Cerpen
Disukai
0
Dilihat
14,123
RIFA & RAFI
Drama

Saat fajar mulai tersenyum pemuda ini sudah berdiri depan rumah mewah nan megah itu, dia hanya mengamati orang orang yang keluar dari rumah itu, dia baru akan pergi bila dia sudah melihat seorang gadis dan ayahnya keluar dari rumah itu. Begitu dia lakukan setiap hari hingga membuat heran dan curiga gadis pemilik rumah tersebut, suatu hari saat gadis itu melihat pemuda itu berdiri didepan rumahnya lagi, gadis itu pun menghampirinya

“Maaf, kamu siapa? Ada perlu apa ya? aku perhatikan setiap pagi kamu berdiri mengamati rumahku” tanya gadis itu.

“Bukankah wajah kita sangat mirip” ucap pemuda itu membuat gadis itu heran

“Maksud kamu” tanyanya tak mengerti

“Kamu Rifa kan?”tanyanya sambil tersenyum, tapi tatapan matanya tetap mengamati rumah mewah itu

“Iya..”jawab gadis bernama Rifa itu masih tak mengerti

“Aku Rafi, kembaranmu” ucap pemuda itu mengejutkan gadis itu, ia tampak tak percaya dengan yang di dengarnya

“Ibuku Lastri dan ayahmu Subandrio kan?” tanya pemuda itu masih dengan tatapan mengamati rumah mewah itu

Tiba tiba gadis itu memeluk pemuda itu seolah tak mau dilepas, seolah ingin menumpahkan kerinduan yang mendalam. Dipeluk kembarannya dengan erat pemuda bernama Rafi itu pun balik memeluk kembarannya dengan erat lalu derai air mata pun menetes.

Di halaman rumah mewah itu gadis dan pemuda itu melepas rindu

“Bagaimana ibu? Ibu baik kan?” tanya Rifa

“Baik, sangat baik” jawab Rafi singkat, ada rona kebingungan di wajah tampannya, ia seperti tak yakin ibunya baik baik saja, namun dia lupa mengapa dia berpikiran demikian

“Lalu kenapa kemari?” tanya Rifa, sebenarnya dia heran mengapa Rafi baru menemuinya setelah 18 tahun terpisah.  

“Aku sudah tak ingat kapan terakhir kita bertemu, jadi aku kesini untuk memastikan benar aku punya kembaran” jawab Rafi membuat hati Rifa miris.

Meski Rifa tak mengerti dengan maksud Rafi tapi Rifa pikir Rafi bicara begitu karna mereka memang tak punya kenangan dan ingatan tentang kebersamaan mereka, mereka terpaksa terpisah saat mereka bahkan belum bisa bicara.

Saat itu ayah mereka keluar dari rumah, Rafi terus mengamatinya, melihat putrinya bicara dengan orang tak dikenal ayah mereka menghampiri.

“Siapa dia, Fa?’tanya ayahnya dengan tatapan tajam

“Ini…” ucapnya ragu takut ayahnya mengusir Rafi, Rifa tau ayahnya tak menyukai Rafi, karna itu pula mengapa saat bercerai ayahnya lebih memilih Rifa daripada Rafi.

“Rafi om, teman dekat Rifa” jawab Rafi memotong ucapan Rifa sambil mengulurkn tangannya berharap jabatan dari sang ayah.

“Teman dekat, seberapa dekat?” tanya ayah mereka tak perduli dengan uluran tangan Rafi

 “Sangat dekat, sedekat apa, tak bisa diukur apapun” ucap Rafi mulai kesal dengan tingkah ayahnya

“Apa kalian pacaran?” tanya ayah mereka, Rafi dan Rifa tersenyum geli, melihat Rafi tersenyum ayah mereka makin geram

“Kalau tujuan kamu adalah inginkan putri saya sebaiknya jauhi dia” gertak ayah mereka

“Apa anda mengancam saya?” tanya Rafi heran, apa ayahnya sudah buta tak lihat mereka sangat mirip.

“Iya…, sekarang sebaiknya kamu pergi” gertak ayahnya makin tegas.

“Baiklah, tapi besok saya kesini lagi, saya masih ingin bertemu dengnnya” ucap Rafi lalu pergi, ayahnya semakin kesal

“Fa, jauhi dia” gertak ayahnya Rifa hanya tersenyum

“Coba saja ayah pisahkan kami lagi, sekarang kami sudah bertemu ayah, tidak akan terpisah lagi” ketus Rifa pergi meninggalkan ayahnya

“ maksud kamu apa?” tanya ayahnya tak mengerti.

Keesokan harinya Rifa yg sengaja menunggu Rafi di depan rumahny tapi Rafi tak kunjung datang, Rifa pun terpaksa segera pergi karna harus kuliah.

Tak lama setelah Rifa pergi Rafi datang. Pemuda itu seperti biasanya melakukan hal yang sama seperti hari hari sebelumnya, berdiri mengamati rumah Rifa dan ayahnya, saat itu ayah mereka melihat Rafi dan menghampiri

“Rupanya masih berani kamu kemari, ?” ucap ayahnya sinis

“Saya akan selalu kemari sampai saya tidak bisa kemari lagi” jawab Rafi seolah tak peduli dengan gertakan ayahnya

Ayahnya menggelengkan kepala tak percaya Rafi masih bisa bersikap tenang dengan ucap seriusnya

“Apa kau tidak tau siapa aku? Pergi jauhi anakku sebelum kamu menyesalinya?” bentak ayah

“Baiklah” ucap Rafi sambil melangkah pergi

Tingkah Rafi yang acuh rupanya membuat ayahnya merasa yakin Rafi takut dengan gertakannya, meski sebenarnya ayahnya merasa tak asing melihat Rafi.

“Dia sangat mirip dengan Rifa, apa dia? Rafi?”bathin ayah Rafi, lalu berlari mencoba mengejar Rafi, tapi Rafi sudah tak terlihat lagi

“Rafi, bagaimana bisa ayah tak mengenalimu nak, maafkan ayah, Fi” isaknya dalam sesal

Keesokan harinya, Rafi kembali kermah Rifa, kini buku catatan kecil ditentengnya, entah untuk apa buku itu

Saat melihat Rafi, Rifa bergegas keluar rumah, gadis cantik itu berlari ,menghampiri Rafi, Rafi tampak kaget melihat sikap Rifa

“Ayo masuk Fi, mumpung ayah tidak ada” ajak Rifa menarik kedua lengan Rafi

“Oh, iya…” jawab Rafi tak menolak meski Rafi terlihat sangat canggung

“Kenapa sih Fi, kok canggung gitu” tanya Rifa melihat Rafi segan memasuki rumahnya

“Kita, pasti pernah bertemu yah? Bisa tuliskan disini” ucap Rafi, Rifa menatap Rafi, aneh rasanya mendengar ucapan Rafi barusan

“Fi, tidak ingat saat kita bertemu?” tanya Rifa heran

“Maaf, maaf kalau memang kita pernah bertemu saya hanya kesulitan mengingat” mata Rifa mulai berkaca kaca, dia sedih kenapa Rafi bisa lupakan hari itu.

“Bukankah wajah kita sangat mirip” ucap Rifa mengulang ucapan Rafi saat pertama kali mereka bertemu

“Maksud kamu” tanya Rafi, Ekspresi wajahnya sama seperti Rifa saat dia ucapkan itu dulu.

“Kamu Rafi kan?” tanya Rifa sama seperti pertanyaan Rafi dulu

“Iya..” jawab Rafi terlihat heran

“Aku Rifa, kembaranmu” lirih Rifa, batinnya perih menyadari Rafi sungguh tak mengingatnya

“Ayahku Subandrio dan ibumu Lastri kan?” tambahnya

Tiba tiba Rafi memeluk Rifa sama seperti yang dilakukan Rifa waktu pertama mereka bertemu, seolah tak mau dilepas, seolah ingin menumpahkan kerinduan yang mendalam. Rafi memeluk Rifa dengan erat seolah seperti hari itu untuk pertama kalinya mereka bertemu

“Kamu kenapa, Fi?” tanya Rifa hatinya amat bingung, pedih rasanya melihat keadaan Rafi.

“Kita baru bertemu kan?” tanya Rafi polos

“Kita pernah bertemu Fi, kamu lupa?” jawab Rifa.matanya berkaca kaca

“Benarkah, oiya… “ ucap Rafi kemudian terlihat panic membuka buku catatan yang dibawanya itu

“Kalau aku bertemu Rifa, aku mau bawa Rifa pulang bertemu ibu” bisik Rafi membaca tulisan dalam lembar buku catatannya

“Ini apa Fi, kenapa mencatat apa yang mau kamu katakan?” tanya Ria khawatir

“Aku harus bawa kamu ke ibu… tapi tunggu, buka halaman selanjutnya” bisik Rafi kemudian bergesa gesa membuka embar berikutnya dari bubu catatanya

“Keinginan untuk berkumpul sudah tak mungkin, hari ini hari yang kutakuti terjadi juga, ibu meninggalkan kami untuk slamanya bahkan belum sempat melihat aku membawa Rifa pulang” bisiknya terdengar pilu

“Maksud aku nulis ini apa yah? “ tanya Rafi, pada dirinya sendiri, Rafi panik dengan tergesa gesa Rafi membuka halaman berikutnya

“Kami mengalami kecelakaan, ibu meninggal seketika, sedang aku luka parah, benturan keras dikepala mengharuskanku dioprasi, mungkin karna itu aku tak bisa mengingat apa yang kemarin terjadi, dokter juga bilang hidupku adalah keajaiban, karnanya aku harus segera bertemu Rifa sebelum aku tak bisa mencarinya lagi”

Sejenak suasana hening, lalu tetes bening dari mata Rafi mengalir memilukan. Rifa shock, air mata gadis itu mengalir lebih deras dari Rafi, ia tutupi mulutnya yang menganga dengan kedua tangannya, Rafi menatap Rifa dengan ekspresi yang sama pedihnya.

Lama mereka terpisah, namun kini setiap hari bagi mereka bagai hari pertama mereka berjumpa, tiap pagi saat membuka mata Rafi kembali tak ingat sudah bertemu Rifa, dan tiap pagi Rafi datangi rumahnya Rifa berpura pura baru bertemu Rafi hari itu, begitu seterusnya, hingga ajal memisahkan mereka, slamanya.

\


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)