Masukan nama pengguna
"Pengen bangat, gua pake gaun pengantin itu" guman Sesi, gadis egois menahan hasrat berdiri di depan butik. Sesi masa bodohnya di perhatikan orang lewat di belakangnya, sikapnya aneh menciumi kaca etalase butik.
"Loe gimana mau dapat'in cowok. Loe aja sama lelaki dingin, terus sikap loe egois bangat" sindir Idris, lelaki berkaca tebal berambut gondrong. Sesi cuek terduduk perhatikan majalah fashion, ada gambar foto pengantin. "Udeh, loe tuh jangan sok ngatur. Pikirin aja kaca mata tebal loe, Dris!" beranjak bangun Sesi lempar majalah kearah wajah Idris terkena kaca mata terjatuh. Idris cuman duduk tersenyum, kayaknya Idris jatuh hati sama Sesi. Maklum mereka anak kost, hidupnya ngepas-pas'an.
Tersenyum sumringah dalam bayangan penglihatan Sesi, melihat dirinya mengenakan gaun pengantin putih anggun sekali. Makin tersenyum sendiri, lagak orgil Sesi makin menghayati ngerasa bayangan itu benar dirinya. Pudar yang di bayang'in Sesi, saat muncul berdiri Idris di hadapannya. "Ganggu aja loe, Dris!" kesal Sesi dorong Idris tersungkur di lantai nonggeng. "Pasti loe lagi ngebayangin jadi pengantin. Lama-lama loe halu, Ses" sindir Idris merangkak lalu duduk dekati Sesi terdiam perhatikan wajah Idris, kayak mau nembak.
"Ses. Gua, gua?" terpotong belum sempat lanjut bicara masuk Kokom, pemilik kost cerewet. "Idris...!" teriak Kokom sampai lensa kaca mata Idris retak. "Trak, trak" suara lensa kaca mata retak. Sontak Idris beranjak bangun ketakutan di tagih janji kapan mau bayar tunggakan kost. Sesi cuman terduduk melirik majalah fashion, lembarannya terbuka sendiri terlihat pasangan pengantin, lagi-lagi Sesi ngebayangin dirinya jadi pengantin dengan Idris. "Ngak mungkin!" cepat beranjak bangun Sesi. "Ngak mungkin apa? Ya mungkinlah, loe juga'kan udah nunggak 1 bulan belum bayar juga, Ses!" Kokom akan dekati Sesi sontak berlari cepat. "Sesi...! Loe sama aja kayak Idris...Sama-sama tukang nunggak..."teriak Kokom sampai perabotan rumah bergetar.
Sesi dan Idris sama-sama tutup pintu, mereka berdua naik keatas dipan kecil, sama-sama ngebayangin jadi pengantin. Tersenyum Sesi dan Idris dalam bayangan mereka jadi pengantin, sampai lupa malam telah datang membawa mereka bedua larut dalam tidur dalam keheningan.
"Apa karena gua terlalu egois dan pemilih? Gua ngak jelek-jelek bangat" guman Sesi berdiri di depan cermin senyum kayak orgil. Sinar mentari masuk celah dari tirai terbuka, tersenyum Sesi melirik jendela sudah datangnya siang. "Gua janji deh, mulai hari ini gua akan terbuka untuk lelaki siapapun. Tapi asal jangan Idris. Jijik gua kaca matanya and rambut gondrongnya" kemudian Sesi keluar dari dalam kamar dan tutup pintu.
Langkah Sesi terhenti melirik pintu kost Idris terbuka sedikit. "Padahal gua cinta bangat sama Sesi. Huh gara-gara ini! Sesi ngak mau sama gua!" gerutu kesal Idris lempar kaca mata dan wig keatas meja. "Ternyata Idris guanteng juga" sumringah wajah Sesi mengintip Idris ternyata diam-diam cuman nyamar.
Tanpa di sadari Sesi masih ngintip Idris. "Loe ngapain, Ses?" tangan Kokom cengkram tangan kiri Sesi ketakutan. "Dris nih" terduduk Sesi di atas dipan terdorong Kokom. "Loe?" tunjuk Sesi berdiri hadapan Idris. "Gua sama Kokom kakak beradik, gua pura-pura begini, karena gua cinta loe" Idris tatap wajah Sesi sumringah. "Malas'kan ngebayangin jadi pengantin terus, apalagi halu. Udeh loe lamar secepatnya Sesi, Dris" ledek Kokom kegirangan.