Masukan nama pengguna
Malam telah begitu larut. Dinginnya malam pun telah menusuk tulang sehingga memaksa semua orang untuk terbaring di atas tempat tidur dengan tertutup selimut. Namun berbeda dengan seorang kakek tua yang nampak berdiri depan jendela sambil menatap keluar rumah. Dinginnya malam tak mempengaruhinya sama sekali.vIa tetap berdiri seorang diri. Hanya sebuah senyuman di wajah yang menemaninya malam itu.
Sang kakek tak pernah menyangka bahwa ia akan kembali ke tanah kelahirannya dengan kehidupan yang baru. Dengan penuh kbahagiaan dan kemerdekaan yang sejati. Semua yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Tanah kelahirannya yang telah hangus karena api besar yang melalapnya bisa kembali ia injak hingga kini.
Dalam bayangannya, kakek itu mengingat saat usianya masih sekitar dua puluh tahunan. Saat itu ia dan seluruh warga Bandung harus mengungsi ke tempat lain. Karena mereka harus meninggalkan tanah yang mereka cintai hanya karena para penjajah. Saat itu ia dan warga Bandung Selatan lainnya harus mengungsi ke tempat lain karena kota yang amat dicintainya itu hangus terlalap api. Hatinya sungguh hancur karenanya. Tapi apa daya,ia dan warga lainnya harus melakukannya. Karena hanya itulah yang bisa mereka lakukan untuk menyelamatkan kotanya agar tak diduduki oleh penjajah.
“Sudahlah Gofur, lupakan semua itu! Kita tidak akan berlama-lama disini. Kita akan segera kembali ke kota kita tercinta setelah semuanya semakin membaik. Kita akan hidup di kota kita tercinta dengan suasana kemerdekaan. Bukan dengan suasana perang seperti yang kita alami sebelumnya,” ujar salah seorang temannya saat melihatnya merenung di atas bukit.
“Bagaimana aku bisa tenang sekarang? Tanah yang sangat kucintai telah hancur. Telah mati karena api besar itu. Mungkinkah kita bisa kembali lagi ke kota itu?” jawab Gofur dengan nada lemah.
Teman Gofur yang bernama Soleh itu menghela nafas sejenak lalu menepuk bahu Gofur. Lalu ia pun berkata,” Jangan khawatir! Kita pasti bisa kembali ke kota kita. Karena kota itu hanyalah milik kita. Dan tidak akan pernah jatuh ke tangan para penjajah itu. Selamanya.”
Sang kakek terus memandang keluar. Ia kembali membayangkan betapa beratnya saat itu. Ketika ia akan meninggalkan kota Bandung bersama para warga lainnya. Saat itu ia masih terpaku di depan rumahnya. Sambil terus menatap rumahnya yang begitu megah. Semua orang di sekitarnya berlarian ke luar kota Bandung. Tapi semua itu tak diindahkannya. Semua orang yang berlarian disekitarnya itu bak angin yang berlalu saja bagi dirinya. Ia masih sanggat berat untuk meninggalkan kota yang sangat dicintainya itu.
Saat itu memang seluruh masyarakat Bandung selatan berbondong-bondong meninggalkan rumah mereka. Di tengah malam tanggal 23 Maret 1946 itu memaksa mereka semua untuk meninggalkan kota yang menjadi rumah bagi merekai itu. Kota tempat kelahiran mereka.Kota dimana mereka menghabiskan hari-hari mereka dengan suka maupun duka.
Soleh berlari bersama sepasang orang tua. Ketiganya berusaha berlari sekencang mungkin. Setelah tiba di depan rumah Gofur, Soleh tak sengaja melihat Gofur yang masih terpaku di depan rumahnya. Maka Soleh pun segera menyuruh orang tuanya untuk pergi terlebih dahulu.
Setelah keduanya orang tuanya kembali berlari,Soleh langsung berlari ke arah Gofur. Memegang tangannya dan menariknya untuk berlari bersamanya. Maka secara spontan Gofur langsung berlari dan mengalihkan pandangannya dari rumahnya dengan perlahan.
“Sudahlah, jangan memikirkan tentang rumahmu itu lagi! Yang harus kita fikirkan sekaang adalah bagaimana membuat kota Bandung kita tidak akan dimanfaatkan oleh tentara Belanda itu! Jangan merasa berat untuk meninggalkan rumah mewahmu itu. Seharusnya kau merasa berat jika kota banding dapat dimanfaatkan oleh para tentara Belanda," ucap pemuda itu sambil terus berlari.
“Aku bukannya tidak ikhlas untuk meninggalkan rumahku ysng mewah itu. Aku sama sekali tidak takut jika rumah mewahku itu menjadi korban dalam perjuangan kita. Tapi aku hanya tidak bisa meninggalkan tanah kelahiranku walau hanya sejengkal,” bantah Gofur.
“Sudahlah lupakan saja! Nanti kita juga akan kembali ke kota ini lagi. Kita hanya meninggalkan kota ini untuk sementara. Bukan untuk selama-lamanya. Oh ya, bagaimana dengan orang tua dan adik perempuanmu?Apa mereka sudah pergi untuk mengungsi?” tambah pemuda itu.
“Sudah. Mereka sudah pergi terlebih dahulu bersama para warga lainnya.”
Beberapa saat setelah Gofur dan semua warga Bandung Selatan meninggalkan kota Bandung,kota itu mulai terbakar sedikit demi sedikit. Semakin lama api semakin membesar saja. Jika diamati dari atas bukit, barulah bisa terlihat bahwa Bandung seperti lautan api.
Gofur masih tak bisa melupakan kota yang dicintainya itu. Rumah itu mempunyai banyak kenangan baginya. Kenangan bersama keluarganya yang tak bisa, ia lupakan. Juga kenangan ketika ia bersama para pemuda laskar rakyat lainnya saat mendiskusikan setiap permasalahan yang tengah terjad di negerinya.
Memang benar bahwa semua pemuda setuju jika mereka lebih naik meninggalkan kota Bandung setelah membumihanguskannya dengan api saja daripada harus meninggalkannya setelah itu digunakan untuk kepentingan para penjajah. Termasuk juga dirinya. Namun hatinya masih tidak bisa merelakan untuk menjauh dari tempat kelahirannya yang sangat ia cintai itu.
Ia masih ingat dengan jelas ketika beberapa hari yang lalu para pemuda Bandung memutuskan untuk meninggalkan kota Bandung dalam keadaan kosong. Semua pemuda menyetujui pendapat itu. Termasuk ia yang sangat bersemangat untuk segera melaksanakannnya. Tapi setelah ia kembali ke rumahnya,tiba-tiba ia merasa bahwa pilihannya itu salah. Kenapa ia harus meninggalkan kotanya sendiri dan haris membumi hanguskannya pula?
Sejak hari itu, wajah Gofur yang selalu terlihat ceria dan bersemangat menjadi muram seketika. Seorang kawan dekatnya memahami perasaannya. Temannya itu pun duduk di sebelahnya. Kemudian ia pun berbagi duka dengan temannya itu.
“Aku tahu benar bahwa kau sangat mencintai kota Bandung ini. Kita tumbuh bersama. Aku pun merasa sangat berat untuk meninggalkan kota Bandung ini. Tapi aku hanya melakukannya karena terpaksa. Apa tidak sebaiknya kau mempotes saja pada teman-teman kita jika kau memang tidak merelakan jika kota kita tercinta ini akan dibumi hanguskan oleh api," ujar temannya itu.
“Ah, tidaklah Sena. Aku setuju dengan keputusan mereka itu. Rasa keberatan di hatiku untuk meninggalkan kota ini hanyalah sebuah tantangan kecil dalam sebuah pertempuran saja," bantah Gofur.
Gofur berdiri dari tempatnya berdiri. Lalu ia kembali berkata,” Ah sudahlah Sena.Aku mau istirahat dulu.Malam sudah semakin larut.Sebaiknya kau juga pulang.”
“Ah, Si Gofur ini! Kalau memang dia tidak setuju dengan keputusan mereka,bseharusnya ia mengatakannya saja dengan terus terang. Mengapa harus ditahan?” ucap Sena setelah Gofur masuk ke dalam rumah.
Sejak Belanda datang kembali ke pulau jawa,semua pemuda sangat bersemangat untuk melawan mereka. Para pemuda tak ingin negerinya dijajah kembali oleh Belanda. Secepat mungkin Belanda harus pergi dari bumi Indonesia. Dan indonesia akan sepenuhnya menjadi negara yang merdeka.
Hingga suatu hari datanglah perintah dari pemerintah bahwa semua warga Bandung Selatan harus meninggalkan kota sebelum pukul 00.00, pada tanggal 23 Maret 1946. Para pemuda yang tak ingin kotanya dimanfaatkan oleh Belanda untuk kepentingan mereka,bersama-sama memutuskan untuk meninggalkan kota Bandung dalam keadaan kosong. Mereka berencana untuk membakar Kota Bandung Selatan. Dengan cara itu, Kota Bandung tak akan bisadimanfaatkan lagi oleh penjajah.
Semua pemuda menyetejui pendapat tersebut. Termasuk Gofur. Walau harus dengan berat hati meninggalkan kota yang mereka cintai itu,mereka tak mengapa. Mereka rela melakukannya daripada harus membiarkan Kota Bandung berada dalam genggaman tangan penjajah.