Cerpen
Disukai
0
Dilihat
2,650
MY HEART IS OVER YOU
Romantis

My Heart is Over You



Kanaya tampak serius menyaksikan pertandingan final bulutangkis All England di depan TV. Satu wakil ganda putra Indonesia sedang berjuang untuk mempertahankan gelar bergengsi yang mereka dapatkan setahun yang lalu. Mereka adalah Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Marcus Fernaldi Gideon.

Kedua pasang ganda putra Indonesia itu sedang meladeni perlawanan dari ganda putra Denmark. Sebelumnya di partai semifinal, mereka juga harus menghadapi perlawanan dari ganda putra Denmark lainnya.

“Ayo Kevin! Fokus! Fokus!” racau Kanaya sambil meremas botol aqua yang sudah kosong. Sedari tadi berteriak-teriak membuatnya langsung menghabiskannya. “Gue bakal tebar menyan kalau lo juara, Vin! Pastinya lo makin ganteng kalau bisa mempertahankan gelar!” Lagi dan lagi dia masih merapalkan mantra-mantra.

“Jadi, gue makin ganteng nih?” tanya seorang laki-laki yang terlihat menaikkan sebelah alisnya sambil berkacak pinggang.

Sontak Kanaya menoleh ke belakang. “Ah elah! Gue kira Kevin Sanjaya beneran yang ngomong!”

“Gue Kevin Aditama! Bukan Kevin Sanjaya!”

Kanaya mendengkus. “Ngapain sih malam-malam ke rumah gue?”

Laki-laki itu mendaratkan pantatnya di atas sofa tepat di samping Kanaya. “Biasalah ngapelin cewek cantik,” godanya mengedipkan mata.

“Berisik! Pergi lo jauh-jauh! Gue lagi konsentrasi memandang ketampanan Kevin Sanjaya!” ucap Kanaya memuja wajah pebulutangkis yang bercampur keringat itu di depan TV. Menurutnya sangat terlihat seksi!

“Mending lo memandang Kevin yang di samping lo deh, Nay! Daripada mandang wajah Kevin yang berminyak itu!”

Sialan! Apa tadi dia bilang? Berminyak?      

“Dia keringetan! Bukan berminyak!” Kanaya membalas dengan kesal. “Lagian gue udah bosen sama muka lo yang enggak ada karya seninya!”

“Emangnya muka si Kevin Sanjaya itu ada karya seninya?”

Kanaya mengangguk. “Lihat baik-baik deh muka Kevin.” Laki-laki di sampingnya itu lalu mengeluarkan gawai kemudian memandang wajahnya sendiri di layarnya yang gelap.

“Bukan muka lo bego! Tapi muka Kevin Sanjaya noh di TV!” Kanaya langsung menjitak kepala sahabatnya itu.

“Emang kenapa sih sama mukanya dia?”

“Tuh, hitung deh ada berapa tahi lalatnya?” Kanaya mengikik geli. “Penuh dengan karya seni, kan?”

∆ ∆ ∆

Sayup-sayup Kanaya mendengar alunan permainan piano dari rumah di sebelahnya. Perlahan dia membuka matanya dan langsung merasakan sinar matahari yang sangat menyilaukan masuk melalui jendela kamarnya, tapi dia hanya sanggup membuka mata tanpa sanggup untuk menggerakkan tubuhnya yang lanjut meringkuk sambil memeluk guling kemudian terhanyut dengan lantunan indah permainan piano yang dia sangat tahu siapa yang sedang memainkannya. Kevin Aditama, Sahabatnya sejak kecil yang bercita-cita menjadi pianis dan sekarang sedang mengenyam pendidikan di Institut Kesenian Jakarta.

Untungnya Kanaya sedang tidak ada kuliah hari ini. Dan rasanya dia ingin tidur seharian. Bibirnya tersenyum tipis sambil mendengarkan lagu yang dimainkan sahabatnya itu. Meski dia tidak pernah tahu apa judul lagu tersebut, tapi dia menyukainya. Ah tidak, ini salah satu lagu favoritnya. Bukan pengantar tidurnya, melainkan lagu yang selalu menyambutnya di pagi hari.

Diam-diam Kanaya merasakan debaran di hatinya setiap sahabatnya itu memainkan lagu tersebut. Kevin selalu memainkannya setiap pagi dan Kanaya menduga itu adalah lagu kesukaannya. Awalnya dia hanya mendengarkan saja, tapi karena terbiasa, lagu itu melesak masuk ke dalam ruang hatinya. Dia merasa jatuh cinta, entah kepada lagu itu atau kepada yang memainkannya. Kanaya juga tidak pernah bertanya pada Kevin, lagu apa yang sering dimainkannya itu. Dia hanya menikmatinya saja.

Entah sudah berapa lama Kanaya tertidur. Ketika membuka matanya kembali, dia merasa heran karena silau matahari masih melewati jendela kamarnya. Dia juga tidak lagi mendengar lantunan piano dimainkan.

Astaga! Apa gue ketiduran dua hari ya? Kanaya dengan paniknya langsung menyibak selimut, melempar bantal dan guling lalu mengacak-acak tempat tidur mencari gawai yang ternyata ada di atas nakas.

Dia lalu melihat layarnya kemudian bernapas lega ternyata waktu menunjukkan pukul dua siang dan masih di hari yang sama.

Bikin panik aja lo Nay, Nay. Dia  menggelengkan kepalanya. “Yah, gue kelewatan sarapan dan makan siang deh!” gumamnya cemberut.

Kanaya melihat gawainya kembali untuk membuka aplikasi whatssap. Betapa kaget dirinya melihat 999+ pesan belum terbaca dari grup kevingideon.fc.

Dia langsung membuka obrolan dan matanya terbelalak dengan isi chat yang membicarakan Meet and Greet dengan Kevin Sanjaya. Admin kevingideon.fc mengatakan yang mau ikutan acara dipersilahkan daftar ke kontak pribadinya dan kuota terbatas.

“Ah Sial! Sial! Kuota terbatas!” sesal Kanaya mengingat dirinya terlambat membuka obrolan grup. “Mending gue japri si mimin aja deh, siapa tahu masih ada kuota.”

Beruntungnya Kanaya, karena dia member yang paling aktif di grup, si admin memberi kelonggaran dengan menambahkan satu kuota lagi untuk dirinya.

“YESSS!!!” Kanaya langsung mengepalkan kedua tangannya ke atas. Buru-buru dia turun dari kasurnya dan bersiap-siap karena harus transfer dana buat acara Meet and Greet.

Dia mengikat rambutnya asal dan beranjak keluar dari kamar. Namun sebelumnya dia menyibak sedikit gorden jendela kamar dan mengintip rumah di sebelahnya. Si Kevin kunyuk itu ada di rumah nggak ya?

Kanaya memutuskan untuk mengunjungi sahabatnya terlebih dahulu.

 “KEVIN ADITAMA! BANGUN WOOOOY!”

Kevin hanya mengulet di kasur dan menyumpal telinganya dengan bantal. Kanaya langsung mengambil bantal tersebut dan menggebuknya ke tubuh Kevin.

“Apaan sih Nay! Gue baru tidur siang!”

“Kevin ih banguuuun!”

“Astaga, Nay! Ada apa sih?”

“Hari sabtu temenin gue ya?” pinta Kanaya dengan senyum manja sambil mengedip-ngedipkan matanya.

“Mata lo kenapa? Kelilipan?”

Kanaya langsung menatap datar sahabatnya itu. “Hari sabtu temenin gue! Nggak mau tahu! Pokoknya harus!”

“Emang mau ke mana sih?”

“Ke acara Meet and Greet Kevin!”

Laki-laki itu memutar bola matanya dan mengkerutkan dahinya. “Perasaan gue enggak ngadain Meet and Greet dah.”

“Kevin Sanjaya! Bukan Kevin Aditama!” decak Kanaya.

“Yaelah, males gue!”

Dan Kanaya hanya bisa cemberut melihat sahabatnya kembali mengulet di kasur tidak mempedulikan dirinya. Dia pun memutuskan keluar dari kamar dan membanting pintunya. Tepat saat dia melewati ruang keluarga dengan TV yang menyala, seseorang menarik tangannya yang sontak membuat tubuhnya berbalik.

“Gitu aja ngambek? Sini duduk!” Kanaya masih cemberut dan hanya menuruti sahabatnya itu.

“Tuh, ada idola lo! Si muka seni rupa Kevin Sanjaya.” Kanaya menoleh ke arah TV yang sedang berlangsung acara Metro Sport Line yang membahas duo minions sukses di All England. Namun, Kanaya kembali menoleh ke arah sahabatnya dengan dahi berkerut dan mengerucutkan bibirnya.

“Jangan liatin gue, katanya bosen?”

“Temenin gue ke acara Meet and Greet,” rengek Kanaya dengan manja.

Kevin Aditama yang tidak bisa tahan dengan rengekan seorang Kanaya Sabrina mengembuskan napas dengan kasar. “Iya! Iya! Gue temenin!”

Seketika Kanaya tersenyum lebar. “Keviiiiiin lo emang sahabat terbaik!” Dia baru saja hendak memeluk sahabatnya itu, tapi tangan Kevin dengan kasar mendorong wajah Kanaya.

“Mandi dulu lo sana!” Kevin lalu mengibas-ngibaskan tangannya. “Mulut lo astaga! Bau naga!” hardiknya lalu dengan secepat kilat melarikan diri.

Kanaya kembali cemberut. “Kevin ih! Jahat banget kalau ngomong!” teriaknya sambil melempar bantal di sofa. Dia lalu menghela napas di telapak tangannya. “Ih beneran bau naga! Padahal mau ke indomaret buat transfer dana, mandi dulu deh!” gumamnya beranjak pergi dari rumah Aditama.

∆ ∆ ∆

Kanaya dan sahabatnya, Kevin Aditama kini sudah berada di kafe tempat acara Meet and Greet Kevin Sanjaya diadakan. Terlihat sudah ada beberapa kevinlovers –sebutan untuk fans Kevin Sanjaya– yang hadir di sana.

“Nay! Pinjem hape lo bentaran.”

“Lah? Hape lo ke mana?”

“Ketinggalan! Gue mau ngabarin nyokap kalau hari ini pergi nemenin lo.”

“Emang tadi enggak pamit sama nyokap?”

“Dia tadi lagi enggak ada di rumah. Udah mana sini hape lo!”

“Nih!” Kanaya menyodorkan gawainya lalu meminum es milonya.

“NAY!” Kevin berteriak sambil menepuk pundak Kanaya dan berhasil membuat cewek itu menyemburkan sebagian minuman yang sudah berada di mulutnya.

“Apaan sih, Vin! Muncrat semua tuh milo dari mulut gue!”

Kevin tidak bisa menahan tawanya. “Lo ya! Gue yang lo kenal dari orok, malah lo kasih nama Kevin Kunyuk giliran si muka seni rupa itu yang baru lo kenal belum ada bertahun-tahun malah lo kasih nama Kevin Ganteng!”

“Yaelah, dikirain apaan!” Kanaya memutar bola matanya malas. “Suka-suka guelah, kok situ yang repot sih!” ucapnya cuek. “Udah mana sini hape gue!”

Tapi sahabatnya itu malah mencubit pipi tembam Kanaya alih-alih memberikan gawainya, membuat cewek itu menjadi kesal.

“KEVIIIIIIIIN!!!!”

Dan tepat pada saat itu, Kevin Sanjaya yang baru saja memasuki kafe untuk menghadiri acara Meet and Greet-nya kaget bukan main karena tiba-tiba ada yang meneriakkan namanya yang ternyata bukan ditujukan kepadanya.

“Eh, eh itu bukannya si muka seni rupa?”

Kanaya langsung menoleh dan seketika histeris. “KEVIN SANJAYA!!!” Lalu sedetik kemudian dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya ketika yang punya nama menoleh. Upsss. “Maaf,” ucapnya menyengir.

Kevin Sanjaya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Acara pun berlangsung cukup meriah. Ada sekitar dua puluh lima, eh, dua puluh enam fans yang hadir. Sedikit mengingatkan, ada penambahan kuota ilegal atas nama Kanaya Sabrina.

“Oke, sekarang mimin mau tanya kalian satu-persatu, apa sih yang kalian suka dari seorang Kevin Sanjaya?” tanya admin kevingideon.fc yang merangkap jadi pembawa acara.

Dan jawabannya pun bermacam-macam. Ada yang suka wajah gantengnya, bakatnya, ketengilannya, prestasinya, tapi tidak ada jawaban yang anti-mainstream seperti Kanaya yang suka dengan tahi lalatnya.

Jawaban Kanaya membuat Kevin Sanjaya penasaran, dirinya pun tidak tahan untuk bertanya kepadanya. “Kok bisa suka sama tahi lalat?”

Baru saja Kanaya mau menjawab, tapi sahabatnya Kevin Aditama, lebih dulu angkat suara. “Katanya itu karya seni,” celetuknya menahan tawa. Kanaya langsung melotot dan mengarahkan kepalan tangan ke sahabatnya itu.

Setelah sesi perkenalan dan tanya jawab, dilanjutkan dengan acara makan-makan yang berlangsung cukup hening.

Kevin Aditama yang tidak ikutan acara karena hanya menemani Kanaya terlihat berjalan menuju ke sebuah piano yang ada di ujung ruangan dan tidak disadari oleh Kanaya. “Saya akan memainkan sebuah lagu untuk sahabat saya, Kanaya Sabrina,” ucapnya tanpa basa-basi lalu dia mengedipkan sebelah matanya ke arah Kanaya ketika cewek itu menoleh kaget.

Kevin lalu mulai memainkan tuts tuts piano, melantunkan lagu yang selama ini selalu dimainkannya setiap pagi. Kanaya yang tidak pernah melihat sahabatnya itu memainkan lagu tersebut di hadapannya langsung terkesima dan sukses membuatnya tersadar. Bahwa selama ini dia bukan jatuh cinta pada lagunya melainkan kepada yang memainkan lagunya!

Begitu selesai dan orang-orang bertepuk tangan, Kanaya masih terpaku memandang sahabatnya itu kembali ke tempat duduknya. Entah dorongan dari mana, Kanaya perlahan beranjak dari duduknya dan berjalan mengambil mic lalu berdiri menghadap sahabatnya yang duduk sejajar, tapi agak berjauhan dengan tempat duduknya Kevin Sanjaya.

Kanaya memejamkan matanya erat dan mengumpulkan keberaniannya. Sekarang sudah zamannya emansipasi wanita, Nay! Dia mengangguk perlahan dan membuka matanya. “Kevin, lo mau nggak jadi pacar gue?” tanyanya dengan lantang.

Baik Kevin Aditama maupun Kevin Sanjaya kaget bukan main. Suasana pun menjadi hening. Bahkan para kevinlovers hanya bisa terdiam.

“Dia minta lo jadi pacarnya tuh! Udah terima aja! ” ucap Kevin Aditama terkekeh geli.

“Hah? Gue?” tanya Kevin Sanjaya gelagapan.

Kanaya langsung mengerucutkan bibirnya. “Dasar cowok nggak peka! Gue tuh nembak lo Kevin Aditama! Bukan Kevin Sanjaya!”

Kevin Aditama hanya melongo. “Lo serius Nay?” Kanaya mengangguk cepat.

“Hampir aja gue kena serangan jantung.” Kevin Sanjaya bernapas lega. “Belum juga juara dunia dan olimpiade,” lanjutnya bergumam.

Kevin Aditama lalu bangkit dari kursinya dan berjalan menuju Kanaya. Ditatapnya lekat kedua manik mata cewek tembam itu. Hatinya berdebar-debar dan senang sekali dengan permintaanya. Namun, dia mencoba untuk tidak menunjukkannya.

Sorry, Nay! Tapi gue enggak mau pacaran,” ucap Kevin Aditama tersenyum. Tangannya mengacak-acak lembut puncak kepala sahabatnya.

Kanaya membalas dengan senyum tipis lalu menundukkan kepalanya. Jawaban yang diplomatis sekali Vin!

∆ ∆ ∆

Kanaya masih merutuki dirinya karena sudah meminta sahabat sendiri menjadi pacarnya. Bego lo Nay! Bego! Bego! Bego! “Mana gue minta tuh kunyuk jadi pacar di depan idola! Terus gue ditolak pula! Aaaaarrrghhh!” gerutunya mengacak-acak rambut.

Rasa malunya tidak sebanding dengan patah hati yang dirasakannya kini. Bahkan setelah tiga hari berlalu, dia dan sahabatnya itu tidak saling bicara.

“Nay, ada Kevin tuh!” ucap Bunda di ambang pintu kamarnya.

“Hah? Kevin? Kevin Sanjaya?” tanya Kanaya.

“Kamu ini! Kevin sahabat kamu!” Bundanya terkekeh. “Sudah cepetan ke ruang tamu! Ditungguin sama mereka.”

Kanaya mengerutkan dahinya. “Mereka?” Dia pun bergegas mengikuti Bundanya ke ruang tamu yang ternyata sudah ada ayahnya dan orangtua Kevin Aditama. Ada apa ini?

“Nah! Kanaya sudah di sini, ayo Kevin sebaiknya langsung saja,” ujar ayahnya.

Kevin mengangguk dan berjalan mendekati Kanaya, terlihat semua orang tersenyum-senyum kepadanya.

“Nay….” Kevin mengeluarkan sebuah kotak yang di dalamnya ada cincin. “Will you marry me?” lanjutnya bertanya dengan tulus.

Kanaya hanya bisa terdiam, lebih tepatnya speechless! Tiga hari yang lalu dia ditolak sama pria yang ada di hadapannya ini, lalu sekarang?

Seakan paham apa yang dipikiran Kanaya, Kevin pun berbicara. “Tiga hari yang lalu gue nolak lo karena gue emang enggak mau pacaran, gue maunya hubungan yang serius dengan menikah sama lo.” Kanaya masih terdiam mencoba mencerna semuanya. “Jadi, lo terima lamaran gue enggak?” tanyanya tidak sabaran dan terdengar menuntut.

Kanaya mengkerutkan dahinya. Kok ngeselin ya? Niat ngelamar nggak sih?

“Yaudah, iya… gue terima.”

Kevin tersenyum semringah. Untung saja nggak ditolak! Lalu dengan cepat dia memasangkan cincin ke jari manis Kanaya yang ternyata ukurannya kekecilan. “Sorry Nay, keburu-buru sih beli cincinnya.”

Kanaya memejamkan matanya seraya mengembuskan napas perlahan. Astaga! Lamaran macam apa ini!

∆ ∆ ∆


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)