Flash
Disukai
0
Dilihat
10,260
Monday Morning
Drama

"The number you are calling cannot be reached at the moment, please try again later."

Lagi, panggilan Lewis dijawab oleh suara mesin. Entah sudah berapa kali sejak semalam Lewis mencoba menghubungi Adelia. Hasilnya nihil. Adel seolah hilang ditelan bumi.

Mata Lewis menatap nanar ke arah jam dinding. Detik jarumnya memecah keheningan Senin pagi. Sungguh dia lelah dan mengantuk. Seharusnya dia sudah dalam perjalanan menuju kantor, tapi bagaimana dia bisa pergi sementara istrinya masih menghilang?

Pukul lima lewat sembilan belas menit. Sudah lebih dari sembilan jam sejak terakhir kali Adelia mengontaknya. Pesannya bernada singkat, seperti yang biasa dia kirimkan sebelum pulang dari tempat kerjanya.

[Aku otw pulang. See you at home, Babe.]

Kadang Lewis membalasnya dengan satu kata singkat.

[Ok.]

Seringkali dia mengabaikannya. Toh mereka akan bertemu dua jam kemudian, setelah dia mengunci kantornya dan menyetir selama satu jam perjalanan.

Pernah Lewis bertanya, kenapa Adelia selalu mengabarinya sebelum berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

"Aku tidak ingin membuatmu khawatir," jawabnya saat itu. "Kamu tahu tidak, rasanya kayak apa kalau kamu pulang terlambat tanpa mengabari? Rasanya aku ingin lari keluar dan menyusulmu ke kantor," lanjutnya.

Kala itu Lewis hanya terbahak. "Kamu berlebihan. Makanya, jangan kebanyakan nonton film horor," ledeknya.

"Bukankah wajar kalau aku khawatir?" balasnya dengan ekspresi heran.

Lewis kembali menertawakannya. Kini dia menyesal. Seperti inikah rasanya dibuat khawatir? Lewis nyaris gil a. Ingin dia melapor ke polisi, tapi mereka pasti menganggapnya terlalu dini.

Mungkin ini balas dendam Adelia, karena Lewis sering mengabaikan pesannya. Ya, mungkin dia kesal karena berkali-kali Lewis tidak memberi kabar bila pulang terlambat. Bila itu terjadi, biasanya Adelia hanya diam dan memberinya tatapan dingin. Kemudian, Lewis akan membiarkannya hingga kemarahan Adelia mereda.

Langit mulai terang. Lewis menyalakan televisi dan memilih salurannya secara acak sambil melamun. Ucapan reporter di layar membuatnya terduduk tegak.

"...kemacetan imbas kecelakaan beruntun semalam sudah terurai...."

Itu dia.

Lewis mengenali rambut ikalnya yang mekar dan selalu membuat Adel uring-uringan di pagi hari. Dia tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena wanita di tangkapan video amatir itu sedang menunduk di dalam mobil seseorang. Sebuah tangan bersimbah dar ah menggapai lehernya.

Rumah sakit! Kenapa tidak terpikir olehnya untuk mencari Adelia di sana? Pikiran buruk berkecamuk menghantuinya sehingga tidak dapat lagi berpikir jernih.

Layaknya orang kesetanan, Lewis melaju ke rumah sakit tempat dikirimnya korban kecelakaan tadi malam. Instansi itu sudah mengonfirmasi keberadaan Adelia di sana.

***

"Adelia!" teriaknya, tanpa memedulikan tatapan orang-orang di sekitar mereka.

Adelia mengalihkan pandangannya dari ponsel di tangannya. Secangkir kopi hitam mengepul tampak masih terlalu panas untuk dihirupnya.

"Lewis!" sapanya cerah. Matanya tampak merah dan lelah, bagian bawah matanya berwarna gelap, dan rambut ikalnya kusut dan kotor.

"Aku baru saja mau meneleponmu. Gila banget tadi malam, aku nyaris tidak duduk! Pasien mengalir kayak air terjun saja," cerocosnya.

Lewis memeluknya. "Apa yang terjadi? Kenapa kamu tidak menghubungiku? Aku kalang kabut semalaman," omelnya tanpa melepas pelukannya.

"Iyakah?" Adelia mendorongnya menjauh. "Aku bau. Tadi malam aku sudah dalam perjalanan pulang, tepat setelah mengontakmu. Batereku nyaris habis. Belum separuh perjalanan, jalan macet total. Rumah sakit meneleponku untuk kembali dan bersiap karena ada kecelakaan hebat tidak jauh dari situ," ceritanya.

Terduduk lemas, Lewis menatapnya. "Aku hampir gil a gara-gara kamu. Kukira kamu balas dendam karena aku sering tidak mengabari kalau pulang telat."

Adelia terkejut, lalu tertawa. "Bukan maksudku. Things happen, yeah? Tapi... gimana rasanya?" Dia terkekeh.

Lewis memutar bola matanya. "Pulang yuk, aku bolos saja hari ini," ajaknya.

"Count me in," balas Adelia, menggamit lengan Lewis dan meninggalkan kopinya yang masih mengepul.

-tamat-

Tangsel, 12 Agustus 2023 

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)