Masukan nama pengguna
Aku menikmati setiap waktu saat bersamamu, meski kupendam dalam diam. Pertemuan tak sengaja tiap pagi di jalan menuju kelas kita masing-masing, menjadi momen indah bagiku.
Sengaja jalanku melambat, agar tertinggal selangkah dibelakangmu, atau terkadang tetap mensejajarimu, tapi dengan jarak sedikit menjauh. Tak berani melihat ke arahmu, disertai gemuruh dada yang aduhai. Aku khawatir berbuat salah tingkah, hingga membuat rasaku terbaca olehmu. Entah kau sadar atau tidak keberadaanku.
Sampai kau berbelok ke kiri menuju kelasmu, lalu aku berlari-lari kecil dengan riang ke sebelah kanan arah kelasku. Senyum-senyum sendiri menikmati perasaan terpendam yang telah kusimpan rapat beberapa bulan ini.
Entah kenapa kita kerap kali bertemu secara tak sengaja di awal pagi sebelum kegiatan belajar mengajar di sekolah berlangsung. Takdir Tuhankah?
Jangan salahkan aku yang memiliki rasa ini, salahkan Bu Danila--Guru Mata Pelajaran Agama Islam--yang selalu memuji-muji dirimu sebagai contoh kakak kelas yang soleh dan cerdas nan rupawan. Hampir selalu beliau lakukan tiap kali mengajar di kelas kami.
Ahh, tidak ... tidak, aku seharusnya berterimakasih pada beliau karena menunjukkan seseorang yang mengagumkan di sekolah ini. Iya, harusnya begitu.
Hingga suatu hari rasa ini terbongkar secara tak terduga, dan sampailah ke telingamu.
Tidak sampai di situ, semua teman sekelasku dan kelasmu ikut heboh dengan rasaku untukmu itu. Bahkan sampai ke kelas lain, yang salah satunya juga menaruh hati padamu. Setidaknya itu yang kutahu. Entah dengan yang lain, mungkin banyak juga yang memendam rasa padamu. Karna kau Sang Bintang.
Ternyata gayung bersambut, kau pun menunjukkan ketertarikan padaku. Suatu hal yang membanggakan sebenarnya. Bagaimana bisa Sang Kakak Kelas yang dikagumi banyak orang, memilih melirik diriku? Ya, baiklah, aku akui diriku agak manis dan juga pintar. Hehehe, tapi ....
Aku senang, sangat senang tentu saja. Namun rasa maluku--yang ketahuan menyimpan rasa padamu--jauh lebih besar.
Hari-hari merasakan debaran indah saat tak sengaja berpapasan denganmu di jalan menuju kelas, kini tak bisa kunikmati lagi. Aku lebih memilih menghindar alih-alih berjalan di dekatmu seperti dulu.
Namun, di jam istirahat kedua hari itu, seorang teman memanggil, memintaku keluar kelas. Saat aku keluar menuju samping kelas ..., OH MY GOD! Kau telah menunggu di sana. Ternyata dirimu yang ingin menemuiku. Refleks aku bergegas masuk kelas, memilih duduk di kursiku. Mematung di sana. Meski berulang kali si teman memanggil, aku tetap bergeming. Terduduk kaku.
Hey, timingnya kenapa sangat tidak tepat, sih? Kau tahu, jam kedua istirahat bagi gadis tomboi yang tidak ada modis-modisnya ini merupakan saat sedang kucel-kucelnya. Bagaimana bisa aku--yang punya rasa gengsi tingkat tinggi--menemui sang pujaan hati dalam keadaan begitu?!