Flash
Disukai
0
Dilihat
5,272
PERAHU KERTAS
Drama

“Ma, lihat deh, kakak itu bawa perahu kertasnya banyak banget!”bseru seorang anak kecil dengan telunjuk yang mengarah padaku.

Hush! Adek, nggak boleh tunjuk orang sembarangan begitu,” tegur ibunya, sembari menarik anaknya menjauhiku.

Aku yang sejak tadi melirik interaksi mereka, sontak hanya tersenyum getir dengan kaki yang terus melangkah menuju bibir pantai, serta mata yang membengkak menyiratkan secercah harapan.

Di tengah hangatnya senja, aku justru merasa kulitku dingin penuh kerinduan, dan rindu yang kurasakan semakin beradu, kala suara ombak serta angin mulai ikut menghampiriku dengan mulus, tanpa dosa.

“Pembohong kamu mas Hendra! Kenapa kau bohongi aku! Kamu bilang, kamu akan balik, Mas. Mana, kau justru meninggalkan aku selamanya!”

Perlahan air mata yang kutahan, mulai membasahi pipiku seiring dengan satu persatu perahu yang kuhanyutkan di salah satu bibir pantai pulau Dewata, Bali.

~~~~

Bali, 01 Desember 2024

“Dek, Mas punya kabar bahagia untuk kamu loh?” ucap seorang pria, sembari mengelus manja pipiku.

“Apa itu, Mas? Sepertinya kamu sangat senang dengan hal itu,” timpalku dengan seutas senyuman indah untuknya.

“Jadi, kabar bahagianya adalah, Mas dipindahkan tugas di pulau Bali. Dan kita, tidak perlu LDR lagi, dek. Selain itu, Mas juga bisa membantu kamu mempersiapkan pernikahan kita.”

Are you kidding me, Hendra Christian?”

No, aku serius, Dek. Really, trust me.”

Sejenak, aku terdiam dengan mata yang memandang netranya, mencari sedikit kebohongan yang bisa saja ini adalah keisengan yang ia buat. Namun salah, pria di depanku ini terlihat sangat serius kali ini.

“Kamu tidak percaya sama Mas?”

Sontak, aku pun menggeleng kepalaku, lalu memeluk tubuhnya dengan erat. Menyalurkan setiap perasaan bahagiaku pada pria yang telah menemaniku selama dua belas tahun, dan akan menjadi suamiku di masa depan.

~~~~

Sejak saat itu, hari – hariku terasa lebih berwarna, serasa hangat. Bahkan, aku bersama Mas Hendra pun mulai menghabiskan waktu untuk fokus dengan pernikahan kami, dan sesekali menyaksikan indahnya matahari yang menyingsing pergi seperti sore ini.

“Mas, kamu lagi bikin apa, kok sibuk bener tangannya?” tanyaku yang sedikit penasaran melihat aktivitas pria di sampingku.

“Sabar, nanti akan Mas tunjukkan kalau sudah selesai.”

Mendengar jawaban seperti itu, aku pun melanjutkan aktivitasku, dengan ponsel yang ada di genggamanku

Taraaa!! Sudah jadi, Dek!” serunya, sembari menunjukkan sebuah lipatan kertas berbentuk perahu.

Aku yang bingung apa maksudnya membuat itu pun berkata, “Mas, kamu buat perahu kertas?”

“Iya, dan kamu tahu perahu kertas buatanku ini tidak sembarang! Kau tahu, perahu kertasku ini, bisa memberitahukan Mas kalau sewaktu – waktu kamu rindu sama Mas.”

“Mas Hendra?”

Menyadari perubahan suaraku yang sedikit rendah, Mas Hendra pun memeluk tubuhku dengan sekuat tenaga, seolah aku dan ia tak ‘kan pernah ketemu lagi. Seolah, hari ini adalah hari terakhir kami.

“Dek, Mas minta maaf hari meninggalkanmu lagi sebentar, karena kau tahu Mas tadi dapat kabar. Kalau besok, Mas akan ikut bergabung dalam tim pembebasan sandera.”

Sontak, badanku bergetar tak karuan, airmataku kini mulai mengalir dengan deras membasahi pipi. Bahkan, aku pun mengeratkan pelukanku, berharap waktu dapat berhenti berjalan.

“Dek, Mas minta maaf. Mas justru hanya membuatmu menderita, dengan menunggu mas balik, dan harus meninggalkanmu. Tapi, Mas janji, Mas tidak akan lama di sana. Mas akan pulang, dan segera menikahimu begitu tugas Mas selesai,” lirih Mas Hendra, sembari mengecup pelan pipiku..

“Mas janji, kalau Mas akan kembali!”

Ia pun mengangguk, dengan terus memelukku dengan erat.

~~~~

Hari demi hari berlalu, sejak kepergian Mas Hendra aku tidak pernah mendapatkan kabar tentang dia. Hingga hari itu pun tiba, hari dimana Hendra beserta rombongan tugas akan kembali setelah melaksanakan tugas yang diberikan.

Pagi itu, aku beserta keluarga besar Hendra sudah menanti kepulangan mereka di Pelabuhan Khusus tentara. Bahkan, aku yang sudah tak sabar pun sengaja berias secantik mungkin, hanya untuk menyambutnya pulang.

Namun, semuanya terasa mendung ketika satu persatu pria berseragam keluar dengan kepala yang tertunduk. Bahkan, ada tiga peti jenazah yang ikut dibopong oleh para prajurit itu.

Kini, kekhawatiranku semakin menggila, kala salah seorang pria berseragam mulai berjalan kearah keluarga Mas Hendra.

“Kami dari rekan tugas saudara SERDA. Hendra Christian mengucapkan turut berdukacita atas kematian beliau. Dan menurut kesaksian para saksi, mereka menyampaikan bahwa, kematian beliau diakibatkan karena adanya perlawanan yang dilakukan oleh para pembajak, sehingga beliau terkena tembakan di jantungnya,” jelas seorang pria tua berseragam lengkap.

Mendengar itu, hatiku hancur berkeping-keping. Bagaimana, bagaimana bisa dia tega membohongi aku.

“Hendra! Kamu bohong! Kamu bilang akan kembali menikahiku, tapi apa? Kau justru meninggalkan aku selamanya, Hendra. Bangun kamu, Mas!” raungku memecah keheningan yang tercipta untukmu karena gugurnya pria yang sangat aku sayangi.

Bahkan aku sudah tidak tahu lagi, bagaimana aku akan melanjutkan hidupku tanpanya. Jujur, seketika yang kurasakan hanyalah hancur, dan kosong. Bahkan aku tidak tahu, bagaimana caraku melanjutkan hidup tanpanya.

~~~~

Kini, tiga bulan berlalu kepergian Mas Hendra untuk selamanya. Andai, hari itu ia tak pergi. Andai, aku bisa menahannya agar tidak mengambil tugas tersebut. Mungkin, saat ini kita sedang menikmati bulan madu di tepi pantai seperti saat ini.

Namun sayang, kini hanya tersisa aku, bersama kenangan yang ia tinggalkan.

“Mas, aku rindu sama kamu!” gumamku, dengan tangan yang melepaskan sebuah perahu kertas, beserta airmata yang mengalir.

~~ THE END~~

 

 

 

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)