Masukan nama pengguna
O, Menes¹ Narmer,
Kau makmurkan seantero Kemet²
Sungguh perkasa menyatukan Hulu dan Hilir dengan mulia
Itu syair Ran, kawanku. Jnk³ tengah menunggunya, duduk di sini, di batu depan kebun Kota Tjenu⁴. Pandanganku jatuh pada wanita-wanita tukang panen dengan rok rami tanpa atasan, bersemu senang memandangi hasil kebun siap dipungut. Remtju⁵ lain hilir mudik memamerkan rok katun selutut mereka yang ramai pernak-pernik, menyatakan, jnk dari kelas atas.
Jnk lelah menunggu Ran. Dia tidak kunjung datang, padahal kami berniat mengukir granit dengan bor tabung berhiaskan permata, sambil mandi matahari Shemsu⁶. Jnk duga, Ran mesti—seperti biasa—lagi bersyair di depan militer demi diizinkan bertemu Menes Narmer.
Lalu, riuh rendah itu datang. Anak-anak hitam telanjang berlarian dan meraung ngeri diikuti remtju lain. Jnk berdiri ingin tahu, mengintip ke sumber pelarian mereka.
Itu sekelompok militer yang telanjang dada memakai rok linen, mengangkat senjata. Ada sesuatu yang dibawa mereka.
Ran.
Hanya kepalanya.
Jnk mengering remuk di tempat. Tubuhku ambruk, teronggok di sisi granit.
Militer itu mengangkat kepala Ran yang mengucurkan darah, sembari bergemuruh, “Dia membaca syair di depan kami. Syair yang menghina Menes!”
Jnk menggeleng. Ran tidak mungkin menghina Menes. Ran sangat mencintainya. Ran mengagungkannya lebih dari Dewa Horus.
Sebab Ran dahulu hidup susah di Kemet Hilir⁷. Hingga militer Kemet Hulu⁸ yang dipimpin Menes Narmer datang menaklukkan tempatnya, membuat Ran bisa ke kota di hulu. Hidupnya jadi lebih mudah, jadi pengukir bersamaku di Tjenu, Naqada atau Hierakonpolis⁹.
Jnk sering dengar pengakuan terima kasih Ran pada Menes Narmer. Jnk adalah tempat Ran mengutarakan cita-cita dia kemari, yakni untuk membacakan syair pujian pada Menes, bukan menghinanya.
Tapi, hubungan Ran dan militer kerap beradu pendapat. Ran sering kembali pada Jnk dalam sendu sedan air mata, mengatakan kalau militer baru mengusirnya.
Jnk kini terisak. Air jatuh tanpa izin dari mataku.
Ran, cita-citamu tak diizinkan.
Akhirnya militer membubarkan remtju, mempersilakan kami melanjutkan kegiatan. Jnk takut pada mereka. Jnk hanya mampu berpaling dari pemandangan menyedihkan itu, lalu memangku granit.
Jnk membiarkan diriku. Mengukir sendiri di Tjenu.
***
Note: Penulis mengikuti penelitian Sir Flinders Petrie, dan Douglas J. Brewer.
1. Menurut Brewer (atas perdebatan nama raja pertama Mesir) Menes adalah gelar yang diberikan pada Narmer, sementara Narmer adalah nama rajanya. Penting: panggilan Pharaoh atau Firaun baru digunakan pada Periode Kerajaan Baru (1570 – 1069 S.M.)
2. Panggilan Mesir dahulu. Nama Mesir (Egypt) sendiri baru digunakan semenjak abad kedelapan S.M.
3. Aku (Egyptian).
4. Panggilan kuno dari Kota Thinis. Dahulu Tjenu adalah ibu kota Kemet.
5. Orang, masyarakat (Egyptian).
6. Di 3150 S.M. tahun Mesir terdiri dari tiga musim. Akhet (banjir), Peret (menanam), Shemsu (musim panas/panen).
7. Mesir Utara. Tidak lebih makmur dibandingkan Mesir Selatan sebelum 3150 SM, sebelum Narmer menaklukkannya dan memusatkan Mesir menjadi satu pemerintahan.
8. Mesir Selatan. Hidup makmur masa pemerintahan Narmer, dengan kota-kota yang berkembang pesat seperti Thinis, Nekhen, dan Naqada.
9. Panggilan kuno Kota Nekhen.