Masukan nama pengguna
Namaku medina, tapi aku lebih suka dipanggil ara, loh kok? Bingungkan, bingung? Sudah, jangan bingung, lagipula aku tak sedang ingin menceritakan asal usul sebutanku itu, aku ingin bercerita tentang malaikat. Ya malaikat, yang katanya cakep nya nauzubillah. Aku udah pernah ketemu loh, kalian mungkin ga percaya. Apalagi kalau aku bilang malaikat itu ternyata maling, kalian pasti making ga percaya.
Gini nih story nya.
Suara krosak di atas atap rumahku membangunkan ku dari tidur pulas, padahal aku lagi mimpi indah, mimpi duet bareng sonu nigam, penyanyi asal india yang tak banyak di kenal orang tapi lagu lagu nya cukup menghabiskan memori notebook ku.
Krosak…!!
Suara itu terdengar lagi, kini diiringi suara langkah kaki, mataku makin melotot saja, jujur aku takut.
“Apa hyun?” kucing kesayangan ku,pikirku menghibur diri.
“Tapi masa sekeras itu, memang sebesar apa hyun” pikirku lanjut mendengar suara langkah kaki itu semakin jelas.
Aku pun turun dari tempat tidur, ku raih henpon ku, kupikir jika itu maling maka akan ku telpon semua teman temanku, sebenarnya tentu lebih aman jika yang ku raih itu pentungan, tapi di kamarku tak ada pentungan,
Dengan langkah pelan aku mulai melangkah keluar kamar, aku sempat berpikir untuk bangunkan ayah ibuku, tapi kamarnya pasti terkunci, jika ku ketuk apa jadi nya jika itu maling, bisa gawat jika maling itu tau aku membangunkan ayah ibu ku, lalu langkah ku terhenti di depan kamar adikku kamarnya tak terkunci, apa aku bangunkan dia saja? Tapi membangunkan adikku sama saja membangunkan warga satu kampung, dan dalam kalutku tiba tiba ….
Kroosaaak….. gubraaaaakkkkkkkk
Dia jatuh…. Seseorang jatuh dari langit, oh bukan tepatnya dari atap rumah ku…
“Aaowwww…” teriaknya panjang… ia kesakitan
“S i a p a?” pikirku antara kasihan dan ketakutan.
Lalu sosok mahluk yang jatuh dari atap rumahku itu menoleh, ia tampak terkejut melihat ku, ia hempaskan tubuhnya saat melihatku, sekaget itukah, yang benar saja, siapa juga yang seharusnya segaket itu, tapi apa aku kaget? Tidak, aku malah terkesima.
“Dia… ya tuhan, dia siapa? Malaikatkah? Kalau dia malaikat kenapa ia terhempas begitu saja dari langit dan jatuh menimpa atap rumahku. mana sayap nya? Malaikat kok tak bersayap.” Lama aku terpaku, sampai ibu dan ayah ku keluar dan berteriak
“Maliiiiiiiiiiiiiiiiiiing……………”
Dengan sergap ayah meringkus malaikat eh maling itu, tentu saja tanpa berlaga seperti jagoan pun ayah sudah bias neringkusnya karna maling itu sudah tak berdaya. Ku rasa itu karna ia terjatuh dari lngit, ya setidaknya itulah hayalku yg masih berpikir dia itu malaikat.
Jam 2 malam mendadak rumahku ramai, sampai ada polisi segala, ia tampak berjabat tangan dengan ayah,tak lama pak polisi itu pergi membawa dia, membawa malaikat itu, mataku tak henti menatap nya.
“Lain kali jangan salah mendarat lagi yaaaaaaaaaacccch” teriakku sangat kencang, sontak tiba tiba semua sorot mata tertuju padaku, untuk beberapa saat semua yang ada disana mematung menatapku.
Kenapa? Apa aku salah ucap?
“Emang pesawat, salah mendarat!” ucap adikku riki
Melihat ekspresi wajahnya aku baru tersadar aku tak seharusnya meluncurkan kata kata itu.
Singkat cerita pagi pagi bener ayah telpon, ayah bilang aku harus kekantor polisi untuk jadi saksi, oh… my good, seneng bukan kepalang aku dengernya.
Rupanya ayah langsung ke kantor polisi sesudah sholat subuh, terpaksa aku minta adikku yang agak ganteng dan kadang kadang baik untuk mengantarku, ia awalnya cemberut, aku tau itu lebih dari sekedar kata yang menjelaskan bahwa ia ogah nganterin aku, namun akulah kakak paling kejam, satu pelototan saja sudah membuat nya bertekuk lutut.
Sepanjang jalan ingatanku terus tertuju pada pertemuanku dengannya semalam. Adikku yang mengantarku dengan mobil kesayangannya terlihat heran melihat aku yang sesekali senyum senyum ga jelas.
“Apa dia tuch jawaban doa doa mba kali ya de” ucapku ngawur, jelas saja adikku mengerutkan kening tanda tak paham dengan ucapanku.
“Yaelah, napa bengong ja, jawab amin ke”
“Amin? amit amit iya, ga waras ni anak”ketusnya sambil terus kumat kamit ga jelas, mungkin dia berat hati mengantarku,
Sesampainya di kantor polisi aku langsung berlari menghampiri ayah, aku sempat terpaku sejenak depan pintu melihat wajah melas malikat itu.
“Sini nak, malah bengong di situ” seru ayah membangunkan lamunanku
“Eh, iya yah”ucapku langsung menyambar tempat duduk yang tadinya mau di duduki adikku.
Setelah aku duduk pak polisi di depanku mengalihkan pandangannya padaku, aku terpaku tak paham dengan tatapan polisi itu.
“ Begini nak Medi…”
“Ara pak, Ara” potongku mendengar pak polisi itu memanggilku Medi, ayahku mencubit pinggangku, mungkin aku sudah tak sopan
“Oh, iya nak ara, bapak mau tanyakan soal yang semalam, nak ara bersedia bukan untuk menceritakan apa yang terjadi semalam?”tanya pak polisi dengan senyum menggoda
“Apa yang harus di ceritakan pak?” tanyaku pura pura bego
“Soal malaikat yang salah mendarat tu” ketus adikku kesal mendengar tanyaku, aku langsung melototinya
“Apa..” gertak adikku sambil kumat kamit lalu cemberut
“Betul semalam nak ara mendengar suara orang berjalan di atas atap rumah?”tanya pak polisi mulai mengintrograsi
“Iya pak”jawabku
“Lalu apa yang nak ara lakukan?” tanya polisi itu sambil menulis apa yang ditanyakan dan apa yang aku jawab di computer
“Saya keluar kamar, saat keluar suara langkah kaki itu semakin keras, tadinya saya mau membangunkan ayah dan ibu tapi takut malah berisik nantinya, waktu lewat kamar ade saya, saya udah ada niat bangunin dia soalnya pintu kamarnya tidak dikunci, tapi tiba tiba…” ucapku terhenti ku alihkan pandanganku pada malaikatku yang dari tadi hanya menunduk, ada rona penyesalan dari raut wajahnya yang rupawan
“Kau itu tampan,mengapa harus masuk rumahku dengan cara pencuri?” ucapku pelan, tapi cukup terdengar oleh semua orang yang ada disana termasuk oleh malaikatku itu . sejurus kemudian semua mata lagi lagi menatapku. Adikku mengerutkan keningnya, bibirnya mengerat menahan kesal oleh sikap bodohku, ayah dan pak polisi itu hanya terenyum.
Namun kata kataku tadi rupanya mengusik hati malaikatku itu, ia menatapku penuh sesal, ia seolah ingin katakan sesuatu tapi aku tak paham. Tatap matanya menyihirku hingga rasanya tak mungkin orang setampan dia itu mau berbuat jahat, apalagi padaku, gadis yang baru di temuinya saat dia mendarat bebas dari atap rumahku.
“Pak, saya yakin dia bukan orang jahat pak” ucapku berusaha meyakinkan semua orang yang ada disana, malaikatku tampak terharu dengan usahaku.
“Loh, yang bilang dia orang jahat itu siapa?”ucap polisi itu membuatku tak mengerti
“Begini nak ara, nak purnama ini memang tidak ….”
“Siapa?”lagi lagi ku potong ucapan pak polisi
“Tadi bapak bilang siapa? Ulangku lagi saat kulihat pak polisi itu hanya bengong tanpa jawaban
“Nak Purnama?”tanya pak polisi
“Purnama?”tanyaku ingin meyakinkan
“Ya ampun mba, iya Purnama, orang yang terjun bebas dari atap rumah kita tu namanya Purnama, masa ga ngerti?” ketus adikku, ah.. kenapa sih adikku slalu ketus padaku.
“Dan nak Purnama ini bukan maling, dia di atap rumah buat ngambil merpatinya yang bertengker di atap rumah kita” sambung ayah..
“Benarkah?”tanyaku tak percaya, malaikat bernama purnama itu lalu tersenyum sangat manis, hatiku seketika berbunga bunga, oh tuhan tiba tiba aku merasa seperti ada alunan musik dan tentu saja sonu nigam penyanyinya, aku merasa tubuh kami semakin mendekat, mata kami mendekat, hidung kami mendekat, bibir kami pun dan lalu…
“Med… Med?”usik ayah..
“Ah, ayah” teriakku kesal
“Ngayal lagi pasti tuh yah”ketus adikku, semua orang disana tertawa.
“Nak Purnama, kami mohon maaf, kami bebaskan anda dari tuduhan mencuri” ucap pak polisi
“Trimakasih pak” serunya, hatiku bergetar hebat mendengar suara lembutnya
“Ya ampun, kamu tuh, sempurna” ucapku salah tingkah, dan lagi lagi semua yang ada di sana menatapku aneh.
Dan hari itu kami berpisah di depan kantor polisi, namun walau entah kapan bisa bertemu lagi aku yakin bisa bertemu lagi dengannya, dengan purnama di atap rumahku.