Cerpen
Disukai
1
Dilihat
8,721
Sahabatku Merebut Suamiku
Drama

Namaku Sinta, Diah Sinta Pitaloka, aku ibu dari seorang anak laki-laki berusia 5 tahun. Aku sudah menikah dengan Anang sekitar 7 tahun yang lalu. Anang bekerja di Bandar Lampung, sedangkan aku memilih menetap di kampungku Tulang Bawang.

Aku memilih berdagang sembako di depan rumah orang tuaku, lumayan mencari sampingan dan penghasilan tambahan sambil menjaga putraku bermain. Maklum saja suamiku kerjanya masih serabutan di beberapa Multi Level Marketing.

Aku sangat mempercayai suamiku, hampir satu bulan sekali aku mengunjunginya ke Bandar Lampung, ataupun sebaliknya dia mengunjungi aku dan putraku di Tulang Bawang Lampung.

Sejak dulu kami tidak mau bekerja di perusahaan, kami lebih memilih menjadi marketing produk Multi Level Marketing, karena bagi kami waktu kerja yang tidak mengikat dan bebas dari aturan. Kami menjalin hubungan pertemanan ke segala penjuru Lampung, demi membuat jaringan kerja. Semakin banyak jaringan, member atau pembeli di bawah kami, kami akan dapat banyak untung dan penghasilan.

Sejak tahun 2003 aku mengenal Lia dia doneline aku di Bandar Jaya. Dia seorang ibu rumah tangga, jumlah anaknya pun banyak lebih dari satu. Dia sangat bersemangat sekali, berbisnis Multi Level Marketing bersama kami, hubungan yang awalnya teman biasa pun berubah menjadi sahabat bahkan bagai seperti adikku sendiri.

Setiap ada pertemuan di kotaku, kotanya atau kota mana pun di Lampung kami selalu kompak hadir bersama. Bahkan tak segan-segan kami menginap, masak, bertamasya, shopping bersama-sama di setiap akhir pekan.

*****

Kini tahun 2016, tiga belas tahun sudah aku, Anang, Lia, Sintia, Ana menjalin persahabatan. Cerita pun sudah berbeda Sintia telah pisah dengan suaminya karena di rebut pelakor, Ana pun sama sekitar 3 tahun lalu telah pisah dengan suaminya karena beda prinsip, dan Lia suaminya pun sudah mulai tergoda oleh seorang pemandu lagu dan pelacur di kota Bandar Lampung.

Sungguh tragis cerita rumah tangga sahabatku. Tahun ini sungguh 100 persen kepercayaanku kuberikan untuk ketiga sahabatku yang juga doneline bisnis suamiku itu. Mau ke mana pun, pagi, siang, sore, malam atau saling menginappun tak ada rasa curiga atau cemburu. Kuberikan seluruh kepercayaanku kepada mereka. Bagiku mereka hanya teman bisnis, mereka profesional dan mereka menghargaiku dan sudah seperti keluargaku.

Beberapa bulan kemudian, Ana memutuskan pindah ke Jawa karena ingin menjalankan bisnis di sana, Sintia pindah ke Jakarta karena ingin bekerja di perusahaan kembali. Ya hanya aku, Anang dan Lia kini yang masih menggeluti bisnis yang sama.

Karena letak desaku yang jauh dari kota aku jarang menemui suamiku, ternyata Lia dan Anang sering jalan bisnis bersama di belakangku. Ya sudahlah aku tetap percaya dengan mereka. Bagiku Lia sahabat dekat, agamanya pun bagus, bajunya pun sar’i kini jelas hatiku percaya kepadanya.

*****

Hari ini satu minggu sebelum lebaran tahun 2016, aku curiga kenapa Anang belum mengabariku, belum mengabari bagaimana lebaran tahun ini akan kami rayakan dan habiskan bersama, aku pun berencana membuat kejutan untuk menemuinya. Aku akan ajak dia shopping di Bandar Lampung untuk membelikan baju putraku dan gamis untukku, kebetulan aku belum membelinya.

Tiga jam perjalananku di dalam bus, dari Tulang Bawang ke Bandar Lampung. Sangat lelah sekali, minum segelas air putih atau es di kulkas homestay Anang mungkin akan membuatku lepas dahaga nanti saat selesai puasa hari ini.

Aku langkahkan kakiku perlahan-lahan menuju kamar suamiku, aku ketuk pintunya dan dia pun sangat kaget sekali dengan kedatanganku.

"Why...."

Dia berusaha menarikku keluar homestay, kenapa? kok mencurigakan? aku dorong Anang aku nekat masuk ke kamarku.

Betapa terkejutnya aku saat kudapati Lia yang ada di kamar suamiku. Dia tidak menggunakan gamis sar’i lagi, tapi dia menggunakan sebuah baju tidur yang cukup transparan. Beraninya mereka...

"Apa yang kalian perbuat di kamar ini? apa yang kalian lakukan di belakangku selama ini?"

Aku maki suamiku, aku maki Lia sahabatku, Anang meminta aku untuk tenang. Apanya yang tenang, apa yang kulihat? apa yang kudapati? apakah ini mimpi?

"Tega sekali kalian bermain api di belakangku, suamiku, sahabatku."

Lia suaminya selingkuh dengan wanita penggoda, tapi mereka tanpa berpikir panjang selingkuh di belakangku.

Aku seret Lia keluar dari homestay dan kamarku, aku usir dia, aku berantem sejadi-jadinya dengan suamiku. Dan aku pergi pulang kerumaku dengan tangis, dengan luka, dengan kesehatan mentalku yang lain. Bagaikan petir hari ini, apakah ini benar? apakah ini mimpi? otakku terus berputar dan berpikir. Sambil menenteng putraku, aku berusaha meredam emosi di dadaku.

*****

Beberapa hari kemudian,

Lebaran Idul Fitri 2016, aku putuskan untuk menyambangi rumah mantan sahabatku ini Lia di Bandar Jaya Lampung. Tak tampak batang hidungnya di rumah. Yang ada hanya orang tuanya yang sudah sangat akrab dan dekat, bahkan sudah aku anggap orang tua sendiri.

"Sinta, 2 hari sebelum lebaran, Lia sudah pergi dari rumah, dia bilang mau membawa anaknya bertemu Papanya dan ke rumah mertuanya di Bandar Lampung."

Ibu dan bapaknya syok dengan ceritaku, dengan kejadian yang aku lihat minggu lalu. Aku tak lama-lama berkunjung, aku putuskan untuk terus mencari Anang dan Lia. Aku lanjutkan pejalananku ke Bandar lampung, aku sambangi homestay ternyata suamiku sudah tidak di sana, teman-teman bilang sudah pamit pindah dua hari lalu.

Ke mana perginya mereka? mengapa di waktu yang bersamaan.

Aku beristirahat sejenak di homestay, aku minum aku duduk di ruang tamu, dan aku berpikir lagi ke mana mereka? oh iya, ruko Multi Level Marketing yang sebulan lalu baru di sewakan oleh perusahaan. Yang sempat aku tempati awal-awal dulu.

Aku lanjut ke sana, benar saja di sana ada tanda-tanda kehidupan. Aku melihat motor Anang suamiku. Aku tidak mau gegabah, sungguh emosiku di luar kendali. Aku bertanya dulu kepada warga sekitar. Aku tanya bapak RT setempat, kuceritakan apa yang kualami ini. Bersama bapak RT dan beberapa saksi kami pun melakukan penggerebekan.

Benar saja, di lantai 2 Ruko Multi Level Marketing yang dulu mau kami tempati kudapati Anang suamiku, dan Lia sahabatku masih bersama-sama di situ. Dan lagi-lagi Lia menggunakan pakaian yang sangat minim sekali.

Cukup sudah habis kesabaranku, aku ambil kursi yang berada di dekatku, aku ingin. bantingkan kursi itu kepada Lia Sahabatku tapi mereka mereraiku. Aku pukul Lia dan Anang menjadi-jadi, pak RT dan warga pun menarikku, dan memintaku untuk sabar.

"Diam, tak menjawab, tak berkutik dan pasrah kalian?"

Mereka benar-benar kejam, bejat, tega dan tak punya hati lagi. Mereka yang aku kenal alim, mereka yang aku kenal baik mengapa bagai setan yang telah merasuki. Memisahkan pasangan sah adalah hobi iblis , bagaimana iblis tidak bersorak sorai setelah pasangan sah secara agama rusak poranda?

Anang bilang padaku jika mau menikahi Lia menjadi maduku, aku tak menjawab sepatah kata pun. Karena aku tahu Lia masih istri sah Novi dan mereka belum bercerai secara agama dan hukum.

Apakah mereka tak pernah berpikir apa yang mereka lakukan ini menyakitiku, haruskah Anang tidur dan berkumpul bebas dengan sahabatku sendiri? aku pergi, aku tinggalkan tempat laknat dan manusia-manusia laknat itu.

***

Seminggu kemudian,

Hari ini hari ulang tahunku, di hari yang harusnya kami merayakan dan bahagia bersama-sama, sampai kado dan kue tart menumpuk di ruko kiriman dari teman-temanku. Aku datangi ruko itu kembali, ceritanya kali ini aku mau ambil barang-barang aku dan putraku di ruko, karena tetangga ruko pada mengadu, mainan putraku yang mahal-mahal di mainkan oleh anak-anak Lia, terus tetangga tidak suka melihat mereka kumpul kebo, Lia selalu menjemur bra sama underwear dia setiap hari di ruko, padahal yang mereka tahu, aku adalah istri sah Anang dan aku sangat baik sama tetangga.

Saat aku beres-beres barang-barang milikku sama putraku, pukul 23.00 malam, kondisi hujan petir, aku basah kuyup, aku beres-beres barang dibantu oleh karyawan Alfa di sebelahku, untuk sementara barang-barang aku titip di gudang Alfa. Aku berantem hebat di sana, aku dan putraku sudah terusir dari ruko itu tengah malam, jalan kaki sejauh hampir 3 kilo meter, di jalanan sangat sepi. Putraku dikasih minum oleh seorang satpam pengaman lapangan futsal/gedung olah raga Bandar Lampung.

Sebelumnya Lia mengejarku, mau membunuh aku, menabrakkan motornya ke arahku, tapi gamis sar’i terjerat di motor, Lia jatuh, tapi aku yang ditolong oleh Anang, bukan Lia, aku pukul Lia kembali saat ini, terus aku cium kening Anang seraya berpamitan, Anang menghapus air mata dari tangisku, terus kami berpisah.

Sebelum pergi, aku kecup kening Anang lagi untuk terakhir kalinya dan mengatakan, "Semoga kelak, di saat kamu sadar, semuanya belum terlambat dan Kamu segera sadar, bahwa Lia adalah iblis Pa"

Esok harinya, aku dibantu Ama Rina, kawan dan sahabatku dari gadis, yang dulu pernah 1 kos juga dimasa berjuang di Multi Level Marketing, esoknya aku dipinjami mobil mertua Rina, buat ambil barang-barangku, ternyata di sebelah parkir Alfa, ada mobilnya Anang, dia tidak keluar dari mobil, tapi mereka berdua mengintip dari dalam mobil, tanpa menegurku sama sekali.

Dengan hati menangis, berlinang air mata, aku pungut barang-barang anakku, masuk ke mobil mertua Rina, di teras depan rukoku dulu, kudapati baju kesayanganku dijadikan keset oleh Lia.

Aku pulang, aku depresi aku histeris, aku menangis sejadi-jadiku. Aku pingsan, aku tak sadarkan diriku. Dokter dan Kyai membantuku, bahkan beberapa hari aku di larikan ke pesantren oleh orang tuaku. Aku nyaris gila dan depresi. Mereka sungguh jahat kepadaku. Saat aku sadar aku terus beristigfar. Aku peluk anakku, aku peluk orang tuaku.

Aku dulu seorang kristiani karena menikah dengan Anang aku menjadi muslim dan mualaf. Aku belajar shalat, aku belajar ilmu Islam sedikit-sedikit, aku belajar membaca kitab Alquran walau hanya terjemahannya, aku temukan kedamaian di dalamnya, aku pun telah menutup auratku, walau belum sanggup untuk menggunakan pakaian sar’i. Apa pun yang terjadi kini tak akan mengguncangkan keimananku, Islam telah menjadi pilihan hidupku.

Setelah itu aku menghubungi Novi suami sah Lia, bukan bantuan yang aku dapati tapi Novi dan istrinya mau memeras aku, dengan alasan mau bantu menghancurkan Anang dan Lia, tapi mereka sering minta uang pulsa dan susu padaku.

Tapi hal ini ketahuan sama teman istri Novi terus dicegah, karena kasihan lihat aku diperdaya terus dan diperas oleh mereka. Padahal Novi dan istri sirinya itu orang diskotek, sama-sama orang rusak, jadi mereka manfaatkan aku, tapi dicegah Fatimah. Karena Fatimah tahu betul kelakuan bejat mereka berdua yang 1 lonte, yang 1 penggemar lonte, pecandu dan peminum.

Aku dengar Lia cepat-cepat ingin punya anak dari Anang, biar Anang bisa melupakan putraku. Lia masih sering ngechat dan teror aku ketika itu dengan membagi foto-foto mesra mereka ke Wa aku dan bilang ke aku,"Jangan Kamu ganggu Kami lagi ya!, Kami cukup bahagia dengan kehidupan Kami sekarang."

Begitulah katanya... Dan aku akhirnya putuskan memblokir WA mereka, karena suatu ketika putraku lihat foto mereka bertiga dengan anak bayinya ke WA aku, terbuka oleh putraku, terus putraku bilang,

"Mah...Ibu sama Dedek Bayi ini siapa? Kok sama Papa."

Seketika aku tidak bisa menahan air mataku lagi, aku bingung jawab pertanyaan putraku, oleh karena itu aku putuskan memblokir WA mereka berdua.

*****

Berbulan-bulan aku lalui bersama putraku, Anang tak pernah pulang ke rumahku lagi. Ada beberapa pesan darinya jika mereka telah menikah secara siri. Aku pun dapat info dari beberapa teman dan sahabatku jika mereka telah hidup bersama di rumah kontrakan di kota yang berbeda, dan Lia tengah hamil.

Dendamku, kecewaku, rasa sakitku. Entah sampai kapan aku gantung hubungan pernikahanku dengan Anang. Aku tak akan mengurus dan memedulikan lagi. Jika mereka berharap memperoleh restu dariku, itu hanya mimpi yang semu. Jika mereka menghalalkan segala keputusannya biarkan segala dosa atau pahala mereka yang menanggungnya.

Kini aku coba mengukir hidupku yang baru, aku jalani dengan putraku. Dia kini telah mulai sekolah Taman Kanak-kanak dan aku selain berdagang di rumah aku isi hariku untuk menjadi karyawan staf Desa di kampungku.

Berkeliling menjadi penyuluh kesehatan, kebersihan dan sosial lainnya. Bersama putraku akan aku jalani masa depanku ini, walau masih dengan status pernikahan yang menggantung, entah sampai kapan.

Tapi kami tidak dinafkahi sama sekali oleh Anang. Putraku telah dianggap anak yatim dikampung, sehingga sering dikasih bantuan. Tapi Anang gembar-gembor kalau memberi jatah putraku 5 juta per bulan lewat teman-temanku. Alhasil aku print buku tabunganku buat bukti, nyatanya hoax, biar teman-teman percaya karena lihat fakta yang sebenarnya oleh mata mereka sendiri. Jahatnya mereka yang telah tega menyakitiku dan putraku demi nafsu yang pasti kelak akan pudar suatu saat nanti.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)