Masukan nama pengguna
Aku ingin menulis ini lagi. Ya, masih tentangmu dan tak tahu sampai kapan cerita tentang kamu akan berhenti aku ceritakan.
Layaknya ombak yang selalu menyapa di bibir pantai, menenangkan namun juga penuh misteri. Aku masih mengagumimu. Caramu memandang dunia melalui alam, senyum ceriamu menyapa teman-teman baru di berbagai tempat. Selalu ada senyum dan tawa khas yang kau pancarkan.
Diam-diam masihku memandangi kamu melalui sedetik-dua detik postingan yang baru saja kamu bagikan. Jangan khawatir! itu tidak serutin dahulu. Hanya sesekali saja jika teringat akan dirimu.
Hei, akhir tahun ini aku akan kembali. Kota tempat tinggal juga tempatku tumbuh itu tetap jadi tujuanku pulang. Mungkin dunia telah membuatku berubah, keadaan pula. Kota kecil dengan sekitar 180.616 orang itu mempunya segudang kenyamanan yang tidak aku dapati di tempatku saat ini.
Kesejukan di pagi hari, sepinya ketika baru pukul 9 malam, kecilnya wilayah sampai tidak butuh berlama-lama untuk mengunjungi setiap sudut kota ini. Hingga aku tak sabar ingin pulang.
Mungkin kalimat yang akan keluar dari bibirku nanti saat berpapasan denganmu hanyalah, "Hai, apa kabar kamu?"
Menanyakan kabar adalah pertanyaan paling realistis yang bisa menyambung obrolan kita yang sebenarnya tidak pernah benar-benar kita. Setiap pertemuan memang akan selalu ada perpisahan. Namun, setiap pertemuan pasti akan memiliki momen berkesan bagi satu dua orang atau mungkin memang hanya aku saja yang merasa bertemu denganmu adalah momen paling spesial.
Jika bertemu nanti, tidakkah kamu perlu menanyakan hari-hariku di sini? Ingin sekali ada lebih percakapan yang bisa memperpanjang waktu aku menatapmu lebih lama. Jika mustahil, cukupkan aku bisa melihat senyum di wajahmu.
Memang benar. Sebuah nama itu tidak pernah berhasil hilang di hatiku, bahkan suaramu masih terekam jelas dalam otakku, berputar terus. Apakah mantra yang kamu gunakan sehingga tidak ada celah nama lain singgah di diri ini? Bagaimana mungkin kita yang tidak pernah kita ini masih terus berharap? Benarkah bodoh jika perasaanku padamu masih terus menyala selayaknya lilin abadi?
Nasib. Hatiku telah di curangi atau akulah yang berusaha mencurangi hingga kamu bersamaku.