Cerpen
Disukai
2
Dilihat
14,204
SOBO DAN LENDIR AJAIBNYA
Drama

SOBO tidak secepat turbo. Dia siput kecil yang jalannya super lambat. Karena itulah hewan lain di ladang itu tidak mau bermain dengannya. Saat bermain kejar-kejaran, Sobo selalu tertinggal. Saat bermain petak umpet, lama sekali Sobo tidak kunjung bersembunyi, dan saat melakukan permain yang lain pun teman-temannya selalu dibuat tidak sabar menunggunya yang super duper lambat itu.

Sobo lantas bertanya kepada Pak Kucing bagaimana caranya supaya bisa berlari kencang seperti Pak Kucing?

“Untuk bisa berlari kencang caranya cukup mudah. Kamu tinggal gerakan kakimu begini, lalu ekormu begini, dan fokuskan pandanganmu seperti ini,” kata Pak Kucing sembari memeragakan gerakan-gerakan yang disebutkannya, kemudian berlari kencang melintasi lading yang membentang di depan mereka.

Sobo tampak kebingungan dengan penjelasan Pak Kucing. Bagaimana caranya menggerakkan kaki dan ekornya seperti Pak Kucing barusan ya? Sobo kan tidak punya kaki dan ekor seperti Pak Kucing.

Sobo utarakan kebingungannya tersebut kepada Pak Kucing yang sudah kembali. Pak Kucing diam sejenak sembari mengamati tubuh Sobo. Benar juga ya, pikir Pak Kucing.

“Ah, maaf Sobo, kalau begitu Pak Kucing tidak bisa mengajarimu. Mungkin Paman Gurami bisa,” usul Pak Kucing menyemangati.

“Baik Pak Kucing, terima kasih,” kata Sobo sambil berpamitan untuk pergi ke tempat Paman Gurami yang tinggal di kolam ikan.

Di tepian kolam ikan, Sobo melihat Paman Gurami berenang ke sana ke mari dengan lincah. Sobo lantas menyapa dan langsung menanyakan hal yang sama seperti yang ia tanyakan kepada Pak Kucing.

“Halo Paman Gurami, bagaimana caranya bisa bergerak cepat seperti Paman?” tanya Sobo penuh harap.

“Hai Sobo. Berenang maksud kamu? Gampang sekali kok. Untuk bisa berenang dengan cepat, kamu cukup menggerakkan siripmu begini dan begini, gerakkan ekormu begini dan begini,” kata Paman Gurami sambil memberikan contoh gerakan yang ia maksud.

Sobo lagi-lagi kebingungan. Dia pun ternyata tidak memiliki sirip dan ekor seperti Paman Gurami. Ia pun mengutarakan kebingungannya tersebut kepada Paman Gurami.

“Waduh, kalau begitu Paman tidak bisa mengajari kamu, Sobo. Maafkan Paman ya,” kata Paman Gurami sedikit menyesal karena tidak bisa membantu siput kecil yang malang itu.

“Tidak apa-apa Paman Gurami. Terima kasih. Kalau begitu Sobo pergi dulu ya Paman,” pamit Sobo.

Tidak putus asa, Sobo kemudian mencari binatang lain yang mungkin bisa mengajarinya bergerak lebih cepat.

Di tengah perjalanan, Sobo melihat Bibi Kenari yang terbang dengan cepat di langit yang biru, lalu mendarat di salah satu ranting pohon yang agak rendah dekat Sobo.

Sobo pun menyapanya.

“Selamat siang Bibi Kenari,” kata Sobo menyapa dengan ramah. Bibi kenari awalnya terkejut dengan suara yang tiba-tiba begitu, namun kemudian setelah tahu siapa yang menyapanya, lantas menjawab dengan tak kalah ramahnya.

“Oh kau Nak Sobo. Selamat siang juga. Sedang apa kamu di sana panas-panas begini?” tanya Bibi Kenari berbasa-basi. Siang itu cuaca memang terik. Sang surya bersinar dengan membara di atas kepala.

“Jalan-jalan saja Bi,” jawab Sobo sekenanya. “Oiya Bi, apakah Bibi Kenari bisa mengajari Sobo bergerak cepat seperti yang Bibi lakukan barusan?” tanya Sobo langsung ke inti tujuan.

“Maksudmu terbang? Hihihi, tentu saja bisa. Mudah sekali itu,” kata Bibi Kenari sedikit mebanggakan kemampuan terbangnya. “Kamu cukup merentangkan sayapmu begini,” kata Bibi Kenari sembari merentangkan sayapnya yang berwarna hijau kekuningan itu, kemudian melanjutkan,”Kepakkan begini, dan terbang!”

Bibi Kenari kemudian terbang ke langit lepas.

Sekali lagi Sobo kebingungan. Dia tidak memiliki sayap yang megah seperti Bibi Kenari. Yang dia miliki hanya sebuah cangkang yang keras di punggungnya.

Bibi Kenari hinggap kembali di dahan, kemudian berujar,” mudah sekali kan? Yang perlu kamu perhatikan adalah keseimbangan sayap-sayap kamu supaya tidak oleng.”

“Masalahnya Bibi Kenari, Sobo tidak memiliki sayap seperti Bibi,” kata Sobo sedikit memelas. Sama seperti Pak Kucing dan Paman Gurami, Bibi Kenari pun tidak sanggup mengajari Sobo bergerak lebih cepat. Dengan perasaan sedih, Sobo memutuskan untuk pulang ke rumah saja.

Dalam perjalanan pulang, Sobo melihat teman-temannya sedang asyik bermain. Melihat Sobo yang merambat dengan lambat, tentu saja teman-temannya langsung merundungnya.

“Wah, cepat sekali jalanmu Sobo, sampai batu di belakangmu itu pun bisa kau salip begitu,” seru Bobi si kelinci, meledek.

“Hahaha,” teman-teman yang lainnya menimpali dengan tawa terbahak-bahak. Makin mendunglah suasana hati Sobo. Ingin rasanya ia cepat-cepat pergi dari tempat itu, tapi jalannya memang lambat sekali. Akhirnya Sobo hanya bisa menahan kesedihannya.

Sesampainya di rumah, Ibu Sobo yang melihat putra semata wayangnya pulang dengan mata berkaca-kaca, segera menghampiri anaknya dan memeluknya.

“Sobo kenapa?” tanya Ibu Sobo.

Sobo pun menceritakan semua kegundahan hatinya kepada Ibunya dengan berurai air mata.

“Sobo, dengarkan Ibu, Nak,” kata Ibu Sobo sambil menghapus air mata anaknya. “Ada pepatah yang mengatakan ‘sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti.’”

“Apa itu, Ibu?” tanya Sobo yang tidak paham, sambil terus sesenggukkan.

“Artinya, segala sifat keras hati, hanya bisa dikalahkan dengan sikap lembut dan sabar.” Ibu Sobo kemudian menambahkan kembali,”Dan Sobo juga harus tanamkan ini baik-baik di benak Sobo, bahwa ‘sabar iku ingaran mustikaning laku’, yang artinya, bertingkah laku dengan mengedepankan kesabaran itu diibaratkan sebuah hal yang sangat indah dalam kehidupan.”

Ibu Sobo tersenyum, membuat putra semata wayangnya pun ikut tersenyum.

“Sobo perlu tahu bahwa Tuhan menciptakan makhluk dalam bentuk yang bermacam-macam, dan masing-masing memiliki peran dan manfaat di dunia ini,” kata Ibu Sobo lagi dengan bijak.

“Memang siput lambat sepeti Sobo juga memiliki manfaat, Ibu?” tanya Sobo kecut.

“O, tentu saja ada.” Kemudian Ibu Sobo menjelaskan hal yang luar biasa kepada Sobo. Mendengar itu hati Sobo mulai membaik dan ceria lagi.

“Nah, sekarang makan ya. Ibu sudah siapkan makanan kesukaan Sobo,” kata Ibu sambil mengajak Sobo ke meja makan yang sudah terhidang berbagai makanan kesukaan Sobo.

Sobo pun makan dengan lahap. Setelah makan dia bertekad akan bermain kembali bersama teman-temannya tanpa rasa takut dan minder.

Dan seperti yang sudah Sobo duga, teman-temannya masih mengejeknya. Tapi kali ini Sobo sabar. Hatinya sudah seluas samudera.

Tak lama kemudian terdengar suara gedebug yang cukup keras, diikuti suara mengaduh.

“Aduh!” erang salah satu teman Sobo dari balik semak. Rupanya Bobi si kelinci terjatuh dari pohon yang dipanjatnya. Kaki Bobi terluka dan mengeluarkan darah.

Sobo lantas mendatangi Bobi dan berniat menolong.

“Izinkan aku mengobati lukamu, Bob,” kata Sobo menawarkan bantuan.

Awalnya Bobi menolak, karena menduga Sobo pasti akan mencelakainya karena dendam kepadannya. Namun karena Bobi sudah tidak kuat lagi menahan sakit di kakinya, akhirnya dengan terpaksa dia menerima juga pertolongan dari Sobo. Tapi tentu saja dengan ancaman.

“Awas ya kalau bikin tambah sakit, aku adukan ke Papaku yang galak,” ancam Bobi sambil memegangi kakinya yang kesakitan.

Sobo lantas membalur luka Bobi dengan lendirnya sambil menjelaskan, “Lendirku mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh kuman.”

“Iya, rasanya dingin dan tidak terlalu sakit lagi,” kata Bobi mengakui dengan malu-malu. Kiki si burung pipit, Fafa si kadal, Dodo si tikus, dan teman-teman Sobo yang lain pun ikut takjub. Mereka lantas meminta maaf karena selama ini sudah bersikap jahat kepada Sobo. Padahal Sobo siput yang baik dan sabar.

Akhirnya, setelah kejadian hari itu, Sobo diizinkan untuk ikut bermain lagi bersama teman-temannya. Bahkan sekarang Sobo diberi jabatan khusus sebagai penanggung jawab P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).

Sobo sangat senang sekali. Semuanya berkat kesabarannya.

 

***

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)