Masukan nama pengguna
"Halllaaahhh, dunia makin tua makin edan tenan. Kerusakan dimana mana, maksiat dimana mana. Tinggal nunggu azab yang bakal Allah turunkan dimuka bumi." Pardi ndleming ga karuan di pos ronda malam itu.
"Kamu itu habis makan kecubung apa lagi kesurupan to Di!" Gerutu Dani yang lagi asyik menyantap ketela rebus sambil nonton video pendek di hapenya.
Pardi cuek dengan ucapan Dani, dia beringsut duduk dipojokan pos ronda lalu ikutan nyomot ketela rebus didepannya.
"Kau itu Di, datang datang, ngomel ga karuan eh main nyomot juga akhirnya. Kau itu kenapa?" Seloroh Marto.
Pardi hanya diam saja dikunyahnya makanan dengan mata memejamkan seolah lagi menikmati sensasi kenikmatan ketela rebus yang dimakannya.
"Kang!" Seru Pardi kepada Kang Udin yang sedari tadi diam, "ini gimana tow Gusti Allah kok diam saja. Lihat tuh perang sana sini, maksiat sana sini, kerusakan sana sini. Apa Allah mendiamkan saja?"
Kang Udin yang sedari tadi lagi menikmati berita Timnas yang mau masuk piala dunia akhirnya menutup hapenya.
"Maksudmu apa tow Di?" Tanya Kang Udin.
"Ya itu masa Allah diam saja, banyak perang, banyak anak tak berdosa mati karena terbunuh. Belum lagi merajalelanya maksiat, gara gara hape malah bikin mudah maksiat tow," sergah Pardi.
"Ealah Di, kamu itu kesannya malah menyalahkan Gusti Allah atas ketetapannya. Allah itu mutlak, baik dan buruknya manusia dibumi itu Ndak penting sama sekali buat Allah lho. Allah tetap ada meskipun semua manusia ga mau nyembah Dia. Allah juga tetap ada meskipun manusia dimusnahkan dan tak tersisa satupun. Terus kalau hanya sekedar perang, makan korban, anak anak yang tak berdosa, kau pikir Allah ga ngatur semua itu? Malah keblinger nanti. Awas jangan tergelincir hatimu nanti bisa bisa kamu malah ingkar terhadap Qodho dan QodarNYA."
"Apa Kang Udin Ndak kasian korban perang di Palestina? Mereka masih anak anak, ada juga orang tua renta, wanita wanita ga berdaya." Pardi masih saja tersulut emosi.
"Kalau kita kasian trus kita bisa apa tow Di? Mau ikutan perang? Sono berangkat sendiri," seloroh Marto.
Kang Udin hanya tersenyum melihat sahabatnya ini tak pernah kahabisan ide untuk diskusi tentang Tuhan mereka.
"Trus pengenmu Allah harus gimana Di?" Tanya Kang Udin.
"Allah kan Maha segalanya, tinggal bilang Kun fayakun, selesai. Turun Azab buat Israel, atau dipusat pusat maksiat seperti kisah nabi nabi dulu." Pardi masih dengan suara yang emosi.
"Itulah kenapa Allah berbeda dengan makhlukNya. Kalau sama seperti kau Di, wah rusak dunia ini. Hahahaha." Jawab Kang Udin, "lha gimana dikit dikit Azab. Lha wong azab ini sementara sudah pensiun, dia ditangguhkan oleh Allah sampai akhir zaman kok, kamu malah bilang ozab azab aja."
"Hah? Serius Kang? Jangan Ngada ada lho Kang ntar diklaim Kang Udin syirik," ujar Marto.
"Ya Ndak tow To. Nih tak kasih tau ya. Kanjeng Nabi itu sangat bahagia ketika dapat hadiah oleh Allah yang tidak diberikan kepada Nabi dan Rasul sebelumnya. Pokoknya hadiah ini aaaiiistttimewaaa lah," kata Kang Udin.
"Apa itu Kang?" Potong Dani ga sabar.
"Akhir surah Al Baqarah, kalian itu setiap malam Jumat ikut jamaah tahlil tapi ga tau maksud dari yang dibaca," gerutu Kang Udin.
Ketiganya tersipu mau disindir Kang Udin seperti itu.
"Kan jemaah abal abal Kang, Mayan kan makan malam gratis, enak enak pula," kata Pardi sambil cengar cengir disambut gelak tawa Marto dan Dani.
"Makanya nih ku kasih tau ya, dalam ayat itu ada berbunyi, Ya Allah, jangan kau hukum kami ketika kami melakukan kesalahan dan dosa. Jangan kau benani kami sesuatu yang tidak bisa kami tanggung seperti yang pernah Kau timpakan kepada umat terdahulu. Dan ketika Kanjeng Nabi membaca ayat itu, Allah bilang Naam. Oke, kata Allah. Nah dari situlah Allah punya konsensus nih dengan Kanjeng Nabi. Umatnya Kanjeng Nabi itu ndak akan diazab oleh Allah."
"Lha kan kita umatnya Kanjeng Nabi? Gimana yang ga percaya sama Kanjeng Nabi?" Tanya Marto.
"Kanjeng Nabi itu membawa risalah Rahmatan Lil Al-Amin. Ya namanya risalah Rahmat untuk semua alam, ya yang iman maupun nggak iman ya tetep aja lah dapat Rahmat," jawab Kang Udin.
Mereka semua manggut manggut mendengar penjelasan Kang Udin, entahlah manggut paham atau malah puyeng.
"Jadi Kang, yang jelas ini ndak akan ada azab nih." Pardi masih aja ngeyel.
"Kamu itu lho kok senengmen ada azab, wong Kanjeng Nabi aja bahagia banget waktu Allah ngasih ayat itu, jaminan kalau umatnya Kanjeng Nabi ga akan Nerima azab, lha kok kamu masih aja ngeyel pengen liat azab. Emangnya kau bakal kuat kalau lihat azabnya Allah? Jangan kau sederhanakan konsep rahmatan Lil Al-Amin yang dibawa Kanjeng Nabi lho. Itu sebuah hadiah yang sangat berharga sampai akhir zaman nanti. Jangan juga sampai kau malah jadi makelar azab. Kalau ceramah dikit dikit Azab, kayaknya Allah itu sereeemmm gitu. Padahal udah berkali kali Allah bilang, Dia itu Rahman Rahim. Udah itu aja yang kau harus pikir. Ga usah neko neko." Cerocos Kang Udin yang liat Pardi masih aja ngeyel soal azab