Masukan nama pengguna
"Kang, Kang Udin! Kang!" Pardi menggedor pintu rumah Kang Udin berkali kali dengan suara yang agak tinggi. Terdengar makin lama makin keras juga gedorannya. Entah berapa lama dia sudah melakukan hal itu.
Selang beberapa saat pintu rumah pun terbuka, dan terlihat Kang Udin dengan mata yang sayu sambil menguap berdiri dibalik pintu.
"Malam malam gini ada apa tow Di? Suaramu keras betul, sungkan sama tetangga. Jamnya istirahat Di!" Kata Kang Udin sambil menggerutu.
Pardi yang ditegur seperti itu merasa canggung, suasana malam yang tenang, bisa jadi suaranya terdengar lebih keras dari biasanya.
"Iya Kang, maaf. Tapi ini agak penting Kang." ujar Pardi.
"Agak penting berati nggak penting banget kan. Bisa besok aja gak sih Di?" Kata Kang Udin yang masih ngantuk sekenanya.
"Mas Bima ngamuk di pos ronda Kang, nyari Kang Udin!" Kata Pardi dengan nada cemas.
"Bima? Ngapain nyari aku?" Tanya Kang Udin balik.
"Ya mana aku tahu, dia datang sambil ngomel ngomel. Mabuk sih kayaknya. Trus nyariin Kang Udin. Yok buruan kesana gih, itu di pos ronda ada Marto sama Dani." ujar Pardi.
Dengan ogah, Kang Udin membetulkan sarung kebadannya untuk mengurangi rasa dingin malam itu. Lalu tanpa berkata dia berjalan ngeloyor menuju ke sepeda motor bebek tahun 80an milik Pardi.
"Ayok katanya mau ke pos, malah diem aja kau Di!" Ujar Kang Udin yang melihat Pardi hanya diam terpaku. Pardipun gelagapan lalu segera membalikkan sepeda motornya dan berangkat ke pos ronda.
"Udiiiinn! Kawanku! Akhirnya kau datang juga prennnn." Kata Bima dengan nada suara yang cukup nyaring, bau alkohol menyengat keluar dari mulutnya setiap kali dia bicara.
Kang Udin dan Pardi yang baru datang langsung masuk ke pos ronda lalu duduk dipojokkan dalam sambil membenarkan posisi sarungnya lagi untuk mengusir hawa dingin.
"Kau mabuk Bim? Ada apa lagi? Malam malam nyari orang, apa kau ga tau ini waktunya tidur?" Gerutu Kang Udin yang seolah ga ambil pusing yang dihadapinya adalah orang yang mabuk.
"Ngapain banyak banyak tidur Din, kita bakal tidur selamanya bukan? Jadi selama masih hidup melek aja lah. Hahaha." Ujar Bima ngelantur.
Kang Udin menggelengkan kepala pelan lalu berkata, "Trus ngapain kau nyari aku?"
"Eh Din, hidupku kacau, usahaku bangkrut, biniku pergi, kau kan dulu pernah nyantri. Bilang sama Tuhanmu tuh, apa pantas Dia memperlakukan aku kaya gini?" Kata kata Bima masih saja ngelantur.
Kang Udin akhirnya tahu sedikit permasalahan Bima. Sepertinya dia tengah limbung didera musibah musibah yang dialaminya. Mentalnya goyah, ruhaninya terkoyak.
"Ya kalau Tuhan maunya gitu kita bisa apa Bim? Jangankan kita yang manusia biasa, Adam yang bikin kesalahan cuma sekali aja diusir dari surga. Lha kita, salah kita, alpha kita, hampir tiap menit, tiap jam, tiap hari. Ya wajar aja Tuhan nampar kita lewat musibah tow." Jawab Kang Udin santai.
Namun meskipun perkataan Kang Udin terdengar santai dan sekenanya, Marto, Pardi dan Dani terkesiap juga dengan kalimat itu. Mereka merenungkan apa yang baru saja dikatakan Kang Udin. Ya benar, Adam cuma sekali melakukan kesalahan sudah terusir dari surga, lha manusia manusia biasa yang selalu nyetak kesalahan apa iya pantas masuk surga?
"Din, Din, katanya Tuhan itu serba Maha, masa iya ga mau nolong hambaNya yang dikasih kesusahan?" Protes Bima lagi.
"Ya pasti mau dong, Dia yang ngasih kesusahan, Dia juga yang ngangkat kesusahan itu. Cuma caranya aja yang kamu belum tau." jelas Kang Udin.
"Gimana?" Tanya Bima lagi.
"Ya berdoa Bim. Serahkan semuanya pada Allah. Rendahkan dirimu dihadapanNya. Lalu biarkan Allah mengatur segalanya buatmu."
"Berdoa? Aku aja gak ingat gimana caranya berdoa. Lagian tubuhku kacau, tubuhku rusak. Mau doa? Ya mana Tuhan terima Din Din." Bima meracau lagi.
Kang Udin kembali menggeleng pelan, "Lha kalau kamu gak mau berbaik sangka pada Allah ya gak bakalan sampai Bim. Seburuk apa pun kondisimu, sekotor apapun kau merasa, Tuhan Allah tetaplah Allah yang Maha Suci. Kotormu ga bakalan menodai kesucianNya. Kalau kau merasa dirimu kotor dan ga layak buat berdoa, bagaimana dengan Iblis. Tokoh antagonis yang jadi lawan Adam dan anak cucunya? Diapun berdoa kepada Allah. Dan doanya pun dikabulkan. Itu Iblis lho, gimana kalau manusia yang berdoa? Umatnya Kanjeng Nabi pula. Udah ada jaminan akses khusus bagi umatnya Kanjeng Nabi. Jadi kenapa kau ga kembali ke jalur Ruhani buat ngusir galaumu karena banyaknya masalah yang dari kesalahanmu sendiri? Berdoa Bim, berdoa. Itu adalah kunci awal dari segala upaya kita. Berdoa itu juga bagian dari ikhtiar. Ga hanya mengandalkan otakmu, tenagamu serta hartamu saja. Kalau kau mau masalahmu diangkat oleh Allah, awali dengan doa." jelas Kang Udin.
Suasana kembali senyap, Bima menyandarkan kepalanya didinding pos ronda, membiarkan ingatannya menerawang mengupas kesalahan kesalahan yang selama ini dilakukan. Manusia memang pasti salah tapi ada penawarnya. Namun sebelum itu, konsekuensi dari kesalahan adalah teguran dan hukuman.
"Kang, emang Iblis berdoa apa ke Allah?" Dani yang sedari tadi diam akhirnya bertanya.
"Sebelum diusir dari surga Iblis berdoa kepada Allah, memohon kepada Allah agar umurnya ditangguhkan sampai akhir zaman, untuk menggoda anak cucu Adam buat ikut dirinya ke neraka."