Masukan nama pengguna
Satu tahun setelah komunikasi terakhir, aku sudah menyelesaikan pendidikan S1. Walaupun terlambat dari kebanyakan teman- temanku, tapi ayah tetap memberiku hadiah untuk berlibur.
Saat ayah menanyakan ingin liburan kemana, dengan senang hati aku bilang ingin ke kota Bandung.
"Kenapa ke Bandung?"
"Mmm, sepertinya kota itu bagus ayah"
"Apa tidak terlalu jauh, siapa yang akan menemanimu?"
"Ada teman arin di bandung ayah, arin akan menginap di sana"
"Tidak, ayah akan menemanimu. Kebetulan ada teman ayah disana, itu akan lebih aman"
"Baiklah, yang penting liburanku ke bandung"
Sebenarnya aku tidak punya bukti untuk menemukannya dimana, apa aku bisa menemukannya di kota yang belum pernah aku kunjungi itu.
Aku mencari melalui media sosial cafe- cafe di kota bandung dan bertanya pada orang- orang disana nama pemilik cafe. Benar saja, mereka tertawa dengan pertanyaanku. Mereka hanya pengunjung yang sesekali ke sana.
Tujuanku mencarinya adalah untuk memastikan dia baik- baik saja, tidak ada maksud lain. Namun diriku yang lain berbisik, apa diriku yakin hanya ingin memastikan itu saja.
Aku berangkat pesawat tengah hari bersama ayah, dari pulau sumatera ke pulau jawa memang tidak terlalu jauh, tapi jika hitungan kilometer itu jauh.
Sesampainya di bandara, kami di jemput oleh teman ayah. Dalam perjalanan ayah bilang, jika aku ingin bekerja di bandung teman ayah akan bantu untuk menemukan.
"Kamu ingin bekerja disini, arin?"
"Belum tahu om, arin ingin memastikan sesuatu dulu. Kalau hasilnya sesuai arin akan kerja di sini. Kalau tidak, arin kembali ke sumatera saja"
"Emang kamu mau memastikan apa?"
"Rahasia"
Ayah hanya tertawa mendengar jawabanku.
Aku memutuskan untuk beristirahat satu hari, setelah itu aku akan memulai pencarian disini.
Aku memutuskan untuk mengumpulkan daftar cafe yang terbilang besar dan terkenal. Bagaimana pun kak dora pernah bilang hiro punya cafe besar di kota bandung.
10 Cafe akan aku jadikan target pencarian. Walaupun waktuku hanya tersisa 9 hari lagi, tapi aku pastikan bisa mengunjunginya satu persatu.
Hari ini aku memutuskan untuk mengunjungi cafe yang paling dekat dengan tempat tinggalku. Itu memakan waktu sekitar 20 menit, aku naik mobil umum untuk sampai ke sana.
Cafenya sangat cantik dengan latar perkotaan yang indah. Aku memutuskan untuk melihat menu minuman yang ada disana. Sekitar 3 jam duduk disana benar- benar melelahkan. Aku berjalan menuju meja kasir dan bertanya pada gadis yang bisa di bilang seusia ku.
"Apa boleh aku tahu, siapa nama pemilik cafe ini?"
"Maaf sebelumnya mbak, kalau boleh tahu ada keperluan apa menanyakan pemilik cafe"
"Mmm, saya mencari teman. Kebetulan saya dari luar kota. Apa nama pemiliknya Hiro?"
"Maaf mbak, bukan"
"Baik mbak, terima kasih"
Selang beberapa menit telfonku berdering dan itu panggilan dari ayah.
"Halo ayah,"
"Kamu dimana?"
"Di cafe yah, tunggu disana ayah sama om Danu akan jemput. Kita mau makan di cafenya anak om Danu"
"Anaknya om Danu punya cafe? Kok ayah nggak bilang?"
"Kamu nggak nanya kan"
"Tunggu di sana, ayah lagi di jalan sama om Danu"
Aku berjalan dengan langkah lelah menuju mobil ayah.
"Kok lesu gitu?"
"Iya, habisnya ayah nggak kasih tahu arin kalau om Danu ada punya cafe"
"Kan kamu nggak nanya rin"
"Lagian kamu kenapa cari- cari cafe?"
"mmm..nggak ada om. Belajar bikin vlog aja sambil liburan"
"Ya udah di tempat anak om aja"
"Nggak usah om"
Kalau sampai Hiro anaknya om Danu, bisa di pastikan kalau jodoh nggak kemana.
Aku bersemangat menuju cafe anaknya om Danu. Benar saja, aku fikir akan seperti di film- film. Aku harus mencari daftar cafe yang ke sembilan baru akan menemukannya. Tapi di luar dugaan, cafe ke 2 sudah membawaku bertemu sosok Hiro. Anaknya om Danu, aku harus bahagia atau bagaimana.
Kalau kalian bertanya kenapa aku bilang itu dia. Daftar menu minumannya, musik yang dia putar. Dan satu lagi, dia saat ini berdiri di meja resepsionis dengan senyum indahnya.
Aku pastikan matanya dengan menutup sebagian wajahnya dengan tanganku hasilnya benar- benar dia.
Om Danu memanggilnya, aku yang belum siap bertemu menuju kamar mandir.
"Hiro, ini om Sandi. Teman papa dari sumatera"
"Halo om, Hiro"
"Anakmu tadi mana San?"
"Mungkin dia ke kamar mandi"
"Duduk dulu om, aku akan minta pelayan membawa makanan dan minuman terbaik disini"
Aku masih gelagapan bagaimana cara untuk bertemu dengan pria yang ku cari selama ini. Mudah-mudahan saja dia lupa.
Arin duduk di sebelah ayahnya, sambil terus mengedarkan pandangannya.
Seorang pelayan mengantarkan makanan ke meja kami.
"Mbak saya pesen teh lemon ya"
"Baik, tunggu sebentar"
Hiro datang kembali dan duduk di sebelah ayahnya.
"Ini anak temen papa, Arin"
"Halo, kak"
"Halo, Hiro"
Hiro menatap cukup lama pada gadis di seberang kursinya. Seperti ada pertanyaan yang membuat matanya seperti penasaran.
"Ini mbak, teh lemonnya"
"makasih mbak"
"Kamu suka teh lemon?"
"Iya"
"Wah, disini teh lemon memang menu minuman spesial karena rasanya beda dari teh lemon biasa"
"Mmm,"
Melihatnya secara langsung membuatku tidak bisa berkata- kata. Suaranya persis sama, apa aku diam saja tidak usah memberitahunya.
"Kok ngelamun rin, di makan itu nanti dingin"
"Iya om"
Setelah selesai makan bersama, arin memutuskan kembali ke mobil. Tapi langkahnya di cegat oleh seseorang.
"Sepertinya aku mengenalmu, Arin"
"Ahhh, kebetulan saja. Aku baru bertemu denganmu"
"Kau berbohong, kenapa mencariku di cafe temanku?"
"Mmm..."
"Kau gagal jadi pembohong"
"Aku hanya ingin memastikan kau baik- baik saja, bukankah terakhir kita berkirim pesan kau tengah sakit"
"Tapi tadi kenapa kau seolah tidak mengenalku"
"Mmmm"
"Apa kau fikir aku akan lupa tentangmu meski di tahun 2021 lalu"
Tatapan kita bertemu, dia benar- benar seorang pria yang sudah dewasa. Bagaimana cara aku jelaskan semuanya, apa dia sudah milik seseorang. Apa aku sudah terlambat datang?