Masukan nama pengguna
Di sebuah desa pesisir yang terpencil, hiduplah seorang gadis penyihir bernama Ciela. Ciela bukanlah penyihir biasa; ia memiliki kemampuan untuk berbicara dengan hewan laut. Hari-hari gadis itu dihabiskan di tepi pantai, memanggil angin dan mempelajari ombak. Ia selalu bermimpi tentang negeri Air, sebuah tempat misterius di bawah permukaan laut, yang katanya hanya bisa dimasuki oleh mereka yang memiliki hati yang murni dan penuh kasih untuk makhluk laut.
Suatu senja, saat Ciela duduk di atas karang sambil mengamati air laut yang berkilau diterpa matahari, seekor ikan kecil yang berwarna biru kehijauan muncul dari dalam laut.
"Selamat sore, Ciela!" sapa si ikan kecil. "Raja Paus ingin bertemu denganmu di negeri Air. Ia berkata bahwa kau adalah satu-satunya yang bisa membantu kami."
Jantung Ciela berdegup kencang. Ia tahu, inilah panggilannya untuk mengunjungi negeri Air, tempat yang selama ini hanya ia dengar dalam cerita-cerita tua.
"Bagaimana caraku ke sana?" tanya Ciela dengan mata berbinar.
"Kau hanya perlu melompat ke dalam laut saat malam purnama muncul di langit," jawab ikan kecil sambil tersenyum. "Ketika kau melompat, air akan menyambutmu dan membawamu ke negeri Air."
Malam itu, ketika bulan purnama bersinar terang di langit, Ciela melompat ke dalam air dengan penuh keyakinan. Seiring tubuhnya tenggelam, ia merasa dirinya ringan, seolah-olah air membawanya dengan lembut ke dasar laut. Tak lama kemudian, di hadapannya terbentanglah pemandangan luar biasa: negeri Air yang penuh keajaiban.
Di negeri itu, semua makhluk laut hidup dalam harmoni. Karang-karang berwarna-warni menyala terang, dan ikan-ikan berenang di antara mereka seperti sedang menari. Di kejauhan, seekor paus besar yang memancarkan cahaya biru mendekat ke arah Ciela.
"Selamat datang, Ciela," suara sang Paus menggema. "Aku Raja Paus, dan aku membutuhkan bantuanmu."
Ciela membungkuk hormat. "Apa yang bisa kulakukan untukmu, Yang Mulia?"
"Ada seekor hiu yang tersesat dan sedang gelisah. Ia datang dari wilayah gelap, dan sejak saat itu, negeri kami terusik oleh kegelisahannya. Kami tidak ingin ada konflik di sini, tetapi jika ia terus merasa tersesat, kami khawatir keseimbangan negeri Air akan terganggu."
Ciela mengangguk, merasa simpati. Ia tahu bahwa hiu memiliki jiwa petualang, namun hiu yang tersesat bisa merasa sangat takut dan mudah gelisah. "Aku akan menemui hiu itu, Yang Mulia. Mungkin aku bisa membantunya."
Raja Paus mengangguk dengan penuh harap. Dengan panduan dari ikan-ikan kecil, Ciela berenang menuju gua tempat hiu itu berada. Saat mendekat, ia melihat sosok besar berwarna abu-abu dengan mata yang penuh kebingungan.
“Halo, kawan hiu,” sapa Ciela dengan lembut. “Namaku Ciela. Aku mendengar kau tersesat.”
Si hiu mengangkat kepalanya, menatap Ciela dengan tatapan yang penuh rasa takut. “Aku… aku tidak tahu bagaimana kembali. Aku berasal dari laut dalam, namun entah bagaimana aku terseret arus hingga ke sini. Di sini terlalu terang, dan semua terlihat berbeda,” katanya dengan nada sedih.
Ciela menyentuh sirip si hiu dengan lembut. “Kau tidak sendirian. Aku akan membantumu menemukan jalan pulang. Tetapi, pertama-tama, kau harus tenang dan percaya padaku.”
Si hiu menatap Ciela dan mengangguk pelan. Bersama-sama, mereka memulai perjalanan melalui negeri Air. Dalam perjalanan, mereka melewati taman karang yang indah dan padang lamun yang menari lembut. Ciela memperkenalkan hiu kepada makhluk-makhluk laut lainnya, dan perlahan-lahan si hiu mulai merasa tenang.
Tak terasa, malam mulai berganti, dan mereka sampai di tepi negeri Air, tempat laut dalam berawal. Arus di sini terasa lebih dingin, lebih tenang, dan tampak lebih gelap.
“Ini tempatmu,” kata Ciela. “Arus ini akan membawamu kembali ke laut dalam.”
Si hiu memandang Ciela dengan penuh syukur. “Terima kasih, Ciela. Kau telah membantuku menemukan jalan pulang, dan lebih dari itu, kau telah mengajariku bahwa ada kebaikan di setiap penjuru lautan.”
Ciela tersenyum, mengulurkan tangan seolah mengucapkan salam perpisahan. “Hati-hati di sana, sahabatku. Ingatlah bahwa negeri Air akan selalu terbuka untukmu.”
Si hiu berenang masuk ke dalam arus, menghilang di kegelapan laut dalam. Ciela menghela napas lega, merasa bahagia telah membantu teman barunya. Ketika ia kembali ke hadapan Raja Paus, sang raja menyambutnya dengan senyum bangga.
"Kau telah menjaga keseimbangan negeri ini, Ciela," kata Raja Paus. "Karena kebaikan hatimu, kau akan selalu menjadi bagian dari negeri Air. Jika suatu saat kau ingin kembali, panggil saja namaku, dan laut akan membawamu ke sini."
Dengan ucapan terima kasih yang mendalam, Ciela berpamitan pada Raja Paus dan kembali ke permukaan. Ketika ia muncul di pantai, pagi sudah menjelang, dan sinar matahari perlahan menyinari ombak.
Sejak hari itu, Ciela merasa hatinya terhubung dengan laut lebih dalam dari sebelumnya. Ia tahu, kapan pun ia merindukan negeri Air dan sahabat-sahabatnya di sana, ia hanya perlu memanggilnya, dan lautan akan selalu menjawab.
Kemudian Di sebuah desa pesisir yang terpencil, hiduplah seorang gadis penyihir bernama Ciela. Ciela bukanlah penyihir biasa; ia memiliki kemampuan untuk berbicara dengan hewan laut. Hari-hari gadis itu dihabiskan di tepi pantai, memanggil angin dan mempelajari ombak. Ia selalu bermimpi tentang negeri Air, sebuah tempat misterius di bawah permukaan laut, yang katanya hanya bisa dimasuki oleh mereka yang memiliki hati yang murni dan penuh kasih untuk makhluk laut.
Suatu senja, saat Ciela duduk di atas karang sambil mengamati air laut yang berkilau diterpa matahari, seekor ikan kecil yang berwarna biru kehijauan muncul dari dalam laut.
"Selamat sore, Ciela!" sapa si ikan kecil. "Raja Paus ingin bertemu denganmu di negeri Air. Ia berkata bahwa kau adalah satu-satunya yang bisa membantu kami."
Jantung Ciela berdegup kencang. Ia tahu, inilah panggilannya untuk mengunjungi negeri Air, tempat yang selama ini hanya ia dengar dalam cerita-cerita tua.
"Bagaimana caraku ke sana?" tanya Ciela dengan mata berbinar.
"Kau hanya perlu melompat ke dalam laut saat malam purnama muncul di langit," jawab ikan kecil sambil tersenyum. "Ketika kau melompat, air akan menyambutmu dan membawamu ke negeri Air."
Malam itu, ketika bulan purnama bersinar terang di langit, Ciela melompat ke dalam air dengan penuh keyakinan. Seiring tubuhnya tenggelam, ia merasa dirinya ringan, seolah-olah air membawanya dengan lembut ke dasar laut. Tak lama kemudian, di hadapannya terbentanglah pemandangan luar biasa: negeri Air yang penuh keajaiban.
Di negeri itu, semua makhluk laut hidup dalam harmoni. Karang-karang berwarna-warni menyala terang, dan ikan-ikan berenang di antara mereka seperti sedang menari. Di kejauhan, seekor paus besar yang memancarkan cahaya biru mendekat ke arah Ciela.
"Selamat datang, Ciela," suara sang Paus menggema. "Aku Raja Paus, dan aku membutuhkan bantuanmu."
Ciela membungkuk hormat. "Apa yang bisa kulakukan untukmu, Yang Mulia?"
"Ada seekor hiu yang tersesat dan sedang gelisah. Ia datang dari wilayah gelap, dan sejak saat itu, negeri kami terusik oleh kegelisahannya. Kami tidak ingin ada konflik di sini, tetapi jika ia terus merasa tersesat, kami khawatir keseimbangan negeri Air akan terganggu."
Ciela mengangguk, merasa simpati. Ia tahu bahwa hiu memiliki jiwa petualang, namun hiu yang tersesat bisa merasa sangat takut dan mudah gelisah. "Aku akan menemui hiu itu, Yang Mulia. Mungkin aku bisa membantunya."
Raja Paus mengangguk dengan penuh harap. Dengan panduan dari ikan-ikan kecil, Ciela berenang menuju gua tempat hiu itu berada. Saat mendekat, ia melihat sosok besar berwarna abu-abu dengan mata yang penuh kebingungan.
“Halo, kawan hiu,” sapa Ciela dengan lembut. “Namaku Ciela. Aku mendengar kau tersesat.”
Si hiu mengangkat kepalanya, menatap Ciela dengan tatapan yang penuh rasa takut. “Aku… aku tidak tahu bagaimana kembali. Aku berasal dari laut dalam, namun entah bagaimana aku terseret arus hingga ke sini. Di sini terlalu terang, dan semua terlihat berbeda,” katanya dengan nada sedih.
Ciela menyentuh sirip si hiu dengan lembut. “Kau tidak sendirian. Aku akan membantumu menemukan jalan pulang. Tetapi, pertama-tama, kau harus tenang dan percaya padaku.”
Si hiu menatap Ciela dan mengangguk pelan. Bersama-sama, mereka memulai perjalanan melalui negeri Air. Dalam perjalanan, mereka melewati taman karang yang indah dan padang lamun yang menari lembut. Ciela memperkenalkan hiu kepada makhluk-makhluk laut lainnya, dan perlahan-lahan si hiu mulai merasa tenang.
Tak terasa, malam mulai berganti, dan mereka sampai di tepi negeri Air, tempat laut dalam berawal. Arus di sini terasa lebih dingin, lebih tenang, dan tampak lebih gelap.
“Ini tempatmu,” kata Ciela. “Arus ini akan membawamu kembali ke laut dalam.”
Si hiu memandang Ciela dengan penuh syukur. “Terima kasih, Ciela. Kau telah membantuku menemukan jalan pulang, dan lebih dari itu, kau telah mengajariku bahwa ada kebaikan di setiap penjuru lautan.”
Ciela tersenyum, mengulurkan tangan seolah mengucapkan salam perpisahan. “Hati-hati di sana, sahabatku. Ingatlah bahwa negeri Air akan selalu terbuka untukmu.”
Si hiu berenang masuk ke dalam arus, menghilang di kegelapan laut dalam. Ciela menghela napas lega, merasa bahagia telah membantu teman barunya. Ketika ia kembali ke hadapan Raja Paus, sang raja menyambutnya dengan senyum bangga.
"Kau telah menjaga keseimbangan negeri ini, Ciela," kata Raja Paus. "Karena kebaikan hatimu, kau akan selalu menjadi bagian dari negeri Air. Jika suatu saat kau ingin kembali, panggil saja namaku, dan laut akan membawamu ke sini."
Dengan ucapan terima kasih yang mendalam, Ciela berpamitan pada Raja Paus dan kembali ke permukaan. Ketika ia muncul di pantai, pagi sudah menjelang, dan sinar matahari perlahan menyinari ombak.
Sejak hari itu, Ciela merasa hatinya terhubung dengan laut lebih dalam dari sebelumnya. Ia tahu, kapan pun ia merindukan negeri Air dan sahabat-sahabatnya di sana, ia hanya perlu memanggilnya, dan lautan akan selalu menjawab.