Masukan nama pengguna
Firman, Dokter Muda berwajah tampan, kesetiaannya harus di pertaruhkan karena ketidak sukaan Ayah & Ibunya dengan gadis pilihannya.
"Aku hanya gadis cacat, yang nanti bakalan menyusahkan kamu, Fir. Dan semestinya aku pergi menjauh darimu" tergurat sedih serasa putus asa wajah Sabrina, gadis cacat duduk di kursi roda. Firman hanya berdiri terdiam perhatikan kedua tangan Sabrina menggerakan ban kursi roda berjalan meninggalkan dirinya. Langit seakan ikut bersedih, dengan menurunkan rintik hujannya dan membuat seragam putih Dokter, yang di kenakan Firman sedikit basah.
"Kamu itu Dokter, seharusnya carilah pasangan yang juga selevel dengan kamu, Firman" memaksa Rosa, Ibunya Firman. Firman sedikit tersenyum hanya terduduk acuh. "Ayah juga sependapat dengan Ibumu, Fir" Harjo menimpali beranjak bangun berdiri di hadapan Firman. "Aku sudah punya pilihan" sahut tegas Firman beranjak bangun berjalan keluar meninggalkan Rosa dan Harjo di ruangan tengah rumah yang cukup mewah.
"Aku hanya gadis cacat, yang pastinya nanti akan menyusahkan Firman" lirih sedih kesal Sabrina menggeser buku kedokterannya tergeletak diatas meja. Kedua matanya berbinar merona merah, tetesan air mata mulai basahi pipi cantiknya. "Siapa bilang kamu akan menyusahkanku, Sab. Aku tulus mencintaimu, Sabrina" ungkap Firman duduk berdeku di samping kursi roda, kedua tangannya mengarahkan kotak berisi cincin.
"Aku mau kamu jadi istriku, mau'kah kamu menikah denganku, Sabrina?" berharap tulus dari raut wajah Firman tatap wajah sedih Sabrina. "Tapi?" jawab ragu Sabrina perhatikan kotak berisi cincin masih di pegang dua tangan Firman.
"Tidak ada kata tapi, Sab. Aku tahu kamu masih ragu, karena aku masih merahasiakan cinta ini pada Ayah dan Ibuku. Tapi aku yakin Sab, ketulusan cintaku akan melunakan hati mereka" penuh keyakinan Firman tersenyum menatap wajahnya Sabrina tersenyum menundukan kepalanya.
"Jadi ini calon istrimu itu, Firman! Dan gadis cacat ini, yang selama ini kamu rahasiakan dari Ibu?!" tuding kesal Rosa tepak kotak cincin terjatuh. Harjo melirik buku kedokteran milik Sabrina tergeletak diatas meja.
"Jijik Ibu dengan gadis pilihanmu itu, Fir! Pastinya dia akan bikin malu Ibu dan tentunya akan bikin susah kamu!" makin emosi Rosa di tenangkan Harjo mengelus pundaknya.
"Bu, aku tahu Ibu tidak suka dengan keadaan Sabrina. Maaf'kanku Bu, Yah sudah merahasiakan cintaku ini. Walau fisik Sabrina tidak sempurna, hati Sabrina begitu mulia. Dirinya bercita-cita ingin sekali mengabdikan pada dunia kedokteran. Bila nanti Sabrina lulus dan sudah jadi Dokter, aku dan dia ingin sekali buka klinik gratis untuk membantu orang yang tidak mampu" sedih bergetar kedua tangan Firman menarik handle kursi roda yang akan di tariknya keluar.
"Fir"panggil pelan Rosa mengambil kotak cincin di lantai sambil melirik Sabrina terduduk sedih di atas kursi rosa. "Aku pasrah Firman, jika Ayah dan Ibummu tidak menyukaiku. Karena aku hanya gadis cacat" sahut sedih Sabrina pasrah.
"Firman kamu tetap boleh melanjutkan hubunganmu dengan Sabrina. Ibu jadi sadar dengan ketulusan dan cita-cita muliamu dan Sabrina. Firman nikahi Sabrina dengan segala kekurangan dan kelebihannya" harunya Rosa sematkan cincin di jari manis Sabrina terharu sedih.
Harjo tersenyum berdiri di samping Firman ikut tersenyum bahagia melihat Rosa memeluk erat Sabrina.