Masukan nama pengguna
SETELAH bergonta-ganti metode cara mengajar bahasa Inggris agar siswa-siswinya memahami bahasa asing dari barat itu, akhirnya guru muda itu menemukan satu metode yang tepat. Dan, pada saat gilirannya mengajar gadis bermata indah itu jantungnya berdegup dengan kencang, keringatnya membanjiri tubuhnya, serta ada sesuatu yang sudah ia ketahui apa yang harus diungkapkannya. Begitu juga dengan gadis itu. Kemudian, ruangan kelas tersebut berubah menjadi ruangan kelas yang penuh dengan warna, ada pohon-pohon, ada ayunan yang dihiasi bunga-bunga, dan kawan-kawan gadis itu menjelma sebagai pemain biola. Guru muda itu sudah tidak bisa menimbun perasaan yang ia namakan cinta kepada gadis itu. Pandangan keduanya saling bersirobok. Napas mereka memburu dengan cepat. Muka lelaki muda itu mendekat, pun muka gadis itu.
"I have falled in love with you since first sight," ucapnya dengan bahasa Inggris macam film-film romantis barat.
"I love you too, Sir," ucap juga gadis itu.
Dan adegan selanjutnya bisa ditebak apa yang mereka berdua lakukan kalau bukan 'kissing'. Burung-burung yang mengintip dari balik celah dedaunan merasa iri terhadap mereka berdua, lalu menirukan apa yang sedang mereka lakukan saat itu.
"I promise that I will marry you." Lelaki itu menggenggam tangan gadis itu dengan erat.
Nama guru lelaki itu adalah Pak Nizam. Ia sangat pintar bahasa Inggris. Tapi, nasib malah melemparkannya menjadi tenaga guru di sekolah swasta yang secara kepemimpinan dan administrasi bobrok. Mengapa disebut bobrok? Karena kepala sekolah dan gurunya saling mengintai kesalahan masing-masing. Kepala sekolah curiga sama guru, guru curiga sama siswa, dan siswa marah terhadap kepala sekolah sehingga harga diri dan martabat kepala sekolahnya sama sekali tak ternilai macam harga rupiah. Dan, meskipun pintar bahasa Inggris, Pak Nizam bukan orang kaya yang memiliki oligarki partai politik dan juga bukan orang dekat presiden yang memiliki hutan produksi sehingga ia tidak bisa mendaftar sebagai CPNS. Ia tidak kaya juga tidak miskin. Setiap hari ia berangkat mengajar dengan mengendarai sepeda motor matik macam Lupus. Pada tahun ajaran baru ini ia kembali masuk dan mendapatkan jam mengajar bahasa Inggris di kelas sepuluh SMA. Saat di hari pertama mengajar itulah takdir mempertemukannya dengan seorang gadis bernama Fina.
Fina adalah seorang gadis yang cantik secara fisik dan juga sederhana. Ia memiliki wajah yang menyenangkan dan sepasang mata indah yang meneduhkan. Suaranya macam kutilang, namun ia tidak bisa bahasa Inggris. Kawan-kawan satu kelasnya pun tidak seorang pun yang bisa bahasa Inggris. Pada saat mengajar di muka kelas, Pak Nizam menceritakan sejarah hidupnya mengapa ia mencintai bahasa Inggris.
"Dulu, saat saya masih SD, bahasa Inggris adalah bahasa yang sangat asing buat saya. Tapi, saya belajar bagaimana caranya saya bisa menguasai bahasa Inggris. Saya hafalkan kosa kata bahasa Inggris yang sering digunakan, lalu saya catak di buku catatan. Dan akhirnya, bisa bahasa Inggris. Nah, mengapa saya lancar bicara Inggris? Karena saya menghafal buku dialog Inggris."
Setiap kali berpapasan dengan gadis itu di lorong kelas, jantung Pak Nizam berdegup dengan kencang. Ia sama sekali belum berani untuk mengungkapkan perasaan yang tidak ia ketahui berasal dari mana. Dan ia berpikir, mengapa ia bisa jatuh cinta pada seorang gadis yang masih muda?
Ia selalu memperhatikan gadis itu setiap hari, dan ia bisa menyimpulkan bahwa gadis itu tidak pernah berpikir untuk pacaran dengan kawan lelakinya. Gadis itu lebih banyak bersama dengan kawan perempuannya. Kadang ia duduk di kursi panjang di luar kelas, kadang makan di kantin, dan kadang duduk di kursi kayu di bawah pohon mangga yang ada di halaman sekolah.
"Nama siswa baru itu siapa?" tanya Pak Nizam kepada salah satu kawan gadis itu.
"Fina, Pak," jawab kawannya.
"Di mana ia tinggal?" Pak Nizam menyelidik seperti seorang polisi.
"Dia mondok, Pak."
"Ooo... oke. Terima kasih."
Untuk mencari informasi lebih detail tentang gadis itu, Pak Nizam membuka sebuah map.
***
Hari kedua Pak Nizam mengajar, anak-anak kelas sepuluh macam kucing yang sedang diajari naik sepeda. Padahal seharusnya mereka sudah tidak perlu belajar macam anak SD.
"Kalian itu sudah SMA, bukan anak SD atau SMP. Tingkatan kalian itu sudah berada di tingkat menerjemahkan dan menulis koran atau majalah dalam bahasa Inggris," ujar Pak Nizam kepada kawan-kawan Fina.
Pening guru lelaki itu memikirkan cara supaya anak-anak didiknya cepat menguasai bahasa Inggris. Bahkan, ia juga berembuk dengan para wali kelas untuk membicarakan masalah ini.
"Saya harus menemukan metode yang pas untuk mereka, Bu," kata Pak Nizam kepada Bu Febri, wali kelasnya Fina.
"Apakah anak-anak tidak ada yang bisa bahasa Inggris, Pak?" tanya Bu Febri.
Pak Nizam menggelengkan kepala. Ia maklum, sudah lima tahun di sekolah ini tidak ada pelajaran bahasa Inggris sejak gurunya dirumahkan oleh kepala sekolah. Ujian bahasa Inggris ada, namun gurunya tidak ada. Dan setelah vakum lima tahun, Pak Nizam datang. Sebenarnya ia adalah guru Sastra Indonesia karena background nya adalah seorang penulis.
"Saya jadi kepikiran, mengapa saya tidak menyuruh mereka supaya menerjemahkan satu demi satu kosa kata dan kalimat cerpen yang saya tulis di koran?"
"Itu ide yang sangat brilian, Pak!" seru Bu Febri berujar.
"Siapa tahu metode ini berhasil."
Akhirnya, Pak Nizam menggunakan metode yang berasal dari ide briliannya itu. Ketika ia mengajar di kelasnya Fina, ia menyuruh anak-anak supaya membuka gugel dan memilih salah satu tulisannya.
"Please you open the short story entittled Sweet Girl. Coba kalian buka sebuah cerpen dengan judul Sweet Girl. Ada?"
"Ada, Pak."
"Allright. So, I hope you translated story it into English word for word. Terjemahkan cerita ini kata demi kata. Maka dengan men-translate kata demi kata, kalimat demi kalimat, kalian akan memahami isi dari keseluruhan cerita ini," kata Pak Zainul menjelaskan.
Lalu, guru lelaki itu menghampiri bangku per bangku untuk membantu mereka yang kesulitan mencari kosa kata dari dalam kamus.
"Looking for. Apa looking for, Pak?" tanya salah satu siswanya.
"Looking for berasal dari kata look. Cari kata look."
"Aha! Artinya mencari ya, Pak?!"
"Ya klop!"
"Artinya found apa, Pak?"
"Found adalah bentuk past tenses dari kata?"
Melongo. Lalu, kompak menggeleng.
"Found adalah bentuk past tensesnya dari kata find yang artinya menemukan."
Pak Nizam membakar semangat para siswanya agar mereka tidak putus asa di tengah jalan. Dan, saat ia menghampiri bangku yang ditempati oleh Fina, seketika suasananya berubah. Hening. Ia dengan telaten dan pelan membantu gadis itu.
"The girl said... apa said itu, Pak?"
"Said bentuk lampau dari kata say, artinya mengatakan."
"I have falled in love with you too."
"I have falled in love with you. Aku telah jatuh cinta padamu."
Sontak bersuit-suit para siswa laki-laki saat Fina mengatakan kalimat itu pada Pak Nizam. Kemudian, ruang kelas itu menjadi kosong. Dan dalam waktu sekejap langsung berubah menjadi penuh pohon-pohon, ada ayunan yang dihiasi dengan bunga-bunga, dan lantai kelas berubah menjadi kolam. Keduanya pun terbawa arus perasaan. Semakin dalam semakin memburu napas keduanya. Tanpa ragu, Pak Nizam menyentuh jemari gadis itu, dan Fina sama sekali tak menolak. Pandangan keduanya juga saling beradu. Dan, seolah ada yang mengutus muka keduanya saling mendekat. Kalian tentu tahu apa yang terjadi setelah itu.
Sejak kejadian itu, Pak Nizam dan Fina menjadi dekat. Lelaki itu tidak bisa memungkiri bahwa dirinya telah jatuh cinta dan ia berjanji dalam hatinya akan menikahinya.
Seminggu kemudian, Pak Nizam mendapat kabar bahwa Fina tidak masuk sekolah.
"Kenapa Fina tidak masuk?" tanya Pak Nizam kepada kawannya Fina.
"Kakeknya meninggal dunia, Pak. Sejak kedua orangtuanya meninggal dunia, Fina diasuh oleh kakeknya. Setelah ini, ia tidak memiliki siapa-siapa lagi. Kakeknyalah satu-satunya keluarga yang ia miliki selama ini."
Palu godam menghantam dada Pak Nizam. Tanpa babibu ia langsung meluncur ke alamat rumah gadis itu. Saat itu, ia melihat wajah gadis itu dirundung durja.
***
Akhirnya, sesuai dengan janjinya, Pak Nizam menikahi gadis itu di hadapan penghulu dengan disaksikan oleh keluarganya Fina. Setelah akad, ia membawa istrinya yang masih muda ke sebuah rumah mungil.
"Bagaimana kalau istri Pak Nizam tahu jika saya istri Bapak?" tanya gadis yang dipanggil sweet girl oleh Pak Nizam dalam sebuah cerpennya itu.
"Fin, aku menikahimu karena aku ingin menyelamatkan seluruh royalti buku dan cerpenku dari tangan orang-orang rakus. Selama ini, keluarga istriku tengah mengincar dan mencari di mana aku menyimpan royaltiku, dan aku ingin cuma kamu yang mengetahuinya. Aku tidak ingin mereka menikmatinya, sementara selama ini mereka memusuhiku. Kelak jika aku meninggal, serahkan warisanku ini pada anakku satu-satunya. Sisanya kamu pegang sendiri untuk kamu gunakan bersama anakmu."
Hati Fina merasa tersentuh oleh sifat kasih sayang yang ia lihat dari suaminya itu.
"Aku berjanji akan menjaganya demi kamu," ujar Fina.
Lalu, pembicaraan itu berakhir dengan ditutupnya gorden jendela kamar itu. Lampu pun dimatikan sehingga ruang kamar itu gelap gulita. Sunyi menikam malam. Tak ada suara apa pun selain desahan dua pecinta yang sedang memadu asmara.[]