Cerpen
Disukai
1
Dilihat
5,795
Strange Thoughts
Romantis

Apakah fikiran aneh itu benar-benar ada?

Ya, bisa aja. Memang tidak semuanya tapi kebanyakan memang ada. Disadari maupun tidak di sadari.

_Pov Ayara_

Perkenalkan Aku ayara dan ini suamiku dean. Kita menikah tepat satu tahun yang lalu. Awal mulanya adalah berkat aira teman satu kantorku. Kita berkenalan satu minggu dan kemudian memutuskan untuk menikah.

Pernikahan kami berjalan dengan rutinitas yang cukup aneh untuk pasangan yang sudah menikah. Aku dan dean sangat sibuk dengan pekerjaan sampai kita tidak sempat untuk mempersiapkan semuanya. Untungnya aira begitu baik dan sangat mendukung pernikahan kami. Dan pada akhirnya foto pernikahan ini bisa terpajang di rumah kecil kami.

Perusahaan dean memberi tiket liburan gratis ke eropa. Aku tidak menyangka perusahaannya seroyal itu. Tapi kalau di lihat-lihat dia memang salah satu manajer yang cukup ambisius untuk mencapai target perusahaan.

Apa kami pergi liburan? Tentu saja. Tapi lagi-lagi bukan liburan romantis yang seperti kalian bayangkan. Aku sibuk dengan pekerjaanku dan demikian juga dean. Orang tuaku sudah berusaha menasehatiku berulang kali untuk lebih memperhatikan rumah tangga kami. Aku dan dean rasa pernikahan kami baik-baik saja.

Namun pertanyaan ibu hari itu membuatku berfikir cukup lama. Kenapa kalian menikah? Ibu fikir kalian saling mencintai, tapi kalian seperti orang gila kerja yang tinggal serumah tanpa rasa cinta.

Jika kembali keingatanku satu tahun lalu, ibu akan menganggapku perempuan aneh.

Aku tidak pernah memberitahu siapa pun tentang masa laluku. Itu cukup sulit untuk diceritakan. Aku sangat membenci sosok pria siapa pun itu. Sampai pada akhirnya aira memperkenalkan dengan dean. Aku memutuskan menikah dengannya, karena dia pria yang gila kerja. Dia tidak punya waktu untuk berurusan dengan wanita manapun sekalipun itu teman kantornya. Karena itu aku memutuskan untuk menikah dengannya.

Pov Dean

Aku dean suami ayara, ya bisa disebut suami. Sebenarnya aku sempat berfikir untuk tidak menikah bagiku itu merepotkan. Karena bujukkan aira teman satu SMAku kami memutuskan untuk menikah.

Alasan mau menikah dengan ayara adalah dia wanita yang gila kerja, tidak cemburuan pokoknya aku tidak perlu terpaksa ini atau itu dengannya.

amun hari itu sebuah hal kecil terjadi namun menjadi boomerang besar untuk kami berdua.

Pagi itu, aku memasak air untuk secangkir kopi. Namun karena panggilan kantor, aku bergegas pergi tanpa mematikan kompor. Sedangkan ayara sudah berangkat lebih dulu karena ada metting.

Satu jam berlalu, sebuah panggilan masuk. Ternyata dari salah satu satpam di komplek perumahan kami. Aku menelfon ayara untuk pergi ke rumah dulu karena ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Tapi kali ini respon ayara membuatku kesal.

Setelah menyelesaikan semua pekerjaan, aku izin pulang lebih cepat untuk melihat kondisi rumah. Untungnya kebakarannya cepat di padamkan hanya membakar setengah dapur rumah kami.

Jam sudah menunjukkan pukul 07:30 malam, ayara baru saja pulang kerja. Aku duduk di meja makan dan memanggilnya untuk bicara sebentar.

”Apa kamu sudah makan malam?”

”Sudah, tumben bertanya? Ucap ayara dengan sedikit tertawa.

”Aku kira kita harus membicarakan ini.”

”Tentang apa?” Tanya ayara sambil mengambil segelas air dari dalam kulkas.

”Apa kamu merasa pernikahan kita terkesan sedikit menyebalkan?”

”Maksudmu? Aku rasa semua baik-baik saja.”

”Dulu aku fikir, pernikahan kita memang baik-baik saja. Tapi ternyata tidak.”

Dean menangkap mimik wajah ayara tampak serius.

”Aku fikir kita harus mengambil cuti kerja dulu. Aku fikir dengan bersikap begini semua akan baik-baik saja. Aku rasa pernikahan ini penuh kekosongan. Setahun ini seperti hanya mencari rasa aman saja.”

”Mmm … Baiklah, aku fikir yang ibu bicarakan memang benar.”

Kami memutuskan untuk mengambil cuti di awal bulan depan. Aku dan ayara ingin menghabiskan waktu bersama untuk bercerita tentang apapun itu.

Aku dan dean menghabiskan waktu di mulai dengan rutinitas pagi. Sarapan bersama yang sering kami lewatkan tanpa duduk di meja makan ini. Kalau ini adalah sebuah ruangan terpisah mungkin sudah berdebu. Di hari berikutnya kami berbelanja untuk kebutuhan bersama. Dan ke tempat-tempat yang kami ingin kunjungi bersama.

Malam berikutnya, kami duduk di ruang keluarga sambil menonton seriel drama yang sedikit romantis dan sendu. Duduk dengan memegang satu kaleng popcorn dan dua botol minuman manis.

Di tengah drama yang aku nonton dean menanyakan sesuatu yang membuatku menghentikan tatapanku pada televisi besar itu.

”Kenapa kamu setuju menikah denganku?”

Aku diam cukup lama, dean menatapku dengan wajah penasaran yang baru pertama kali aku lihat. Aku tidak pernah sekalipun menatapnya. Hanya sekali saat hari pernikahan kami. Setelah itu kami tidak ada waktu bertemu satu sama lain. Tidur pun hanya saling berhadapan punggung karena lelah setelah bekerja seharian.

”Aku tidak tahu apa ini harus ku beritahu atau tidak. Tapi karena kamu adalah suamiku, aku fikir ini penting untuk kamu ketahui. Aku dan ibuku hanya hidup berdua, aku punya ayah tapi aku tidak pernah melihatnya setelah umurku 5 tahun. Kata ibuku dia masih hidup tapi kami tidak tahu dimana dia. Aku membencinya hingga aku lupa bentuk raut wajahnya. Ketika SMA aku mengalami kejadian yang menyakitkan, aku dilecehkan oleh salah seorang guru. Aku semakin membenci manusia yang disebut pria. Setiap kali harus kuliah atau bahkan naik bus umum, perutku mual karena melihat setiap pria di dalam bus itu.

Aira hanya mengetahui aku membenci pria karena ayahku. Aku tidak menceritakan kejadianku di masa SMA padanya. Dan alasanku menikah denganmu adalah karena aira bilang kau adalah pria yang gila kerja. Kau tidak begitu tertarik dengan wanita. Aku fikir itu akan membuatku aman, karena kau tidak akan menyentuhku atau bahkan melirikku.”

Dean yang mendengar semua cerita ayara menatap dalam-dalam pada wanita yang menyimpan banyak hal itu.

“Dan kamu, Apa yang membuatmu ingin menikah denganku?”

“Aku hidup bersama ibu setelah ayahku meninggal. Aku sempat berpacaran ketika masa kuliah. Aku sangat mencintainya, tapi semakin lama dia semakin menyebalkan. Wanita itu memintaku membawa ibuku ke panti jompo agar aku tidak kerepotan merawatnya. Padahal yang merawatnya adalah aku. Dia baru sebentar datang dalam hidupku tapi sudah meminta sesuatu yang sangat menyakitkan perasaanku saat itu. Aku berfikir untuk tidak menikah dan hanya menikmati waktu bersama ibu. Aku sangat menikmati pekerjaanku dan aku senang melihat kehidupan ibuku yang baik-baik saja. Tapi hari itu aira memperkenalkanmu. Dia bilang kamu wanita yang gila kerja. Aku fikir itu cukup bagus karena kamu tentu tidak menuntutku untuk segala sesuatunya dan aku tetap bisa merawat ibuku dengan baik.”

Kami berdua terdiam cukup lama, fikiran aneh macam apa ini? Apa bisa di jadikan alasan pernikahan. Padahal pernikahan adalah sesuatu yang sakral.

”Aku fikir kita memiliki fikiran yang aneh, apa kamu merasa begitu dean?”

”Ya, kita terjebak dalam fikiran yang seharusnya kita hapus. Semua bisa di perbaikikan?”

”Tentu saja. Kita akan mulai hapus rutinitas kita yang membosankan setahun lalu.”

“Bagaimana kalau kita ajak aira untuk makan malam di rumah?”

”Boleh juga.”

Aku memesan beberapa menu hidangan kesukaan aira dan tentunya makanan kesukaanku.

Esoknya, jam sudah menunjukkan pukul 08:00 malam. Aira datang dengan nafas yang tersengal.

”Maaf ay, aku telat. Selesaiin kerjaan dulu baru pulang.”

”Nggak apa-apa santai aja.”

”Yuk buruan makan. Laper banget nih.”

”Wah, enak semua nih. Pasti orderkan?” Ucap aira sambil menatap ayara yang menahan amarahnya karena ucapan aira.

”Kita mau nanya, Kenapa lo jodohin kita berdua?” Aira yang tengah makan tersedak karena pertanyaan dean yang tiba-tiba.

”Pantes … tumben kalian undang gue, ternyata ada sesuatu.”

”Oke … dengerin baik-baik. Nggak tahu kenapa gue juga penasaran apa ada tujuan gitu tuhan mempertemukan gue dengan dua manusia ini. Tapi yang pasti ada alasan yang kalian juga tahu kenapa gue kenalin dan jodohin. Dean, lo sama sekali nggak mau nikah dan orang yang gila kerja. Dan kamu ayara, kamu memiliki pemikiran yang sama dengan dean. Walaupun aku mikir apa udah bener jodohin kalian berdua, tapi dari pada dapet sama yang lain. Mending kalian berdua aja, gue saat itu janji akan tanggung jawab. Apa gue salah jodohin kalian berdua?”

”Sejauh ini nggak, gue terima kasih banget sama lo karena udah memperkenalkan gue sama ayara.”

”Jadi ceritanya udah …?”

”Ya, Dean sama aku ngerasa kita kosong aja. Kita nikah tapi sibuk masing-masing.”

”Ya bener banget. Kalau gue liat kayak anak kos tinggal serumah gitu, bedanya cuma kalian udah nikah aja”

Malam itu, semua menjadi lebih terang. Untungnya aira orang yang dewasa dan bijaksana. Kalau bukan dia, mungkin kita berdua bingung.

Dan hari itu juga membuatku menyadari. Aku sama sekali tidak bersikap sebagai seorang istri. Aku tidak tahu apa makanan kesukaan dean dan apapun yang dia mau. Untuk pertama kalinya aku melihat raut wajah dean yang sama sekali tidak pernahku tatap. Kami hanya sibuk bekerja, tidur di tempat yang sama. Tidur lalu bangung untuk rutinitas yang sama.

Dan aira bilang kami berdua adalah si pemikir aneh yang di jodohkan.


_The End_





Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)