sang ibu yang tiba-tiba saja membencinya. Sang ibu terpojok disudut lain. Nafasnya terasa berat seolah menahan beban batinnya yang sungguh menyiksa. Tatapan matanya tak surut memperhatikan gerak-gerik Clara dan berusaha terus menjauhinya.

    “Ibu, ini aku anakmu.” kata Clara berusaha menyadarkan ibunya.

    “Kau bukan Clara! Kau iblis!” bantah sang ibu, “Kau pembunuh!”

    Clara terkejut, kemudian dia mengalihkan perhatiannya pada sosok laki-laki setengah baya yang terkujur kaku dilantai. Sebuah pisau menancap tepat dijantungnya. Clara tersentak kaget ketika melihat sosok ayah tirinya itu. Suara tawa penuh horor langsung terdengar jelas di telinga Clara. Sosok mengerikan yang mirip dirinya kembali hadir dalam penglihatan Clara melalui cemin dinding dipojokan ruangan.

    “Kenapa kau tega membunuh ayah tirimu, Clara?” tanya Clarissa.

    “Dia berusaha memperkosa aku.” jawab Clara dengan nada suara bergetar, “Aku membunuhnya! Aku menusuk tubuhnya beberapa kali dengan pisau.”

    “Dimana Tuhanmu ketika kau membutuhkan pertolongan-Nya, Clara?” tanya Clarissa lagi menguji iman gadis itu.

    “Tuhanku masih ada didalam hatiku.” jawab Clara.

    Clarissa tertawa geram, “Tuhanmu tidak ada diruangan ini! Imanmu yang besar itu sudah sia-sia, Clara!”

     “Tidak!” sentak Clara dengan nada tinggi, “Pergi kamu, Iblis!”

    Dalam hitungan detik, Clarissa langsung menghilang lenyap ditelan gelapnya sisi ruangan ketika Clara menghardiknya. Clara bersimpuh, kedua lututnya tak berdaya menopang tubuhnya sendiri. Malam itu adalah malam teraneh dan paling menakutkan dalam hidupnya.

    Clara memberanikan diri keluar dari rumah dan melangkahkan kakinya ntah kemana. Tanpa tujuan. Hampa. Merana dalam kesendirian. Dengan niat yang rapuh, Clara mulai menjajaki dunia diluar rumahnya.

***

    Hujan sudah surut. Gelegar petir dan gemuruh sudah tak ada lagi. Clara terus melangkahkan kakinya menapaki jalanan yang basah dalam dinginnya malam. Sosok itu masih mengikutinya. Rasa lelahnya begitu sangat menganggu, kantuknya begitu besar menggodanya untuk tidur, dan Clara tersungkur didepan sebuah toko dipinggiran jalan. Tubuhnya sudah beristirahat, tapi batinnya masih bergejolak, berperang melawan sesuatu yang disebutnya iblis.

***

    Sentuhan halus dikeningnya sudah membangunkannya dari tidur. Seorang lelaki muda sudah berada disampingnya. Clara langsung terperanjat dan berusaha menghindar dari lelaki itu.

    “Jangan takut!” kata lelaki itu.

    “Siapa kamu?” tanya Clara penuh curiga.

    Lelaki itu tersenyum, lalu mengulurkan tangannya, “Ikut aku!”

    Ntah kenapa… Ada sesuatu dalam diri Clara yang mendorongnya untuk mempercayai lelaki itu. Batinnya merasa tenang. Ketakutan itu mendadak sirna. Clara menyambut uluran tangan lelaki itu, kemudian beranjak pergi bersamanya. Udara dingin ini terasa begitu hangat ketika Clara berjalan menyusuri sepinya malam bersama sang lelaki misterius.

***

    Gudang tua bekas pabrik sepatu usang ini adalah saksi bisu pertemuan Clara dengan lelaki itu. Ketika dia sedang tidur pulas dalam dekapan hangat api unggun yang menyala redup, Clara beranjak dan memperhatikan beberapa lukisannya yang berceceran dilantai yang berdebu. Lelaki itu adalah seorang pelukis, namanya Andi Saputra. Clara melihat identitasnya di KTP yang sudah usang tiga tahun lalu.

    Remang-remang cahaya api membawa mata Clara untuk melihat lukisan yang lain. Sebuah lukisan penuh misteri, wajah dalam lukisan itu sangat dikenalnya. Wajahnya sendiri yang sedang bercermin dan memantulkan refleksi seorang wanita yang sedang duduk diatas kalajengking raksasa. Clara memfokuskan perhatiannya pada sosok wanita itu. Clara terkejut ketika sosok lukisan wanita itu tidak mempunya mata diwajahnya. Tapi kedua matanya berada tepat ditengah-tengah telapak tangannya. Terlihat aneh dan sangat mengerikan. Clara langsung meletakan kembali lukisan itu.

    “Kamu belum tidur, Clara?” tanya Andi yang sudah berdiri dibelakangnya. 

    Clara tersentak kaget. Ia menatap Andi dengan penuh tanya dan rasa penasaran.  

    Andi tersenyum, “Kamu lapar?”

    Clara menggeleng pelan.

    “Darimana kamu tahu namaku?” tanya Clara.

    “Aku melihat apa yang aku lihat.” jawab Andi.

    Clara mengerutkan dahinya seakan tak percaya.

    “Kamu seorang paranormal?” tanya Clara lagi.

    Andi mengangguk pelan sambil mengambil dua ekor ikan dari bakul, lalu menusuk dan membakarnya di api unggun. Sesekali tatapan Clara beradu pandang dengan Andi.

    “Siapa perempuan yang ada dilukisanmu ini?”

    “Kamu… dan Jezebeth.”

    “Siapa itu Jezebeth?”

    “Jezebeth adalah iblis yang mengikutimu sejak kamu lahir. Dia selalu ada didekatmu. Dia adalah ratu segala dusta, nista dan pembelot.”

    “Kenapa dia mengikutiku? Apa salahku?”

    “Karena kamu berusaha dekat dengan Tuhanmu. Jezebeth tidak suka itu!”

    Dua ekor ikan itu sudah matang dibakar, Andi memberikan salahsatu dari ikan itu untuk disantap Clara. Keduanya makan dengan lahapnya.

    “Kenapa kamu bisa mengetahui semuanya?” tanya Clara lagi tambah penasaran, “Siapa kamu sebenarnya?”

    “Aku hanya manusia biasa.” jawab Andi terkesan santai.

    Sejenak pembicaraan itu terhenti. Dalam heningnya malam dan remang-remang cahaya api unggun, sosok Clarissa kembali hadir dalam ruangan itu. Dalam penglihatanya yang semu, Clara melihat wajah Andi berubah menjadi sosok Clarissa yang menyeramkan. Senyuman iblis itu menyeringai menertawakan Clara. Iblis itu memperlihatkan wajah aslinya didepan Clara. Bibirnya melebar dan gigi-gigi tajam seperti serigala menyeringai geram. Clara terperanjat dan langsung beranjak menjauh. Sosok mengerikan itu berdiri dalam balutan tubuh Andi, lalu melayang mendekati Clara.

    “Apa kau sudah menemukan Tuhanmu, Clara?” tanya Jezebeth berwujud Clarissa, “Dimana Tuhanmu sekarang?”

    Clara yang ketakutan terus beranjak menjauh, tapi sosok itu masih mengikutinya. Ketakutan dan horor begitu sangat terasa dalam diri Clara. Merasa sendiri dan terabaikan dalam kehampaan, itulah yang dirasakan Clara.

    “Jangan dekati aku, Jezebeth!” sentak Clara.

    Iblis itu lebih keras menertawakannya. Sang ratu kegelapan tak pernah gentar. Malam adalah kuasanya. Kesepian adalah tangisannya dan hampa adalah dirinya. Kematian tak akan menguasai iblis karena dialah yang menguasai neraka. Dusta dan kebohongan adalah lidahnya. Kehendaknya adalah menuju kehancuran. Iblis itu menyeringai ketika Clara mengancamnya dengan mengacungkan tusukan kayu bekas panggangan ikan.

    “Kau mau membunuhku juga, Clara?”

    Clara merasa terpojok. Tubuhnya kini sudah menyender rapat didinding ruangan. Sang iblis sudah melayang lebih dekat lagi dengannya. Wajahnya yang mengerikan sudah berhadapan langsung dengan Clara.

    “Jangan takut untuk membunuhku, Clara! Karena Tuhanmu sedang tidak memperhatikanmu! Tusukkan kayu itu dikepalaku, Clara! Dan kau akan bebas!” seru sang iblis yang terus menerus berupaya memojokan iman Clara.

    Kayu itu sudah erat digenggamannya, Clara menghujamkan kayu tajam itu tepat ke dahi sang iblis. Jezebeth menjerit. Iblis itu berontak, berguling-guling dilantai ruangan sambil teriak lantang, “Kau sudah menjadi milikku, Clara!” Kedua mata Clara yang tadinya tertutup rapat, kini mulai terbuka. Clara terkejut dengan apa yang dilihatnya, Andi sudah terkujur kaku bersimbah darah. Clara menangis dan meraihnya, tapi nyawa lelaki itu sudah sirna. Dalam teriakannya, Clara meratap, “Apa dosaku” Clara tersungkur dalam sujudnya memeluk tubuh kaku lelaki itu.

***

    Clara tersadarkan dalam tidurnya, dia kaget ketika sudah berada didalam ruang gelap bawah tanah. Sebuah penjara yang sempit sudah mengurungnya. Sunyi senyap dan kesepian kini adalah kawannya.

    “Clara… Clara… Clara!” suara itu memanggilnya tiga kali.

    Clara terperanjat dalam sadarnya, lututnya terasa kaku. Clara melihat ada sesosok manusia berjubah hitam keluar dari kegelapan dinding ruangan. Mulut dan lidah Clara terasa ngilu dan tak kuasa berkata-kata. Clara terdiam pasrah ketika harus dihadapkan kembali dengan sosok iblis dirinya sendiri, Clarissa.

    “Apa kau sudah menyerah dengan imanmu, Clara?”

    “Tidak! Imanku masih ada didalam hati ini.”

    “Apa kau pikir Tuhanmu akan datang menyelamatkanmu, Clara?”

    “Tuhanku tahu apa yang terbaik untuk diriku.”

***

    Pintu penjara itu sudah terbuka, dua orang petugas menghampiri Clara, menutup kedua matanya dengan selembar kain hitam, memborgol tangannya, lalu membawanya. Clara masih memiliki iman dalam hatinya. Keputusan pengadilan sudah menjatuhi hukuman mati untuk Clara. Beberapa keterangan dari para saksi sudah memberatkan Clara diruang pengadilan, termasuk kesaksian dari ibunya.

    Clara benar-benar merasa hampa, tak berarti dan pasrah menyerahkan nyawanya pada kematian di kursi listrik. Keterangan medis dari Dokter Idrus tak menyurutkan keputusan pengadilan untuk mengampuni dua kasus pembunuhan yang dilakukan Clara. Secara medis, Dokter Idrus menyatakan Clara sudah mengidap sindrom kejiwaan yang dinamakan MPD (Multiple Personality Disorder). Seseorang yang mengidap penyakit kejiwaan ini merasa dalam diri mereka ada sosok atau karakter lain yang muncul kepermukaan dan menguasai tubuhnya. Sindrome kejiwaan ini bisa timbul mendadak apabila merasa terancam atau pernah tersakiti hati dan jiwanya oleh orang lain. 

    Esoknya, seorang petugas penjara menemukan tulisan kecil dipojok ruangan penjara. Tulisan itu ditulis oleh Clara dengan menggunakan ujung kukunya dalam mengukir setiap kata-kata di dinding penjara yang dingin dan juga senyap, “Tuhan sudah menampakkan diri-Nya didepanku dan menawariku kemegahan surga, tapi aku memilih untuk diam dalam tubuh ini supaya kemuliaan-Nya terpancar di hati semua orang.”

    Setelah kematiannya, tulisan Clara dipojok ruang penjara itu langsung menggemparkan seisi kota, bahkan dunia. Tulisan itu seakan ingin mengetuk hati setiap orang untuk tetap meyakini kalau iblis tidak pernah tidur dan senantiasa mengincar setiap jiwa-jiwa muda yang rapuh.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)