Flash
Disukai
9
Dilihat
10,308
Terjatuh
Thriller

Saat ini aku sedang menikmati tenggelamnya matahari dari balkon apartemenku. Sesuatu yang tak pernah bisa dilakukan sebelumnya. Karena tuntutan profesi yang menyita semua waktu dan kehidupan.

Namun, di hari ini saat semua orang mengecam apa yang aku lakukan. Saat puncak karir mulai tenggelam karena hal itu. Aku memiliki banyak waktu untuk berdiam diri di balkon ini. Merenungi semua hal yang telah terjadi selama ini.

Sungguh rasanya ingin bisa mengulangi waktu. Saat belum menjadi artis. Ketika hidup terasa lebih bebas tanpa harus selalu tampil sempurna. Untuk memenuhi hasrat mereka yang mengidolakan diriku.

Memang apa yang aku lakukan itu salah, tapi bukankah itu wajar. Karena aku juga manusia biasa yang tak luput dari salah. Apalagi hanya gara-gara ketahuan merokok dan mabuk di sebuah pesta pribadi bersama teman-teman dekatku. Mereka semua langsung mengecam tiada henti.

Apa sebegitu buruknya hal itu, hingga kata-kata makian harus aku terima di semua media sosialku. Sungguh naifnya. Menuntut aku untuk sempurna dan suci. Sedangkan mereka bebas melakukannya. Dasar kalian semua kaum munafik, geramku di dalam hati sambil meneguk segelas wiski hingga habis.

Lalu tanpa ada keraguan sama sekali, aku menjatuhkan diri ini ke bawah. Terjun bebas tanpa beban. Melepas semua derita ini yang telah lelah akan seribu hujatan yang aku terima.

Aku sangat menikmati rasa itu. Saat angin berbisik kencang di kedua telinga. Saat angin mengacak-acak rambut panjangku. Saat angin mempermainkan gaun tidurku.

Dan ketika tubuh ini menghantam ibu pertiwi. Semua beban, ingatan, dan segala hal tentang kehidupan. Terlepas bebas begitu saja bersama napas terakhirku.

Namun, ternyata itu cuma mimpi. Sudah berapa lama aku tertidur? Bukankah sebentar lagi aku harus menghibur mereka semua, batinku sambil bangkit dari lantai dan kembali duduk di kursi dengan kepala bagian belakang yang terasa sakit.

"Arum! Bersiaplah, semenit lagi giliranmu!" teriak sesosok wanita paruh baya dari luar ruangan sambil mengetuk pintu dengan kerasnya.

"Iya, Ibu. Sebentar lagi aku keluar," balasku sambil sedikit merapikan gaun serta rambut panjang ini.

Dan dengan senyuman palsu, aku melangkah keluar menuju panggung hiburan. Demi menghibur mereka yang tak pernah peduli akan rasa lelah yang aku rasakan.

Suatu hari nanti, mimpi itu pasti akan aku wujudkan. Sebelum mereka mengetahui sisi burukku. Sebelum mereka mencelaku karena hal itu,

Namun, tekad itu tak pernah terwujud hingga akhir hayatku. Karena sebutir timah panas telah membuatku terjatuh dari panggung hiburan dalam keadaan tak bernyawa lagi.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)