Flash
Disukai
3
Dilihat
6,024
Asal usul wayang tanah jawa
Sejarah

Sebelum para wali Sanga menggunakan wayang sebagai sarana da'wah, terlebih dahulu mereka bermusyawarah. Tentang hukum membuat gambar wayang yang mirip dengan gambar manusia. Para wali aliran Giri yang dipelopori oleh sunan Giri berpendapat bahwa wayang itu hukumnya haram, sebab serupa dengan bentuk manusia. Untuk itu dalam suatu musyawarah sidang para wali, sunan Kalijaga mengusulkan agar bentuk wayang tidak melanggar hukum secara syariat Islam, gambar wayang di ubah bentuknya, umpamanya hidung wayang dibuat lebih panjang, kepalanya agak menyerupai binatang, sehingga tidak persis serupa dengan panca indra tubuh manusia. Dengan adanya modifikasi bentuk wayang seperti ini maka tentu saja hukumnya tidak haram lagi.

Da'wah Kreatif Wali Songo

Ketika para Wali Sanga mengembangkan agama Islam di Tanah Jawa, perhatian mereka terhadap kesenian wayang tidak kalah pentingnya terlebih dalam-strategi da'wah

menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah masayarakat Jawa yang sangat menggemari kesenian wayang. Selain berfungsi schagai sarana hiburan, pada zaman para Wali Songo Khususnya oleh Sunan Kalijaga digunakan pula sebagai sarana da'wah dalam menyebarkan ajaran Islam. Beberapa cerita lakon wayang kreasi baru yang berisi ajaran Islam mulai diselipkan pada beberapa tema cerita yang bersumber 9 dari Mahabharata dan Ramayana. Demikian pula tentang bentuk gambar wayang bentuknya disempurnakan agar tidak bertentangan dengan kaidah hukum ajaran Islam.

Untuk melengkapi wayang yang sudah ada, Sunan Kudus menciptakan wayang golek dari kayu. Lakon ceritanya diambil dari lakon pakem wayang purwa dan gamelan yang dipakainya adalah yang berlaras salendro, dengan beberapa instrument gamelan tambahan seperti gong, kenong, ketuk, kendang, kecer dan rebab. Di Tanah Pasundan, wayang golek diperkenalkan oleh Sunan Gunung Jati,yang hingga kini wayang golek merupakan salah satu keseniuan wayang yang sangat digemari oleh "Urang Sunda".

Sementara tata busana asesoris wayang dimulai tahun 1581, Sultan Adiwijaya dari Kerajaan Pajang mulai memberi bentuk pewarnaan yang lebih hidup dengan seni tatah yang lebih baik dan indah, demikian pula untuk menambah penampilan yang lebih anggun dan kharismatik tahun 1581 Sultan Pajang mengeluarkan aturan atau pepakem dalam pedalangan yang harus dijadikan pegangan bagi para dalang wayang purwa.

Asesoris Busana Wayang

Renovasi dan modifikasi wayang kulit di Tanah Jawa berjalan terus-menerus dari zaman ke zaman secara dinamis sebelum menjadi bentuknya yang seperti sekarang ini hal ini tentu saja berkaitan erat dengan tuntutan zaman yang mengalami proses perubahan yang menuntut pemenuhan kesempurnaan yang prima baik dari segi estetika, etika dan teaterika.Penyempurnaan yang dianggap paling terakhir dilakukan pada zaman Sultan Agung Mataram (1613- 1645) M, yaitu memberi warna batik untuk keindahan busana wayang sesuai dengan karakter ketokohan wayang agar terlihat seolah-olah mengenakan celana atau busana batik yang indah, asesoris lain penambahan mahkota pada bagian kepala wayang, gelang kaki, dan ikat bahu khusus bagi tokoh wayang yang termasuk katagori golongan tokoh wayang para raja.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)