Cerpen
Disukai
0
Dilihat
526
Mimpi dan Sebuah Perjuangan
Self Improvement

Mimpi dan Sebuah Perjuangan

 

“Tidak ada mimpi yang terlalu besar untuk perjuangan yang besar”

 

           Ceila Putri Mahardika adalah seorang mahasiswi kedokteran disalah satu universitas terkenal di Surabaya. Ceila merupakan mahasiswi berprestasi di kampusnya, karena dia merupakan salah satu penyumbang piagam dan piala terbanyak di kampusnya, mulai dari akademik maupun non-akademik, bahkan dirinya selalu mempertahankan nilai IP tertinggi disetiap akhir semester. Maka tidak heran Ceila menjadi mahasiswi terfavorit di kampusnya.

           Seperti biasanya, hari ini Ceila masih berada di ruangan kelas ditemani dengan buku dan soal-soal dihadapannya. Padahal kelas sudah berakhir sekitar satu jam yang lalu, sebagian mahasiswa yang lain juga sudah pulang, berbeda halnya dengan Ceila yang masih betah sendirian di ruang kelas mengerjakan soal-soal dihadapannya. Karena bagi Ceila belajar bukanlah hal yang membosankan melainkan hal yang sangat menyenangkan, memecahkan soal dan menemukan jawaban akan memberikan sebuah kebahagiaan tersendiri untukknya.

           Setelah selesai dengan aktivitasnya tersebut, Ceila pun mengemasi buku-bukunya ke dalam tas dan bersiap untuk pulang. Saat sampai di parkiran, keningnya berkerut melihat layar ponselnya yang dipenuhi dengan 100 panggilan tak terjawab dari ayahnya dan kedua bola matanya membulat sempurna diiringi dengan jantungnya yang berdetak lebih kencang ketika membaca pesan dari ayahnya. Ceila menggelengkan kepalanya berkali-kali dengan air mata yang mulai jatuh mencoba untuk tidak percaya pada pesan yang baru saja dibacanya. Dengan tubuh yang bergetar dan air mata yang jatuh dengan deras, Ceila segera mengendarai motornya dan langsung menuju rumahnya dengan perasaan kacau yang tidak dapat dijelaskan.

>>>>>

           Hilang sudah kebahagiaan yang Ceila punya, orang yang paling disayangnya, yang telah melahirkannya dan merawatnya dari kecil hingga besar telah pergi untuk selama-lamanya. Hal yang paling disesalinya adalah dirinya yang tidak dapat menemani sang ibu didetik-detik terakhir dan juga dirinya yang baru mengetahui bahwa ibunya selama ini mengidap penyakit kanker. Ada rasa tidak percaya dalam dirinya karena selama ini ibunya kelihatan sehat dan baik-baik saja, namun Ceila tidak dapat menyangkal karena kenyataannya ibunya telah tiada. Bukan hanya itu, hati Ceila semakin hancur melihat penyakit ayahnya yang kembali kambuh. Kondisi ayahnya semakin hari semakin menurun membuat ayahnya tidak memungkinkan lagi untuk bekerja. Ekonomi keluarganya ikut menurun semua uang telah habis untuk biaya obat sang ibu dan sang ayah, bahkan adik-adiknya dan dirinya terancam putus sekolah. Tidak, ini terlalu sakit untuknya, Ceila tidak bisa membayangkan adik-adiknya yang masih duduk dibangku SD dan SMP itu harus putus sekolah dan bekerja. Ceila juga tidak bisa membayangkan ayahnya yang sedang sakit itu harus bekerja, lalu bagaimana dengan kuliahnya? Bagaimana dengan mimpinya? Bagaimana caranya agar adik-adiknya tetap bersekolah dan ayahnya tetap beristirahat di rumah tanpa harus bekerja? Sungguh, Ceila sangat pusing memikirkan hal ini, dia benar-benar tidak siap dihadapkan dengan kondisi seperti ini. Ceila butuh waktu untuk menenangkan hati dan pikirannya saat ini.

>>>>>

           Sebuah senyuman terbit diwajah cantik Ceila, hari ini dia akan memulai aktivitasnya membuat kue, lalu menitipkannya dibeberapa warung dan pada sore sampai malam hari dia bekerja di supermarket, sebuah hal yang baru untuk dilakukannya dan mungkin nantinya akan menjadi kebiasaannya. Yah, setelah berperang dengan hati dan pikirannya akhirnya Ceila memutuskan untuk berhenti dari kuliah mengorbankan mimpinya dan menjadi tulang punggung keluarga. Sebuah keputusan yang sangat berat untuknya, tetapi Ceila tidak memiliki pilihan lain. Sebenarnya pihak kampus sangat menyayangkan hal ini, bahkan mereka mengajukan bantuan untuk meringankan setengah dari biaya kuliahnya. Namun Ceila berpikir bagaimana dirinya menutupi setengahnya lagi sementara masih ada uang buku, uang praktek, biaya sekolah adik-adiknya, biaya obat ayahnya dan kebutuhan lainnya. Baiklah, Ceila tidak mau egois, sebagai anak tertua ini memang sudah seharusnya menjadi tanggung jawabnya.

 “ Uwawwwww, kuenya enak banget la!” ucap Ayana sambil mengacungkan kedua jempolnya kearah Ceila.

“ iyah, rasanya tuh beda banget sama yang dijual di pasaran. Bentuknya juga pada lucu-lucu,” tambah Joyce memuji kue buatan Ceila. Mereka berdua merupakan sahabat Ceila dari masa SMA sampai kuliah. Sebagai sahabat mereka turut merasakan kesedihan yang dialami Ceila dan mereka selalu mendukung setiap tindakan yang dilakukan Ceila.

Ceila menatap keduanya dengan senyuman hangat, dia masih ingat betul bagaimana proses yang dilaluinya dalam membuat kue tersebut. Berkali- kali gagal hingga akhirnya dia berhasil, dia bahkan tidak yakin jika kuenya seenak yang dikatakan oleh kedua sahabatnya karena dia hanya belajar dari video youtube, sementara bentuk kuenya berasal dari imajinasinya saja.

“ Rencananya, Aku mau buat toko kue di samping rumah, menurut kalian gimana??”tanyanya.

“ Good idea!”

“ Harus dicoba”

Ucap Ayana dan Joyce bersamaan. Keduanya menggenggam erat tangan Ceila dengan tatapan yang seakan memberikan keyakinan untuk Ceila. Baiklah, dia akan mencobanya.

>>>>>

           Ceila menatap toko kue yang baru saja dibangunnya, modal berasal dari tabungannya beberapa bulan lalu hasil menjual kue di warung-warung dan bekerja di supermarket. Toko kuenya memang kecil, Ceila mendesainnya dengan minimalis dan natural namun terlihat nyaman, dengan menggabungkan elemen kayu dan logam dan ini semua dirinya yang mendesain dibantu oleh Adit, temannya di kuliah dulu.

Toko kue yang baru dibukanya tersebut sudah sangat ramai oleh pembeli, padahal tokonya itu baru beberapa hari yang lalu dibuka. Bagaimana tidak? Cita rasa kue buatannya yang luar biasa dilidah membuat semua orang ingin mencobanya lagi dan lagi, rasanya tidak membosankan. Selain itu, Ceila dan dibantu kedua sahabatnya juga mempromosikan kuenya ke media sosial, perumahan komplek dan di jalanan.

Karena sekarang Ceila memiliki toko kue sendiri, dia memutuskan untuk berhenti bekerja di supermarket karena ingin fokus mengembangkan tokonya dan juga agar dirinya memiliki waktu yang banyak untuk kedua adiknya dan ayahnya. Ceila berdiri dengan tatapan yang dalam dan kedua tangan mengepal ke atas, “ baiklah ini adalah awal yang baik, kamu pasti bisa Ceila”, ucapnya dalam hati penuh keyakinan. Dia sepertinya telah menemukan sebuah titik cahaya untuk keluar dari kegelapan dan menemukan terang yang sesungguhnya.

           Setelah selesai menutup tokonya, Ceila bergegas masuk ke dalam rumah. Hatinya menghangat melihat kedua adiknya yang begitu serius dalam belajar, sepertinya pengorbanannya tidak sia-sia.

“ Kalian tahu tidak, siapa itu Kartini?” ucapnya menghampiri kedua adiknya dan duduk ditengah-tengah mereka.

“ Tahu dong kak, Kartini itu pahlawan nasional yang memperjuangkan kaum perempuan untuk memiliki hak yang sama dalam bidang pendidikan dengan laki-laki,” jawab Laras, adiknya yang duduk dibangku SMP.

Ceila menganggukan kepalanya kecil lalu kembali bertanya,” Lalu bagaimana jika dulu ibu Kartini tidak mau memperjuangkannya?”

“Kalau begitu kita ha…”

“ Hanya akan berada di dapur dan tidak bisa bersekolah seperti laki-laki, betulkan kak?” jawab Rara, adiknya yang duduk dibangku SD dengan antusias hingga memotong jawaban laras. Ceila gemas mengacak rambut adiknya tersebut lalu membawa keduanya dalam pelukannya.

“ Karena itu, berjanjilah untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan wujudkan mimpi kalian, ingat perjuangan ibu Kartini dulu sangat berat,” ucap ceila menatap adik-adiknya.

“Baik kak! Kami tidak akan mengecewakan jasa ibu Kartini, juga tidak akan mengecewakan kakak dan ayah,” jawab keduanya kompak dengan mengangkat jari kelingking, Ayahnya yang melihat hal itu dibalik pintu tersenyum bangga pada anak-anaknya.

>>>>>

           Beberapa bulan menjalankan usahanya sendirian, toko kuenya tersebut semakin ramai saja. Ceila mulai bisa tenang memenuhi kebutuhan kedua adiknya dan juga dia tidak perlu takut lagi memikirkan biaya obat sang Ayah, Ceila mengatur keuangannya untuk hal-hal penting dan menerapkan hidup hemat.

           Ceila sekarang berada dikamarnya, sepertinya hari ini dia sangat kelelahan mengurus toko kue sendirian kadang juga dibantu oleh Adit, kedua sahabatnya atau kedua adiknya. Ceila tersenyum menatap langit kamar sambil memejamkan mata, dia bersyukur memiliki orang-orang yang selalu mendukungnya, dia bersyukur dapat membelikan ayahnya obat, dia bersyukur adik-adiknya masih dapat bersekolah dan dia bersyukur semuanya baik-baik saja sekarang.

Beberapa detik kemudian, senyumannya itu diikuti dengan air mata yang jatuh membahasi pipinya. Dia merindukan pelukan hangat ibunya, dia merindukan kuliahnya, dia rindu menjadi mahasiswi, dia rindu megikuti olimpiade, dan dia rindu pada mimpinya dulu menjadi seorang dokter spesialis jantung. Ceila tak pernah membayangkan semuanya akan menjadi seperti ini, dia dulunya sudah menata mimpinya itu dengan rapi, belajar keras bahkan lupa dengan waktunya makan, dia tidak menyangka dia harus mengubur paksa mimpi itu dan juga dia tidak menyangka sekarang dia memiliki toko kue sendiri yang mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Ceila menyeka air matanya dan kembali tersenyum tulus, dia harus kuat dan dia harus fokus pada kesembuhan ayahnya, kedua adiknya dan juga masa depannya. Tidak semuanya sukses itu harus menjadi dokter bukan? Dia masih memiliki masa depan yang cerah, dan dia yakin itu.

Ceila berjalan menuju meja belajarnya, meskipun sudah berhenti dari kuliahnya, tidak ada alasan untuknya tidak belajar. Ceila selalu begini, pada malam hari dia akan menulis apa saja yang dipikirkannya bukan sebuah curhatan ataupun diari tetapi sebuah tulisan yang menjelaskan tentang sebuah perjuangan. Terkadang dia menulis sebuah puisi ataupun melukis dan Ceila juga tidak pernah berhenti mempelajari pelajarannya di kuliah. Sudah dikatakannya pada dirinya sendiri, bahwa belajar itu tidak mengenal waktu ataupun tempat, intinya adalah keingintahuan yang besar, tidak ada alasan untuk menjadi bodoh.

>>>>>

           Ceila berdiri menatap dengan tatapan kosong kobaran api besar di depannya, sementara orang yang berada disekitarnya berteriak minta tolong dan berusaha memadamkan kobaran api tersebut. Tubuhnya seakan membeku dan tak dapat bergerak menyaksikan kejadian yang berlangsung di depan matanya ini, toko kue yang baru dibukanya itu terbakar dan dipastikan semua yang ada di dalam sana hangus terbakar. Beruntung rumahnya tidak ikut terbakar, karena petugas pemadam kebakaran berhasil memadamkan api, hanya saja kini Ceila kehilangan toko kuenya sumber penghasilannya. Ceila tidak menyangka hal ini dapat terjadi, dia juga bingung dari mana api tersebut berasal, dirinya saja terkejut saat pulang dari rumah sakit membawa ayahnya berobat,dia melihat banyak orang berkumpul depan toko kuenya. Setelah api padam, semua warga mulai pulang ke rumah masing-masing.

Sebuah tangan mengelus puncak kepala Ceila,” maafkan ayah nak,” ucap ayahnya merasa bersalah dan membawa anaknya kedalam pelukannya. Ayahnya tahu bagaimana perasaan putrinya saat ini, pasti sangat hancur padahal dia baru memulai sebuah langkah menuju kesuksesannya.

Ceila menggelengkan kepalanya dalam dekapan sang ayah, lalu mengangkat wajahnya menatap mata ayahnya yang teduh seakan sedang menyalurkan kekuatan padanya saat ini. “ tidak ada yang harus disalahkan ayah,” ucapnya lembut memberi senyuman yang terkesan dipaksakannya.

“ Tidak apa-apa nak, yang hilang adalah tokonya bukan kuenya, kamu masih bisa menjual kue seperti dulu,” ucap ayahnya lagi. Ceila hanya mengangguk sekilas lalu berhambur lagi dalam pelukan ayahnya, menyembunyikan wajahnya pada dada ayahnya. Ceila tak ingin ayahnya melihatnya menangis seperti ini, “bagaimana bisa yah, semua bahan dan alatnya ada disana, dari mana aku mendapatkan modal untuk jualan kue yah,” batin ceila sambil menangis dalam dia di dekapan sang ayah. Saat ini, uang yang ada ditangannya hanya cukup untuk menebus biaya obat ayahnya dan biaya sekolah adiknya.

>>>>>

            Ceila terbangun dari tidurnya, pagi ini dia terlihat tidak baik-baik saja, matanya yang bengkak, hidungnya yang memerah dan bibirnya yang pucat. Ceila mengerjapkan matanya lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dia harus semangat. Ceila tidak boleh berlarut-larut dalam kekecewaanya, dulu dia piker semua akan kembali normal nyatanya baru saja dia tersenyum lega kegagalan datang lagi menyerangnya. Ceila kecewa pada kejadian yang telah terjadi, namun dia juga tidak ingin menyerah, ingat dia adalah tulang punggung keluarga saat ini. Dia harus bangkit.

           Beberapa hari telah berlalu sejak kejadian tersebut, sekarang Ceila berada di sebuah ruangan mengamati setiap sudut dan mulai menggambar di atas kertas. Iya, Ceila sedang mendesain ulang ruang tamu milik tantenya Adit. Ini tawaran dari Adit, katanya Ceila sangat pintar membuat desain ruangan yang sederhana namun terlihat mewah. Awalnya Ceila ragu menerima tawarannya, namun Adit terus mencoba meyakinkannya hingga akhirnya dia setuju, dia harus berani mencoba hal baru bukan?

“ wowww,desain yan menarik, tante suka banget, ini sesuai dengan seleranya tante tahu,” ucap Ayulia pada Ceila yang berdiri di sampingnya.

“ t’rimakasih tante, syukur deh kalo tante suka,” jawab Ceila menatap kagum wanita disampingnya ini. Wanita berusia 30-an tersebut merupakan seorang model sekaligus desainer terkenal. Ceila tidak menyangka akan bertemu dengannya bahkan mengobrol menceritakan banyak hal. Mereka sangat cepat akrab mungkin karena sifat Ayulia yang humble.

“Ceila, kamu mau tidak membantu tante mempromosikan baju buatan tante?” Tanya Ayulia ditengah perbincangan mereka.

“ Maksudnya tante mau aku jadi modelnya tante?” Tanya Ceila memastikan.

Ayulia terkekeh sambil menganggukkan kepalanya. Melihat keraguan pada raut wajah Ceila, Ayulia menyentuh pundaknya, “ Kamu itu cocok banget jadi model tahu, tubuh kamu juga ideal. Tante yakin kalau kamu mau mencoba dan berusaha ya pastinya bisa dong,” ucap Ayulia sambil mengelus rambut panjang milik Ceila.

Ceila tersenyum manis sambil menganggukkan kepalanya, iya dia harus mencoba hal baru dan berjuang.

>>>>>

           Setelah meyakinkan diri dan berani untuk mencoba, Ceila akhirnya berhasil menjadi seorang model, awalnya beberapa bulan berlatih dia terus mengalami kegagalan lagi dan lagi mulai dari ekspresi wajah yang tidak sesuai dan terkesan kaku, cara berjalannya diatas panggung bahkan dia sempat terjatuh dan berakibat kakinya keseleo. Tapi satu hal dia tidak pernah menyerah, berkali-kali gagal Ceila pun akan berkali-kali mencobanya, dia tidak mau menyerah dan juga tidak ingin mengecewakan tante Ayulia yang selalu sabar mengajarinya dan juga Adit yang selalu memberinya semangat serta dorongan untuk tetap percaya diri di atas panggung.

Lihatlah hasil dari perjuangannya, sekarang kariernya di dunia modeling sukses, Ceila berhasil meraih prestasi sebagai the best catwalk female model pada gelaran Indonesia fashion week (IFW). Tak cukup sampai disitu Ceila juga berhasil mempereroleh beberapa penghargaan seperti model of the year, glamour award for the supernova, dan teen choice award. Prestasi tersebut dia dapatkan setelah menjadi model selama 3 tahun, dan jangan lupakan Ceila juga telah membangun kembali toko kuenya yang lebih besar dan tokonya tersebut mendapatkan penghargaan gold champion wow brand. Ceila sekarang berada pada puncak kesuksesannya, bahkan dirinya telah mengeluarkan sebuah buku dengan judul ‘ sebuah perjuangan’ yang menjadi the best seller.

Ceila tidak menyangka akan mendapatkan semua penghargaan tersebut. Dia hanya berusaha dan fokus pada hal yang dikerjakannya, perlahan semua keadaan membaik, kedua adiknya dapat terus bersekolah, kondisi ayahnya perlahan membaik dan jangan lupakan mimpinya yang dulu sempat terkubur, kembali dia bangun. Iya, berada pada kesuksesannya seperti sekarang tidak membuat Ceila lupa akan mimpi dan pendidikannya yang sempat terputus. Bahkan sekarang dirinya sedang menempuh pendidikan untuk mengambil gelar spesialis jantung. Keren bukan? Menghasilkan uang yang banyak dan mampu melanjutkan studinya yang sempat terputus. Iya, sekarang Ceila menjadi model, mengurus toko kuenya, sekaligus menjadi mahasiswi.

>>>>>

“ Para hadirin sekalian.

  Zaman old, Kartini berjuang berhadapan dengan penjajah dan dengan masyarakat pribumi  yang terbelakang dalam bidang pendidikan. Habis gelap terbitlah terang, kalimat istimewa yang tidak bisa kita lupakan dari Ibu kita Kartini, pejuang kemerdekaan bagi kaum perempuan yang ada di Indonesia. Kartini tidak pernah berhenti menyerah dalam memperjuangkan kedudukan perempuan agar dapat sama dengan laki-laki. Kegagalan? Selalu dia alami namun tak pernah ada kata ‘menyerah’ untuknya. Hinggga Kartini berhasil menghilangkan kegelapan tersebut dan memunculkan terang bagi kita kaum perempuan, karena perjuangannya itulah kita dapat berada di sekolah, mendapatkan pendidikan. Dan,

 Zaman now, kita kaum perempuan harus berjuang mewujudkan mimpi dan menempuh pendidikan yang tinggi, jangan takut pada kegagalan. Kartini pernah berkata ‘terkadang kita harus mengalami kegagalan berkali-kali sebelum kita mendapatkan kebahagiaan yang sempurna’ maka sekarang, saya mengajak kalian semua untuk menjadi Kartini millennial, yang berani,optimis dan berani mencoba hal yang baru. Teruslah berkarya, mengembangkan kreativitas dan berprestasi.

Sekian dan terima kasih,”

           Ceila turun dari panggung setelah menyelesaikan pidato singkatnya, tepukan tangan dan sorak-sorak mengikutinya setelah itu. Pada perayaan Hari Kartini kali ini, dia ditunjuk sebagai motivator untuk memotivasi perempuan-perempuan di luar sana. Mulai dari anak SMP, SMA, bahkan mahasiwa hadir pada acara tersebut menyaksikan pidato Ceila.

Ceila tersenyum hangat, dia lega dapat menyampaikan suaranya, dan yang paling dia syukuri adalah sekarang prestasi yang dicapainya dapat berguna untuk memotivasi banyak orang diluar sana. Dia bangga perjuangan yang dilakukannya membuahkan hasil dan dia dapat mewujudkan mimpinya. Dan, Ceila bangga pada sosok Kartini yang selama ini selalu menginspirasinya dibalik semua perjuangan dan kegagalan yang dihadapinya. “Trimakasih Kartini,” ucap Ceila dalam hati sambil tersenyum tulus.

--------------------------------------------------------END------------------------------------------------------

              “Jangan pernah membunuh mimpimu dan meremehkan potensi dalam diri untuk meraih mimpimu”


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)