Flash Fiction
Disukai
6
Dilihat
20,262
Bye-Bye Suami Miskinku
Drama

Kalian bisa panggil aku Jeng cantik. Ya aku memang sangat cantik, tubuhku putih, semok dan ayu. Aku tinggal di Jakarta, tepatnya di rumah kos yang kumuh dan bebas di kampung Melayu.

Takdirku tak sebaik parasku, aku menjadi seorang Marketing KTA di salah satu bank Swasta. Sedang Bang Togar kerja juga sama, tidak pernah memiliki pekerjaan tetap. Harta apa yang dia miliki, cuma sebuah sepeda motor butut Supra tua yang bentuknya sudah tidak jelas dan mati pajak. Ya Togar suami siriku.

“Pap sudah dapat duit? Sudah dapat kerjaan lagi belum?”

“Belum Mam.”

“Bagaimana mau dapat duit kalau tidur dan tidur lagi, rezeki keburu ke patok ayam.”

Satu tahun terakhir ini, aku memasang susuk. Ya aku nekat memasangnya untuk pelaris, agar setiap menawarkan produk-produk bankku ada saja yang tertarik.

Ups, benar kata abah Anom, jangankan laris produkku, bahkan seorang anggota DPR jatuh hati dan klepek-klepek melihatku. Bulan ini aku di belikan gelang, bahkan uang jatah bulanan telah di beri untukku dengan jumlah cukup besar. 

Aku sering di bawa oleh Bapak keluar kota, metting, Shopping dan menghabiskan malam atau siang bersamanya. Dosa aku sering berkata seperti itu, tapi satu sisi ini kesempatan, kapan lagi bisa menjadi istri pejabat. Sedang hidup dengan bang Togar telah 3 tahun masih saja sengsara dan menderita.

Tak berpikir lama, walau aku masih sayang dan cinta sama Togar, tapi aku harus bisa memperbaiki hidup dan masa depanku. Sore ini aku kemasi beberapa bajuku dari kos, tak berani pamit, aku kabur dari bang Togar hanya meninggalkan sepucuk surat saja. 

“Bang, jaga diri ya ada atau tak ada aku nanti.”

“Ngomong apa kamu? Melantur.”

Aku kecup kening bang Togar, ya malam ini terakhir aku melihat dan memeluknya.

Bye-bye bang Togar, maafkan aku yang harus pergi dengan cara ini. Karena kesempatan dalam hidup hanya ada 1 kali. Aku ingin hidup bahagia, hidup layak. 

Semoga kelak Tuhan, memberimu pengganti istri yang lebih baik dan tegar, dan semoga kau sukses di luar sana, aku akan selalu mendoakanmu. Maaf, maaf untuk kisah cinta kita ini. Abang boleh marah padaku, abang boleh kecewa karena aku pantas menerimanya. 

Jakarta disini semua bisa berubah, apa yang kita cita-citakan saat pindah dari kampung dulu, kini hanya menjadi sebuah kenangan indah. Hidup tidak semanis mimpi, dan kini logikaku yang mengendalikan itu apa yang kita sebut cinta. Hidup tidak perlu sekedar cinta, tapi perlu harta dan legalitas pasti.

(Kisah Fiksi Romantis)

Karya Silvi Budiyanti

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)