Cerpen
Disukai
0
Dilihat
7,193
panana paapa nanaada panapapana
Slice of Life

DI SUATU SAMUDRA YANG TAK TERBILANG NAMANYA ADA SEBUAH PULAU KECIL, SANGAT KECIL, SEHINGGA TIADA LAGI YANG TERBILANG LEBIH KECIL. PULAU YANG KEBERADAANNYA BAK HANTU INI BISA HILANG DAN MUNCUL KEMBALI DI WAKTU-WAKTU TERTENTU. PADA HAKIKATNYA INILAH SATU-SATUNYA TEMPAT YANG SUDAH ADA SEMENJAK PENCIPTAAN MULA-MULA, DAN SATU-SATUNYA TEMPAT YANG TIDAK DISAPUBERSIHKAN AIR BAH---SEBAB YANG MAHAKUASA SANGAT, SANGAT, SANGAT MENCINTAI PUN MENYAYANGKAN APA YANG TERSEMBUNYI DALAM TEMPAT TERSEBUT ....


            Di pulau itu ada gua mungil yang bisa dimasuki anak-anak dengan entengnya. Lalu, bagaimana dengan orang dewasa? Orang dewasa juga bisa masuk, tetapi mereka harus berusaha keras dengan badan mereka yang besar---terutama orang dewasa yang gembrot! Di dalam gua mungil itu ada lorong gelap, sangat gelap, sehingga tiada lagi yang terbilang lebih gelap. Lorong gelap itu menuju ke bawah, terus-menerus ke bawah, ke bawah, dan ke bawah---hingga sampailah di titik terdalam bumi; pusat bumi. Di pusat bumi inilah Yang Mahakuasa mengamankan eksistensi Taman Eden beserta seluruh kehidupan yang mula-mula Ia ciptakan.


            Di dunia bawah itu ada beragam flora dan fauna. Ukuran para penghuni Taman Eden ini gigantik, bahkan nyamuknya saja setengah meter lebih---bisa dibayangkan seperti apa nanti sakitnya ketika digigit nyamuk yang satu ini. Selain gigantik ukurannya, makhluk-makhluk tersebut bisa berbicara, seperti kita para manusia. Mereka bahkan membangun peradaban sendiri di pusat bumi. Tentunya peradaban mereka ramah lingkungan, sehingga alam di Taman Eden tetap terjaga kelestariannya.


            Bagaimana bisa makhluk-makhluk yang selain manusia bisa membangun peradaban? Apakah mungkin mereka memakan buah dari Pohon Kehidupan dan buah Pohon Pengetahuan?


            Jawabannya tidak. Tentunya mereka ini makhluk-makhluk yang takut pun patuh akan Yang Mahakuasa---tidak seperti Adam dan Hawa, sudah dilarang---bahkan langsung---oleh Yang Mahakuasa sendiri, dua leluhur manusia itu malah bandel, dan lihat apa yang terjadi selanjutnya? Mereka berdua jatuh ke dalam dosa, bahkan terusir dari Taman Eden. Tugas mula-mula yang seharusnya ditanggung Adam untuk memegang peran penting dalam berkuasa serta memelihara akhirnya kosong, dan dari situ Yang Mahakuasa memberkati seluruh makhluk di Taman Eden menjadi makhluk yang mandiri; independen; merdeka. Tak ada satu makhluk pun yang berkuasa, mereka sama-sama setara di sana, hidup berdampingan dalam sukacita, kelimpahan, dan ketentraman.


***



Sekarang ini para penghuni Taman Eden merayakan tahun baru, tepatnya tahun tujuh---menurut kalender di sana. Mungkin banyak yang terheran-heran pun bertanya-tanya, mengapa di sana baru tahun tujuh? Padahal di dunia atas; di permukaan bumi; tempat manusia berkuasa dan beranak pinak ini, sudah tahun 2023 (menurut kalender Masehi) dan tahun 1444-1445 (menurut kalender Hijriah). Begini, perhitungan kalender di Taman Eden ternyata berbeda dengan kalender yang manusia ciptakan di dunia atas sana---sebab berbeda peradaban berbeda pula segala sesuatu yang sudah ada maupun segala sesuatu yang nanti 'kan ditemukan, termasuk salah satunya sistem kalender ini.


            Dalam menyambut tahun yang baru, para penghuni di segenap penjuru Taman Eden berhenti melakukan rutinitas seperti hari-hari biasa. Bersama-sama mereka semua menuju ke Pohon Kehidupan dan Pohon Pengetahuan---yang di mana dijaga ketat oleh para kerubim yang bersenjatakan pedang bernyala-nyala pun menyambar-nyambar bak lidah api.


            "Besar!"

            "Indah!"

            "Berkilau!"

            "Mulia!"


            Begitulah beberapa komentar para penghuni Taman Eden yang datang dari segenap penjuru. Keelokan dua pohon gigantik tersebut tak pernah membuat mereka bosan.


            Cahaya perak dari Pohon Kehidupan dan cahaya emas dari Pohon Pengetahuan memperkuat aura magis yang membuat siapa pun yang melihat---bahkan yang tak melihat sekalipun akan dibukakan penglihatannya---bisa jadi terpesona; berdecak terkagum-kagum; bahkan sampai pingsan malahan.


            Mamut, kukang, posum, smilodon, dinosaurus, serta makhluk hidup lainnya duduk mengelilingi dua pohon agung. Sesuai tradisi turun menurun, mereka pun memulai upacara pengucapan syukur untuk Yang Mahakuasa atas ulang tahun tempat tinggal mereka, Taman Eden.


            Serempak para penghuni Taman Eden mulai bernyanyi-nyanyi dengan nada riang gembira:


Hoi, hoi, hoi!

Jiwa kami ingin menyanyi

dan menari-nari~


Oh, oh, oh

Terima kasih, terima kasih, terima kasih

atas berkat Yang Mahakuasa


Panana paana nanaada panapapana

Panana paana nanaada panapapana

Panana paana nanaada panapapana!


Mari beryukur dan bersuka cita

Tahun yang lama sudah dilewati

Kita sambut tahun yang baru

Bersama-sama kita jalani


Hoi, hoi, hoi!

Jiwa kami ingin menyanyi

dan menari-nari~


            Saking terbawa suasana sukaria, para dinosaurus refleks menghentak-hentakkan ekor mereka di tanah, sampai-sampai para binatang kecil seperti posum ikut terhentak-hentak; ke atas, ke bawah, ke atas, ke bawah, ke atas, ke bawah.


            "Aduh, pantatku sakit!" keluh seekor posum muda di sela-sela nyanyiannya.


            "Ini kali pertamamu begini, nak, nanti juga kamu akan terbiasa dengan para dinosaurus itu," balas seorang posum yang lebih tua, ibunya.


            Sementara di sisi lain ada para mamot yang mengerik di sela-sela nyanyian sukacita, suara mereka ini laksana terompet yang makin memeriahkan upacara perayaan tahun baru. Tak mau kalah dengan semangat makhluk yang besar-besar, hewan-hewan kecil (jika bisa dibilang kecil untuk ukuran manusia) membulatkan suara, bersatu padu dalam paduan suara yang meriah; sangat, sangat megah!


***



Sementara itu, di permukaan bumi, muncullah berita:


            Gempa bumi bermagnitudo 5,2 tiba-tiba mengguncang di seluruh belahan bumi. Getaran gempa menyebabkan kerusakan-kerusakan ringan pada bangunan. Kendati begitu, BMKG menghimbau agar warga berhati-hati dan tetap waspada atas gempa ini---


            Ternyata gempa yang mengguncang di permukaan bumi berlangsung sangat, sangat, sangat lama. Tepatnya selama tiga puluh tahun lamanya.


            Selama tiga puluh tahun itu, para manusia berhenti memproduksi piring-piring keramik, gelas-gelas kaca, kaca-kaca jendela, serta benda-benda apa saja yang gampang retak. Dengan begitu terjadilah penurunan akan efek rumah kaca, sebab bangunan-bangunan sudah tidak lagi berkaca. Namun, karena tak berkaca para maling pun beraksi dengan mudahnya. Sementara polisi jadi banyak kerjaan, dan mereka pun tak lagi makan gaji buta.


            Di sisi lain, dengan adanya gempa bumi ini muncullah pekerjaan yang menjadi populer di kalangan manusia, karena gajinya berkecukupan untuk hidup satu keluarga selama sebulan. Pekerjaan mulia itu disebut "tukang plester dinding" ....


            Fakta menarik lainnya, para manusia tiba-tiba menjadi sangat-sangat religius. Sebab mereka takut dengan wanti-wanti tentang hari kiamat yang kata para pemuka agama sudah semakin dekat.


***



Di inti bumi, para penghuni Taman Eden baru saja menyelesaikan nyanyian ungkapan sukacita mereka. Biasanya setahun sekali Yang Mahakuasa akan hadir di pesta tahun baru, tetapi nyatanya sekarang ini Ia belum juga menampakkan eksistensi-Nya.


            "Mengapa semuanya berhenti, apa sudah selesai, bu?" tanya posum muda.


            "Ya, benar. Sudah selesai, tetapi ...."


            "Tetapi apa?"


            "Begini, nak ... biasanya Yang Mahakuasa akan muncul di akhir nyanyian, tetapi sekarang belum muncul-muncul."


            Seekor kakek kura-kura di sebelah kanan mereka tetiba saja berucap, "Ya sudah, kalau begitu, ayo kita bernyanyi sekali lagi!"


            Si posum muda menghembuskan napas berat. "Aduh, aku sudah sakit pantat, sakit juga mulut, dan sakit-"


            "Baru saja tiga menit sudah sakit-sakitan, ish ish ish ... anak muda zaman sekarang suka banyak alasan saja. Nak muda, dengar! Untuk memuji dan mengucap syukur kepada Yang Mahakuasa itu jangan malas-malas. Kamu ada sekarang ini dan menikmati tempat yang makmur ini semua itu karena berkat-Nya," terang kakek kura-kura.


            Ibu posum pun menambahkan, begini katanya, "Kamu dengar, 'kan, kata kakek kura-kura itu? Apa yang dia bilang itu benar."


            "Iya, ibu ...," jawab posum muda dengan wajah menunduk, "ah, kalau tahu begitu aku jadi rasa bersalah. Dari tadi sih, aku tidak sungguh-sungguh bernyanyi. Apa jangan-jangan ... karena aku ... Yang Mahakuasa tidak muncul?"


            "Sudahlah, lupakan saja soal itu. Mulai sekarang jangan seperti itu lagi, ya!"


            Posum muda mengangguk-angguk. "Iya ibu ...."


            Kakek kura-kura pun tersenyum melihat si posum muda tersadar. Dengan tubuh ringkihnya, kakek kura-kura berlalu; dia berjalan ke depan mendekati para kerubim. Sementara para kerubim sendiri hanya memperhatikan, mereka tidak akan masalah dengan si kura-kura tua, sebab gerak-geriknya tak mencurigakan untuk menerobos apalagi dengan laju geraknya yang sungguh lambat.


            "Permisi, kerubim-kerubim sekalian ... bisakah kalian bantu aku untuk terbang agar semua penghuni Taman Eden ini bisa melihat aku?" pinta kakek kura-kura.


            Satu kerubin pun mengucapkan sesuatu dengan bahasa asing yang tak dapat dimengerti oleh para penghuni Taman Eden. Di detik berikutnya, tetiba saja si kakek kura-kura diselubungi awan-awan tipis berwarna-warni---dan apa yang terjadi selanjutnya? Kura-kura tua itu terbang! Dia terombang-ambing ke sana kemari.


            Dengan semangat sukacita, kura-kura tua itu pun mulai bernyanyi: "Hoi, hoi, hoi! Jiwa kami ingin menyanyi dan menari-nari~"


            Nyanyian sukacita kembali dikumandangkan. Kali ini mereka bernyanyi lebih gembira lagi karena dorongan semangat dari seorang tua yang ternyata tetap berjiwa muda. Sementara di atas sana, di permukaan bumi, gempa kembali terjadi.


Oh, oh, oh

Terima kasih, terima kasih, terima kasih

atas berkat Yang Mahakuasa


Panana paana nanaada panapapana

Panana paana nanaada panapapana

Panana paana nanaada panapapana!


Mari beryukur dan bersuka cita

Tahun yang lama sudah dilewati

Kita sambut tahun yang baru

Bersama-sama kita jalani


Hoi, hoi, hoi!

Jiwa kami ingin menyanyi

dan menari-nari~


            Tepat setengah jam kemudian---menurut waktu Taman Eden---muncullah suatu cahaya putih yang terang benderang di tengah-tengah Pohon Kehidupan dan Pohon Pengetahuan. Para penghuni Taman Eden tidak henti-hentinya menyanyikan pujian mereka. Bahkan mereka makin gembira lagi karena pada tahun ke tujuh ini Yang Mahakuasa kembali memperlihatkan eksistensinya langsung di depan mata mereka.


            Awan-awan keluar dari terang dan menyebar di bawah dua pohon agung. Samar-samar terdengarlah orkes dari firdaus yang dibawakan oleh para serafim. Makin lama orkesnya bertambah keras, makin jelas, bahkan meriah sekali. Sebagai tiga perkusi utama; tabuhan rebana, tabla dan marwas, membuka orkes dengan irama riang gembira. Petikan harpa dan kecapi berduet, lalu disusullah tiupan seruling yang berperan sebagai vokalis utama.


            Para anggota orkes firdaus menyebar di sekitar dua pohon agung, dan bersatu dengan para penghuni Taman Eden. Siapa pun yang mendengar---bahkan siapa pun yang tak bisa mendengar akan dibuat mendengarkan---akan dihanyutkan bersama-sama dengan alunan dari orkes firdaus yang berpadu dengan koor para penghuni Taman Eden.


Panana paana nanaada panapapana

Panana paana nanaada panapapana

Panana paana nanaada panapapana!


            Yang Mahakuasa muncul di antara mereka semua, maka teranglah seisi Taman Eden. Seluruh makhluk di situ pun berlutut sembari memuji-Nya.


Panana paana nanaada panapapana

Panana paana nanaada panapapana

Panana paana nanaada panapapana!


            Dan lantunan sukacita ini berlangsung selama sehari lamanya di Taman Eden .... []







Semoga cerpen ini tidak terlalu berat pun terlalu ringan untuk dibaca. Karena aku ingin 'semua orang' bisa bebas menikmati cerpen dengan judul yang agak laen ini (😅) untuk hiburan---kalau mau berteori, silakan saja, semuanya bebas mengulik apa saja dari cerpen absurd ini, hehe....


Kiranya tidak ada sesuatu yang sempurna di semesta, kecuali Yang Mahakuasa sendiri, oleh karena itu mohon kritik/koreksinya.


[Jumkat: 1648 kata]


::Ditulis 13 Juni 2023

Yuk minum! ☕

Mart Bee (Yang Anggunly & Randomly~)







| ©2023 - Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang & Yang Mahapencipta pun Mahakuasa, jadi jauh-jauh deh plagiator, hus hus sana! |



Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)