Masukan nama pengguna
BIONARASI
Perkenalkan nama pena saya Nur Reformawati id Instagram @nur_reformawati asal Sulawesi Tengah. Syukur tiada tara bisa menuangkan tulisan dalam setiap momen yang sangat berharga. Semoga dengan langkah demi langkah Allah memberkahi setiap goresan pena dan memberikan manfaat seluas-luasnya. Bagi diri sendiri menulis adalah obat dan hiburan dari hiruk pikuknya dunia.
MEME
Pada suatu pagi seperti biasanya rutinitas pagi jalan-jalan berkeliling sekitar perumahan. Pagi itu, sejuknya embun menyelimuti perumahan kota tempat tinggalku. Perkenalkan namaku Meme diriku adalah seekor kucing yang terbiasa mandiri berbeda dengan kucing lainnya yang kebutuhannya selalu terpenuhi. Aku ingin bercerita tentang kehidupanku. Dari ceritaku ini yang bisa aku katakan adalah aku cukup bahagia mendapatkan kehidupan dari satu keluarga yang mau mengurusku walaupun tidak seistimewa kucing lainnya. Aku berbeda dari kucing lainnya yang suka memakan tikus entah apa alasannya mungkin saja karena tidak terbiasa. Aku hidup bersama keluargaku. Aku empat bersaudara dan juga ibuku. Meme, Mimi, Mumu, Momo, itulah nama saudara-saudaraku. Kini aku hanya tinggal bersama ibu dan Mimi karena Mumu dan Momo sudah mati beberapa bulan yang lalu. Tuan rumah tempat tinggalku itu merawatku sekedarnya. Memberi makan ketika mereka selesai makan dan tidak memberikan kami tempat tinggal yang khusus seperti kucing lainnya. Namun, kasih sayang tuan-tuan kami tiada tara. Kadang kala kami yang terlalu bersemangat ketika tuan kami hendak membersihkan kotoran ikan pada akhirnya kami bertiga dimasukkan ke dalam gudang sampai ikan selesai dibersihkan.
“Eh ... kenapa bisa keluar dari gudang ini belum selesai bersihkan ikan” teriak salah satu tuan kami yang belum selesai membersihkan kotoran ikan
Kadang kala tuan kami memasukkan kami ke dalam gudang tapi lupa kalau kami bisa membuka jendela yang lupa dikunci. Saudaraku Mimi, memiliki badan yang kecil tapi dia sangat lincah apalagi dalam hal makanan “Set ...” secepat kilat pokoknya
Suatu hari beberapa tuan kami berencana melakukan perjalanan ke rumah keluarga di Sulawesi Selatan sedih rasanya akan ditinggalkan beberapa hari karena tidak memiliki teman bermain dan tidur bersama. Tapi, karena kami memiliki banyak tuan masih ada dua tuan kami yang tinggal di rumah.
Suara telefon tuan kami berdering petanda panggilan masuk
“Meme mana ...” terdengar suara asal telefon tuan kami
Maka mendekatlah tuan dengan membawa telefon dengan panggilan video yang sedang berlangsung terdengar dari telefon suara rindu tuan kami yang paling muda
“Meme ... Meme ... Meme ...” panggil tuanku yang sedang berada dalam telefon
Canggih ya ... bisa berbicara langsung dari layar kaca padahal jaraknya jauh bisikku dalam hati
Ada rutinitas tuan-tuanku tiap paginya. Makan nasi kuning yang harga seporsinya lima ribuan. Maka setiap pagi saya sekeluarga pantang untuk punya urusan di luar rumah karena bagi saya ini adalah waktu emas. Tuan muda kami tidak menyukai ikan yang dagingnya berwarna hitam kemudian secara spontan dilemparkanlah kepada kami yang sudah siap jaga depan tuan-tuan kami khususnya tuan muda kami. Tuan muda kami adalah yang paling aktif dalam segala hal termaksud dalam menggendong kami semua bahkan kami dibawa masuk ke dalam kamar dijadikan sebagai bahan boneka hidup. Biasanya saya yang dahulu masuk kemudian Mimi, kadang juga Mimi yang dahulu masuk kemudian saya, ibu jarang dilibatkan mungkin karena badan ibu sudah berat untuk tuan muda angkat.
Aku punya trik jitu kalau bosan bermain sama tuan muda yang menutup pintu kamar
“Meoww ... meoww ... meoww” teriakku berkali-kali sampai tuan muda membuka pintu
Karena kami tidak seperti kucing lainnya yang memiliki rumah tempat istirahat maka, jikalau malam kami semua tidur di bawah mobil bahkan kala derasnya hujan yang turun membasahi bumi kami semua tetap harus tidur di bawah mobil tuan kami. Namun, tuan kami sudah terbiasa jika pagi hari usai hujan turun kami terkena gejala muntah-muntah entahlah apakah itu alergi atau masuk angin.
Ada satu momen manis yang membuat kami betah tinggal di rumah itu. Kami terpesona dengan sikap cueknya tuan kepala keluarga namun sangat perhatian kepada kami semua. Tuan kepala keluarga yang tegas untuk tidak memasukkan kami ke dalam rumah. Tuan kepala keluarga juga yang selalu menegur tuan muda untuk tidak menggendong kami menghindari bulu kami yang katanya berbahaya bagi tuan muda. Namun, usai menyantap makan siang tidak pernah lupa sebelum mencuci tangannya selalu mempersiapkan dan mencampurkan makanan dengan tangannya langsung menggunakan piring yang baru saja digunakannya. Diaduknya dengan penuh kasih dan sayang sering kali mengambil beberapa sendok nasi dan kepala ikan kemudian diolah semua hingga tercampur rata nasi, sayur dan lauk pauk. “Nikmatnya ...” lirihku dalam hati. Tak lama kemudian tuan kepala keluarga memanggil kakaknya tuan muda “Hidangkan dulu makanannya di tempat biasa” kemudian datang kakaknya tuan muda mengambil piring yang sudah disediakan makanan kami kemudian dipindahkanlah ke piring besi kami yang cukup tiga kepala kami melahap makanan yang dihidangkan. Dengan tenang dan pasti kami menyantapnya. Bagi beberapa kucing bisa saja menganggap bahwa kami tidak dicintai oleh tuan kami tapi tidak bagi kami semua. Buktinya kami betah dan bertahan. Karena sebenar-benarnya cinta bukan pada kesempurnaan namun bagaimana cara pandang yang seimbang dan bijaksanalah menurut kami sebenar-benarnya cinta. Kalau cinta menyakitkan sebenarnya itu bukan cinta tapi ego tentang rasa yang tidak diolah dengan kebijaksanaan. Bagi siapakah kebijaksanaan maka baginyalah hak atas cinta.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
MIMI
Perkenalkan aku Mimi. Aku adalah seekor kucing imut. Badanku minimalis berbeda dari saudara-saudaraku Meme, Mumu, dan Momo. Tuan muda suka sekali menggendongku karena badanku ringan. Tuan muda sering kali mengangkat kedua tanganku dan menggiringku berjalan ke sana kemari bahkan berkeliling ruang tengah rumah. “Muka Mimi pasrah sekali ...” ucap kakaknya tuan muda
“Bukannya pasrah tapi memang tampangku seperti itu” lirihku dalam hati
“Dari semuanya sepertinya Mimi yang paling sabar” ucap salah satu kakaknya tuan muda
Dengan riang gembira misi menaikkan citraku berhasil “yey ...” bisikku dalam hati
Kini aku tinggal bersama saudara dan ibuku. Kakakku Meme namanya. Tuan muda selalu memiliki sikap manis kepada kami tak jarang pula sering kali mengagetkan kami ketika tidur. Aku memiliki kebiasaan harus tidur di samping kakakku. Entah kenapa mungkin saja karena terbiasa. Dari berbagai macam kucing mungkin kami kucing yang berbeda. Apa yang berbeda? Kami suka apa pun makanan yang tuan kami hidangkan, sayur contohnya atau wafer, bahkan pisang rebus pun kami menikmatinya karena itulah pemberian bukan sekedar pemberian namun ada nilai kasih sayang di sana. Itulah yang berbeda. Ada satu waktu yang berkesan dari sikap tuan muda yaitu saat tuan muda mandi kami ikut mandi bersamanya. Dengan penuh kasihnya kami menggunakan sampo dan sabun mandi yang sama dengan apa yang digunakan dengan tuan muda.
Ketika tuan muda kami bangun pagi tanpa aba-aba tuan muda bergegas keluar rumah mencari kami sebagai kucing-kucing kesayangannya kemudian kami bermain bersama berlari-lari kadang kala kami dimasukkan ke dalam mobil mainannya yang hanya memiliki tiga buah ban mobil.
“Mi ...” panggil kakakku
“Iya ... kenapa kak?”
“Kamu merasa bahagia ngga bisa hidup sampai dititik ini?”
“Kok kakak tiba-tiba tanya seperti itu?”
“Ya ... sekedar mau tahu cara pandangmu saja”
“Sejauh ini sih masih bersyukur dan itu yang membuatku bahagia. Jadi menurutku letak bahagia itu bukan pada satu objek tapi kenyamanan yang ada dari dalam hati bahkan saya tidak mampu mengungkapnya secara tekstual. Menurut kakak bagaimana?”
“Persis. Karena menurut kakak ketika ukuran bahagia pada objek maka ketika objek berganti bisa jadi hal itu mengurangi rasa yang sudah menjadi ukuran atas rasa bahagia.”
Kami mengakhiri percakapan kami dengan memandang langit sore yang berwarna jingga nan indah di atas atap mobil tuan kami.
Bersambung ...