Masukan nama pengguna
Pagi menyingsing dunia. Matahari sudah naik ke atas menyebabkan terik. Pohon bambu bergoyang mengikuti angin. Beberapa bergesekan sehingga menyebabkan suara alam yang indah . Seperti alunan musik yang damai.
Di sebuah sungai yang jernih dan luas, hiduplah berbagai jenis ikan yang bahagia. Sungai itu bernama Sungai Biru, karena airnya begitu bening dan berkilauan seperti kristal. Para ikan berenang bebas, bermain kejar-kejaran di antara tanaman air, dan sesekali melompat ke permukaan untuk menyapa mentari. Keseharian itu sangat seimbang karena ekosistem masih bagus dan terjaga. Burung burung seperti bangau, kepodang juga masih ada menandakan bahwa alam masih terjaga . Tapi itu tak berselang lama karena pada akhirnya sesuatu terjadi.
Di antara mereka, ada tiga sahabat karib: Banyu si ikan mas yang bijaksana, Lindu si ikan lele yang kuat, dan Sari si ikan nila yang lincah. Mereka selalu bersama, menjelajahi sungai dan berbagi cerita tentang kehidupan di dalam air.
Hari yang Kelam
Namun, kebahagiaan itu perlahan memudar. Suatu hari, Sari merasakan ada yang aneh dengan air sungai. “Banyu, Lindu, apakah kalian merasakan sesuatu yang berbeda?” tanyanya cemas.
Banyu mengerutkan dahi. “Aku juga merasakannya. Air ini terasa lebih hangat dan berbau aneh.”
Sungai biru kadang memang berwarna coklat saat musim penghujan, itu karena sedimen pasir dan tanah bercampur saat air hujan datang . Tapi yang berbeda, ini adalah musim kemarau
Rasa rasanya seperti ada yang berubah. Tidak lagi sama seperti dulu.
Lindu, yang selalu kuat, mencoba bertahan. “Mungkin ini hanya sementara. Kita harus tetap berenang seperti biasa.” bersikap positif adalah hal yang harus mereka miliki.
Tapi tak lama kemudian, berbagai ikan mulai jatuh sakit. Nafas mereka tersengal-sengal, sisik mereka kusam, dan beberapa bahkan kehilangan tenaga untuk berenang. “Ada yang tidak beres,” ujar Banyu.
Beberapa ikan bahkan mulai dihinggapi parasit, mulai dari kutu dan lain sebagainya.
Mereka bertiga berenang ke hulu sungai untuk mencari tahu apa yang terjadi. Namun, semakin jauh mereka pergi, air semakin keruh. Bau busuk semakin menyengat, dan di beberapa tempat, mereka melihat sampah mengapung di permukaan. Botol plastik, kantong kresek, dan sisa makanan bercampur menjadi satu.
Penyebab Pencemaran
Mereka akhirnya tiba di sebuah pabrik besar di tepi sungai. Dari cerobongnya, asap hitam mengepul ke langit, dan dari pipa besarnya, cairan berwarna gelap mengalir langsung ke sungai.
“Inilah penyebabnya!” seru Sari marah. “Manusia membuang limbah mereka ke air kita!”
“Kita harus melakukan sesuatu!” kata Banyu.
“Tapi kita hanya ikan. Bagaimana kita bisa menghentikan mereka?” tanya Lindu ragu.
Manusia dan ikan tidak melakukan komunikasi. Mereka paham betul akan hal tersebut.
Banyu berpikir keras. “Jika kita bisa memberi tahu manusia tentang bahaya ini, mungkin mereka akan berhenti.”
“Tapi bagaimana caranya?” Sari bertanya.
Banyu terdiam sejenak, lalu matanya berbinar. “Kita akan meminta bantuan teman-teman kita yang tinggal di dekat daratan.”
Pesan untuk Manusia
Mereka berenang kembali ke bagian sungai yang lebih bersih dan menemui teman-teman mereka: Kura-kura Taman, Bangau Putih, dan Katak Hijau. Mereka akhirnya berkumpul dan menyampaikan usulan usulan mereka.
“Kami butuh bantuan kalian,” ujar Banyu. “Sungai kita tercemar, dan banyak ikan mulai sekarat. Manusia harus tahu tentang ini!”
Bekerjasama dan kompak dalam menyelesaikan masalah adalah kuncinya . Dan mereka akhirnya bahu membahu saling menolong satu sama lain.
Kura-kura Taman yang bijaksana mengangguk. “Aku bisa pergi ke tepi sungai dan mendekati manusia yang suka bermain di sana, " usulnya.
Lalu Bangau Putih juga angkat bicara dan berkata, “Aku bisa terbang ke desa dan melihat apakah ada orang yang peduli.”
Katak Hijau melompat kegirangan. “Aku akan bernyanyi lebih keras di malam hari, supaya mereka sadar ada yang tidak beres!”
Mereka pun memulai rencana mereka. Pertama tama yang sudah bertindak adalah Kura-kura Taman, dia berjalan lambat ke tepi sungai dan bertemu seorang anak kecil bernama Rani yang sering bermain di sana. Ketika Rani melihat kura-kura yang tampak lemas, ia merasa kasihan. “Ada apa denganmu?” tanyanya. Merasa mendapat respon, kura kura taman melanjutkan aksinya.
Kura-kura menggerakkan kepalanya ke arah sungai. Airnya yang dulu jernih kini tampak gelap dan berbau busuk. Rani mengernyit. “Sungainya bau sekali! Dulu tidak seperti ini.”
Dari sana seperti anak kecil itu mulai paham maksud dari Kura kura taman.
Sementara itu, Bangau Putih terbang ke desa dan bertemu seorang lelaki tua, Pak Surya, yang dikenal sebagai pecinta lingkungan. Bangau berputar-putar di atas kepala Pak Surya, seolah-olah mencoba memberi tahu sesuatu. Pak Surya penasaran dan berjalan menuju sungai.
Ketika sampai di sana, ia melihat Rani yang juga tampak bingung. “Pak, air sungainya berubah! Banyak sampah di mana-mana!” seru Rani.
Mendengar hal tersebut, mereka langsung pergi menuju sungai. Pak Surya mengamati air sungai dan menggeleng sedih. “Ini pasti karena limbah dari pabrik di hulu. Kita harus memberitahu warga lain.”
Malam itu, Katak Hijau bernyanyi lebih keras dari biasanya. Suara nyanyiannya bercampur dengan suara jangkrik, menciptakan harmoni yang tak biasa. Warga desa yang mendengar merasa ada yang aneh dan mulai memperhatikan lingkungan sekitar. Pembicaraan mereka terus berlanjut dan akhirnya mereka mengadakan rapat bersama.
Perubahan yang Dimulai
Keesokan paginya, Pak Surya dan beberapa warga berkumpul. Mereka memeriksa sungai dan menemukan banyak ikan mati mengapung. Ini membuat mereka marah dan sedih. Mereka segera menghubungi pihak berwenang untuk menyelidiki pabrik di hulu sungai.
Beberapa hari kemudian, petugas datang untuk memeriksa pabrik dan menemukan bahwa mereka memang membuang limbah ke sungai tanpa pengolahan. Pabrik itu diperingatkan dan diberi sanksi. Mereka harus memperbaiki sistem pembuangan mereka dan membersihkan sungai. Karena kelalaian mereka, lingkungan tempat hidup banyak makhluk pun mendapatkan akibatnya. Membuat tidak nyaman dan aman untuk semuanya. Beruntung keadaan tersebut bisa diperbaiki.
Pelan tapi pasti, air Sungai Biru mulai membaik. Bau busuk berkurang, sampah mulai dibersihkan, dan ikan-ikan yang selamat bisa berenang dengan lebih lega.
Banyu, Lindu, dan Sari tersenyum lega. “Kita berhasil,” kata Banyu.
“Tapi kita harus selalu menjaga sungai ini. Jangan sampai kejadian ini terulang,” tambah Sari.
“Benar,” kata Lindu. “Sungai adalah rumah kita, dan kita harus menjaganya.”
Menjaga adalah tugas bersama .
Sejak hari itu, warga desa lebih sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Mereka tidak lagi membuang sampah sembarangan, dan mereka mengawasi pabrik-pabrik di sekitar agar tidak mencemari air.
Dan Sungai Biru, yang dulu menangis dalam diam, kini mulai tersenyum kembali.
Ikan ikan sama bahagianya sama seperti sebelumnya merek bebas berenang dan menikmati alam yang indah dan damai.