SYAHIE PANYANG ATJEH
19 dari 25
Halaman utama
#19
BAB 16
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
[1] Apakah beliau sekarang sehat?

[2] Sangat sehat,...

[3] Bagaimana dengan operasi sakit tenggorokan itu?

[4] Oh, baik, baik. Semuanya baik. Lancar.

[5] Bagaimana dengan kabar pemilikan rumah Abu Hasan, di beberapa tempat seperti di New York, Paris, Brussel, dan Swedia sendiri?

[6] Tanyakan saja langsung pada Abu Hasan.

[7] Tentang biaya hidup Abu Hasan, yang merupakan sumbangan tokoh-tokoh gerakan bawah tanah Aceh, dan juga bantuan dari luar negeri?

[8] Tanyakan sendiri pada beliau.

[9] Abu Hasan pernah mengatakan, uangnya diperoleh dari modal yang ditanamkan di perusahaan multinasional,. . .

[10] Stop. Saya tak mau wawancara murahan ini.

[11] Abu Hasan kelihatan segar hari ini,. . .

[12] Perjanjian damai antara RI dan GAM sudah ditandatangani,. . .

[13] Saya tak mau berkomentar,. . .

[14] Bukankah ini menyangkut kepentingan GAM?

[15] Tak ada komentar.

[16] Apakah Abu akan kembali ke Indonesia,. . . maksud saya ke Aceh?

[17] Apa yang mesti saya tulis, kalau Abu hanya menjawab no comment?

[18] Itu adalah orang-orang Aceh yang masuk dalam komando GAM, dan dilatih di Libia,... Pasukan GAM anti-Indonesia, berjumlah 5000 orang lebih.Dilatih oleh pelatih-pelatih pasukan Moammar Khadaffi di luar Tripoli.

[19] Bukankah Abu Hasan tidak menyukai pandangan politik Khadaffi?

[20] Karena itu, waktu saya berada di Tripoli, hanya untuk urusan bisnis saja.



[21] Anggota GAM yang sudah terlatih ini, kemudian masuk kembali ke Aceh melalui Malaysia, Singapura, Muangthai, menyeberang ke Aceh lewat Selat Malaka. Setelah berhasil masuk, mereka melatih orang-orang biasa untuk melawan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Beberapa kali Teuku Hasan di Tiro, kembali ke Aceh menggunakan speedboat dari Malaysia atau menggunakan pesawat Catalina.

Dengan cara yang sama, Hasan Tiro mengirimkan senjata untuk pasukan GAM.

[22] Hasan Tiro, pergi ke Amerika Serikat sesudah Indonesia menyatakan kemerdekaan. Ia belajar hukum di Universitas Columbia. Sesudah itu melanjutkan belajar filsafat di Universitas Fordham. Namun karena melakukan perlawanan kepada pemerintah Indonesia, ia tetap tinggal di Amerika Serikat. Pada Oktober 1976, terjadi perlawanan kepada pemerintah Indonesia. Hasan Tiro berada di Pidie, Aceh, pada tanggal 4 Desember 1976, dan kembali menyerukan kemerdekaan Aceh. Setelah beberapa kali perlawanan kepada pemerintah Indonesia gagal, Hasan di Tiro lari ke luar negeri, dan tinggal di Swedia.





[23] Dari jaman kolonial sampai sekarang, Aceh tiada berhentinya untuk berperang. Pada jaman kolonial peperangan dimulai pada tahun 1873-1946, puncak penjajahan Belanda di Aceh pada saat dilaksanakannya perang Cumbok 1946. Setelah itu sebenarnya ada peluang untuk mendiriknan negara sendiri, tetapi karena rakyat Aceh mempunyai jiwa nasionalis atau rasa kebangsaan Indonesia yang tinggi maka peluang tersebut dilewati. Pembuktian itu dilakukan rakyat Aceh dengan menginformasikan keseluruh dunia melalui radio rimba raya, bahwa negara RI masih ada, dan membelikan sebuah pesawat Dakota tahun 1948 untuk negara RI. Tetapi balas jasa dari pemerintah RI sangat berbeda, yaitu dengan memasukan Aceh sebagai propinsi Sumatra Utara. Perbuatan ini sungguh sangat menyesakkan rakyat Aceh. Lalu timbullah niat untuk mendirikan negara sendiri, yang dipimpin oleh Daud Beureu"eh dengan nama Negara Islam Indonesia/Darul Islam dan terjadi pada tanggal 31 Desember 1953. Tanggapan yang cepat dari Soekarno, untuk melakukan pendekatan persuasif kepada pemberontakan Daud Beureu"eh, membuahkan hasil bagus. Dengan diangkatnya dua putera asli Aceh, untuk memimpin militer di Aceh sebagai pemimpin tertinggi, dan memisahkan Aceh dari propinsi Sumatra Utara menjadi propinsi baru dengan diberi otonomi yang luas dalam bidang budaya, agama, dan pendidikan. Tetapi hasil baik ini tidak berlangsung lama, setelah penggulingan Soekarno ke Soeharto maka terjadi pembenahan-pembenahan dalam tubuh negara yang turut mempengaruhi kehidupan daerah. Kebijakan bersifat sentralistik untuk pembangunan mulai dilaksanakan di Aceh tahun 1970, dengan merubah struktur, kultur, ekonomi rakyat Aceh yang lebih sekuler dari pemerintah Pusat untuk daerah Aceh. Mulailah timbul rasa ketidakpuasan rakyat Aceh untuk kebijakan otoriter yang dilakukan oleh pemerintah Pusat. Nyatanya ketidakpuasan rakyat mencapai puncak dengan dideklarasikannya ASNLF (Acheh Sumatra National Liberation Front) pada tanggal 4 Desember 1976. Jawaban dari pemerintah Pusat, tidak mengakui keberadaan ASNLF dan menumpas gerakan ASNLF. Hal itu membuat Hassan Tiro, pemimpin ASNLF, mengungsi keluar negeri pada tahun 1979. Perlawanan ASNLF kepada pemerintah, mengalami fluktuasi penyerangan. Lebih-lebih saat diberlakukannya DOM pada 1989-1998.

[24] Saya tidak ingin orang salah menulis tentang GAM, apa akar masalahnya, dan apa substansi perjuangannya,. . .

[25] Apakah perjanjian Helsinki telah sampai pada substansi perjuangannya?

[26] Abu Hasan memiliki rumah mewah di Nordsorg, Swedia, kenapa Abu selalu menemui para tamunya di hotel?
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)