Flash
Disukai
3
Dilihat
8,815
Penulis Cerita Horor
Horor

Sore itu aku harus pergi ke sebuah rumah sakit untuk mengambilkan obat ibuku. Sampai di tempat parkir aku merasakan angin dingin berhembus pelan membelai bulu romaku. Entah kenapa aku merasa merinding.

Mungkin karena sore itu menjelang Maghrib dan kebetulan malam Jum'at Kliwon. Atau mungkin juga hanya angin dingin biasa. Aku menepis anggapan orang-orang Jawa kalau malam itu adalah malam keramat saat para lelembut muncul dan bergentayangan di alam manusia.

Aku melangkah pelan menuju tempat pengambilan obat. Resep obat aku serahkan dan diterima oleh petugas di sana.

"Silakan duduk. Nanti dipanggil lagi," kata perawat sambil tersenyum.

"Baik, Mbak." Aku balas senyumannya dan segera menuju tempat duduk menunggu antrian. Aku selonjorkan ke dua kakiku duduk santai sambil melepas lelah dan melupakan kejadian misteri saat di tempat parkir tadi. Tak berapa lama datang seorang laki-laki sebaya dan duduk berjarak dua kursi denganku.

Aku perhatikan dari sudut mata, dia hanya duduk diam dengan pandangan lurus ke depan. Setelah beberapa lama, dia menoleh dan dengan nada datar mengajakku berkenalan. Aku pun menanyakan alamat rumahnya. Ternyata masa kecilnya di kelurahan yang sama denganku. Rumahnya di sebelah selatan rel kereta bagian timur. Tetapi sekarang dia sudah pindah dan tinggal di daerah Pasar Legi.

Laki-laki itu kembali bercerita tentang suasana kampung dan lingkungan masa kecilnya sekitar 30 tahun yang lalu. Saat itu suasana di sana masih sepi. Walau sudah ada listrik tetapi masih banyak kebon-kebon gelap dan terdapat sebuah belik atau sumber air. Belik Jambe namanya.

"Belik Jambe itu dulunya horor," katanya masih dengan nada datar.

Horror ...? Ini menarik, pikirku. Tapi kenapa dia bercerita tentang horor di Belik Jambe? Apakah ingin menakut-nakutiku karena malam ini malam Jum'at Kliwon? Aku pun teringat kembali kejadian di tempat parkir tadi. Benarkah lelembut itu telah datang dan memberitahukan keberadaannya? Aku kembali merasa merinding.

Aku perhatikan dia. Dia menatapku dengan pandangan kosong. Entahlah. Aku mencoba berpikir positif dan menyimak ceritanya, siapa tahu bisa menjadi bahan tulisanku. Karena aku suka menulis meski hanya aku posting di status FB-ku.

Tetapi tunggu sebentar .... Bukankah dia tadi mengatakan tempat tinggalnya sekarang di Pasar Legi? Aku teringat ceritaku tentang lift horor di sebuah mall di Pasar Legi yang pernah aku posting di FB.

Aku menghela nafas panjang. Kejadian-kejadian ini seperti puzzle yang telah menemukan tempatnya untuk tersambung kembali menjadi sebuah rangkaian cerita misteri dalam otakku. Imajinasiku meluncur begitu saja menghubungkan cerita horor di Belik Jambe dengan cerita Lift Hororku.

Laki-laki itu telah datang dan mungkin ini memang menjadi keinginannya. Dia sengaja menemuiku untuk berbagi cerita horor yang lain. Merinding lagi bulu romaku. Siapakah sebenarnya laki-laki ini?

Belum selesai dia bercerita, aku dipanggil untuk mengambil obat. Aku beranjak meninggalkannya. Sejumlah obat aku terima dan aku pun harus pulang dengan rasa penasaran pada ceritanya.

Aku berjalan melewatinya. Dengan ragu aku mengatakan 'say goodbye' padanya. Tapi kulihat seraut wajah dingin itu hanya memandang lurus ke depan tanpa ekspresi. Dia bersandar pada kursi tanpa tubuh bagian bawahnya. Dan tanpa menoleh sedikit pun dia hanya menggangguk pelan ....

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (4)