Masukan nama pengguna
Belakangan, aku acap bermimpi mengenai ayah dan ibu. Di mimpi itu, aku melihat ibu menjadi seekor ikan dan ayah menjelma laba-laba. Mimpi yang aneh, pikirku dulu. Namun, setelah mimpi itu terus saja berulang di malam-malam berikutnya, aku menganggap itu sebagai isyarat. Pertanda.
Kata orang, mimpi bisa terjadi ketika kita tengah memikirkan sesuatu sebelum tidur. Barangkali ini pula yang berlaku padaku, lantaran sering mendengar serapah ayah dan ibu di kamar mereka saban malam. Tapi, yang keluar dari mulut kotor orangtuaku bukanlah nama-nama binatang seperti ikan atau laba-laba, melainkan umpatan nama hewan yang lain. Setiap amarah mereka pecah, sudah aku usahakan menutup sepasang telinga dengan bantal. Namun, lengking suara ayah dan ibu yang dahsyat saling mengujar seolah mampu menembus hingga ke gendang telinga. Membuat aku selanjutnya susah tidur—setidaknya sampai amarah ayah dan ibu redam dengan sendirinya, ketika malam semakin beranjak larut. Dan mulut mereka lelah menyerapah. Lalu besoknya, seperti biasa pula, aku akan selalu terlambat berangkat ke sekolah setelah lagi-lagi memimpikan ibu menjadi seekor ikan dan ayah menjelma laba-laba raksasa.
Ah, tapi syukurlah, aku yakin malam ini semua itu tak akan terulang lagi. Tak akan ada serapah dari sepasang mulut orangtuaku lagi. Sebab, sesaat lalu, sebelum aku kembali memimpikan ibu menjadi seekor ikan dan ayah menjadi laba-laba, aku telah mewujudkan mimpiku itu sendiri: kutenggelamkan kepala ibu di bak mandi, dan kugantung leher ayah di kusen ventilasi!
***