Masukan nama pengguna
“Meow, meoww!!”
Maya tadinya ingin tidur lebih lama, tapi panggilan manja dari kucing kesayangannya membuatnya terbangun dan tak lagi bisa memejamkan matanya lebih lama lagi.
“Meow, meoww!!”
Hewan berbulu putih seputih salju yang menggemaskan dengan warna mata biru yang berkilau, mendekat ke arah Maya dan duduk di samping wajah Maya. Satu kaki depannya terangkat dan menepuk-nepuk wajah Maya dengan lembut.
“Meow, meoww!!”
Maya tersenyum mendengar panggilan manja itu. “Ya, ya, Minaku tersayang. Aku bangun!” Maya bangun dari tidurnya dan langsung membawa hewan berbulu putih itu ke dalam pangkuannya. Jam berapa ini?? Maya mengambil ponselnya dan memeriksa jam di layarnya. Ahh, jam 6 pagi. Maya membelai lembut kepala kucing kesayangannya. “Pantas saja Mayaku tersayang sudah merengek di sini. Kamu pasti sudah lapar kan??”
“Meow, meoww!!”
Masih dengan menggendong kucing putihnya, Maya bangkit dari ranjangnya, berjalan menuju ke arah dapurnya dan langsung menuangkan makanan Mina ke mangkuk makan Mina.
“Makan yang banyak Minaku tersayang.” Maya menurunkan Mina dan membiarkan kucing putihnya yang sudah kelaparan, makan dengan lahap. Maya menatap Mina sebentar sembari merasa gemas dengan kucing putih salju yang sudah menjadi hewan peliharaannya selama dua tahun terakhir. Maya mengelus kepala Mina lagi beberapa kali sebelum akhirnya beralih ke mangkuk minum Mina dan mengganti air minum Mina dengan air yang baru.
“Ahhh pagi ini, aku akan sarapan apa??” Setelah selesai mengerjakan tugas kecilnya kepada Mina sebagai tuannya, Maya membuka kulkas dan memeriksa isi kulkasnya. Maya menatap kulkasnya yang kini setengah kosong. Matanya menatap seluruh isi kulkas sembari memikirkan sarapan apa yang akan dimakannya hari ini, tapi sama seperti hari-hari sebelumnya pilihan Maya jatuh pada roti. “Ini saja!”
Setelah mengeluarkan roti dari dalam kulkasnya, Maya berjalan ke arah ruang tengah apartemennya dan melakukan peregangan kecil.
Satu, dua, tiga. Setelah beberapa kali melakukan peregangan kecil pada tubuhnya, Maya mengambil tali rambut kecil di meja ruang tengah, mengikat rambutnya, menyalakan tv-nya dan menyalakan mesin olahraga.
Berita hari ini: dua bulan setelah WHO mengeluarkan peringatan terkait virus corona, sejumlah negara kini mulai memberlakukan sistem isolasi demi mengurangi penyebaran corona.
“Ahhh, corona lagi.” Sembari berlari di atas mesin olahraganya, Maya mengeluh mendengar berita yang sama setiap harinya. “Ini sudah dua bulan dan belum ada perkembangan tentang vaksinnya?? Sampai kapan aku harus berdiam diri di rumah dan mengisolasi diri seperti ini??”
Dari penyelidikan awal diketahui bahwa virus corona ditemukan di kota Wuhan, Cina tepatnya di kawasan pasar hewan dan makanan laut. Dari penyelidikan tersebut diduga pembawa virus corona ini berasal dari hewan di pasar yang kemudian dimasak menjadi makanan dan dimakan oleh pedagang.
“Meow, meoww!!”
Maya yang masih terus berlari di atas mesin olahraganya, melirik ke arah kucingnya yang kini sedang membersihkan mulutnya di samping mesin olahraganya. Maya tersenyum melihat tingkah menggemaskan dari kucingnya. “Minaku tersayang, apa kamu sudah kenyang??”
“Meow, meoww!!”
Sudah jadi kebiasaan bagi Mina untuk menemani Maya ketika Maya sedang berada di rumah. Kalau bukan karena corona dan isolasi yang sedang diberlakukan, mungkin Maya akan jarang tinggal di rumah karena pekerjaannya sebagai pramugari.
Nyam, nyam! Setelah jogingnya selama tiga puluh menit, Maya memanggang roti dan memasak telur mata sapi. Setelah itu Maya sarapan dengan ditemani oleh Mina dan suara tv-nya. Jam 7 pagi, Maya membersihkan apartemennya dari mengganti seprai, sarung bantal dan mencuci semua pakaian kotornya. Maya juga mengumpulkan semua sampah yang menumpuk di dalam apartemennya karena tepat jam 8 pagi, akan ada orang yang datang untuk mengantarkan bahan makanan dan mengambil tumpukan sampah.
Ting tong!!
Tepat pukul 8 pagi, orang yang bekerja sebagai relawan pemerintahan datang dengan membawa bahan makanan dan mengambil sampah yang menumpuk di depan apartemen.
“Terima kasih banyak.” Dari balik pintu apartemennya, Maya mengucapkan rasa terima kasihnya kepada relawan yang datang.
“Sama-sama, Mbak.”
“Mas, apa saya bisa minta tolong?” Maya mencoba bertanya mengingat stok makanan Mina sudah menipis.
“Kalo bisa saya bantu, saya akan bantu, Mbak.”
“Bisa tolong bawa makanan kucing saat datang lagi minggu depan, Mas?” tanya Maya.
“Bisa, Mbak. Makanan kucingnya yang kering atau basah, Mbak?” balas relawan dari balik apartemen Maya.
“Makanan kering, terima kasih.”
“Sama-sama.”
Setelah relawan pergi, Maya memasang maskernya dan membuka pintu apartemennya untuk mengambil persediaan bahan makanannya untuk minggu depan kemudian.
“Meow, meoww!”
Mina duduk manis di samping Maya yang sedang membongkar bahan makanan yang dikirim pemerintah selama isolasi diberlakukan.
“Tenang saja, Mina. Minggu depan stok makananmu akan diantarkan kemari.” Maya membelai lembut kucing putihnya itu. Dalam benaknya, Maya merasa sedikit berterima kasih kepada Mina yang ada bersamanya dalam apartemen kecilnya ini.
Berita hari ini: jumlah pasien corona terus mengalami peningkatan setiap harinya. Dihimbau kepada setiap warga untuk tidak keluar dari rumah jika kondisi tubuh dalam keadaan tidak baik. Terus menggunakan masker saat berada di luar rumah.
“Aahhh!! Aku bosan setengah mati!!” Maya mengeluh karena sudah dua bulan ini terus berada dalam apartemennya. Maya meliri8k ke arah rak buku yang dulunya penuh dengan koleksi buku yang tak sempat dibacanya kini penuh dengan buku yang sudah selesai dibacanya. “Ahhh!! Apa yang harus aku lakukan besok??”
Berita berikutnya: dari hasil penyelidikan para ilmuwan terkait corona yang terus menyebar, berikut adalah dugaan penyebaran corona yang sangat cepat. Pertama: transmisi cairan seperti batuk, bersin, ludah dan bicara. Kedua: transmisi udara. Ketiga: kontak langsung dengan kulit penderita atau selaput lendir penderita. Keempat: hewan yang tertular corona.
“Guk, guk!!”
Suara gonggongan anjing yang keras membuat malam Maya yang tenang menjadi sedikit terganggu. Maya ingat penghunbi apartemen di sebelahnya memelihara anjing kecil jenis chihuahua.
“Meow, meoww!”
Gonggongan yang keras itu rupanya membuat Mina yang tidur di samping Maya terbangun dan langsung berlari menuju ke arah balkon.
“Mina!!” Maya bergegas mengejar kucing peliharaannya ke arah balkon dan menemukan bayangan seseorang di samping balkonnya. Sreettt! Maya membuka tirai apartemennya untuk melihat jelas bayangan itu dan betapa kagetnya Maya menemukan penghuni sebelah apartemennya kini bersiap untuk melempar anjing peliharaannya dari balkon lantai 10. Dengan cepat, Maya memasang masker yang disimpannya di saku pakaiannya dan membuka sedikit pintu balkonnya. “Hei, Mas Ardi!!! Apa yang mau kamu lakukan??”
“Malam, Mbak Maya!!!” sapa penghuni kamar sebelah.
“Turunkan dulu anjingmu itu!! Kita bicara dulu!!” Maya berusaha untuk membujuk penghuni kamar sebelahnya.
Ardi menggelengkan kepalanya dengan wajahnya yang basah karena keringat. “Nggak, Mbak!! Apa Mbak sudah lihat berita hari ini??”
“Berita?? Berita yang mana??” Maya berjalan keluar dari apartemennya untuk mendekat ke arah balkon tetangganya.
“Keadaanku tiba-tiba nggak enak. Badanku panas dan aku terus berkeringat dingin.”
Mendengar ucapan tetangganya, Maya yang tadinya berusaha mendekat kembali ke batas apartemen dan balkonnya. Maya bahkan menghalangi Mina-kucingnya dengan kakinya agar tidak keluar dari apartemen ke balkon.
“Mu-mungkin aja Mas cuma masuk angin.” Meski merasa takut, Maya masih berusaha untuk membujuk niat tetangganya itu.
“Nggak, Mbak. Aku sakit. Aku tertular penyakit mengerikan itu dan semua karena anjing ini.”
“Kenapa dengan anjingmu itu, Mas?” Maya masih berusaha untuk menelaah keadaan sembari mencari jalan keluar untuk menyelamatkan anjing yang kini berada di ambang kematiannya.
“Minggu lalu, anjingku ini keluar saat aku membuka pintu untuk mengambil bahan makanan dan semenjak itu, aku terus batuk, sesak napas dan demam. Jadi sebelum aku mati, aku ingin membuat hewan terkutuk ini mati lebih dulu!!”
“Guk, Guk!!”
“Meow, meoow!”
Maya bergidik ngeri mendengar ucapan tetangganya itu, tapi sekali lagi Maya masih berusaha untuk menyelamatkan anjing itu karena melihat keadaan anjing itu yang masih dalam keadaan baik-baik saja. “Mungkin kamu sakit karena alasan lain, Mas! Bukannya anjingmu sekarang masih baik-baik saja, Mas??”
“Nggak, Mbak!! Ini semua salah anjing ini!! Harusnya aku nggak memeliharanya sejak awal!!”
Ardi-tetangga Maya itu dengan tiba-tiba melepaskan tangannya yang menggenggam anjingnya di atas ketinggian 10 lantai.
“Guk, guk!!”
Suara nyaring teriakan anjing kecil yang percaya pada Ardi itu menggema di kegelapan malam sebelum akhirnya suara itu menghilang dan berganti suara benturan antara tubuh anjing itu dengan permukaan tanah di bawahnya.
“Gila kamu!!!”
Merasa ngeri dengan kematian yang baru saja dilihatnya, Maya langsung menutup rapat pintu balkonnya dan tirainya. Maya menggendong Mina dan memeluknya dengan erat menuju ke tempat tidurnya.
“Teganya dia melakukan itu pada hewan peliharaannya!!” Maya menangis memeluk Mina sembari teringat kenangan kecil pertemuannya dengan tetangganya-Ardi bersama dengan anjingnya sebelum wabah corona dan isolasi.
“Meow, meoww!!”
Maya memeluk erat Mina. “Minaku tersayang, aku pasti nggak akan ngelakuin itu ke kamu.”
*
Ting tong!!
“Mbak ini saya bawakan makanan kucing seperti permintaan Mbak.”
Dari balik pintu apartemennya, Maya mendengar teriakan relawan yang datang membawakan bahan makanan dan pesanan makanan untuk Mina-kucing kesayangan Maya. Meski tidak membuka pintu apartemennya karena larangan, Maya memasang maskernya sebelum bicara. “Terima kasih, Mas. Tolong taruh disitu saja, nanti saya ambil.”
“Ya, Mbak.”
Maya mendengar langkah kaki dari para relawan yang hendak pergi, tapi Maya teringat akan kejadian tetangganya minggu lalu. Jadi Maya spontan berteriak kepada relawan yang masih berada di dekat apartemennya. “Tunggu, Mas!!!”
“Ya, Mbak. Ada lagi yang dibutuhkan?”
“Bukan, Mas. I-itu tetanggaku di sebelah kananku, apa dia menjawab panggilan dari relawan?” tanya Maya.
“Tunggu sebentar, Mbak. Biar saya tanyakan pada rekan saya, Mbak.”
Dari balik pintu apartemennya, Maya berharap tetangganya-Ardi yang minggu lalu membunuh anjingnya dengan cara melemparkannya dari balkon tetap dalam keadaan baik-baik saja.
Kenapa lama sekali?? Dari balik pintunya, Maya menunggu balasan dari relawan yang diajaknya bicara. Tapi yang terdengar setelah menunggu beberapa saat bukanlah balasan yang diharapkan oleh Maya. Bruuaaakk!!
"Gawat!!! Cepat panggilan pasukan khusus dari rumah sakit!!”
“Yang lainnya cepat panggilan penjaga apartemen untuk mengisolasi apartemen ini!!”
Deg! Jantung Maya berdetak kencang begitu mendengar percakapan itu dari balik pintu apartemennya. Apa mungkin Ardi bener-bener tewas karena penyakit itu??
“Mbak!” Relawan yang tadi bicara dengan Maya akhirnya membalas pertanyaan Maya.
“Ya, Mas.” Maya menjawab dengan gugup.
“Kapan terakhir kali Mbak melihat tetangga Mbak ini?” tanya relawan lagi.
“Mi-minggu lalu dari jendela. Minggu lalu dia berdiri di balkon dan membunuh anjing peliharaannya dengan melemparkannya dari balkon.”
“Apa Mbak melakukan kontak dengan tetangga, Mbak??”
Deg! Jantung Maya berdetak semakin kencang. Maya takut jika dirinya dianggap tertular padahal Maya hanya membuka sedikit pintu balkonnya saat itu. “Nggak, Mas. Apa ada sesuatu yang terjadi pada Ardi, Mas??”
“Tetangga Mbak ditemukan tewas. Dilihat dari mayatnya, mungkin sudah meninggal kemarin.”
Deg! Jantung Maya berdetak semakin kencang karena perasaan takutnya yang benar-benar menjadi kenyataan. Gawat!! Gimana kalo nanti aku juga tertular dan mati juga?? Aku belum menikah dan belum melakukan apapun yang aku inginkan??
“Mbakk??” Relawan memanggil Maya lagi.
“Y-ya, Mas.” Maya gugup sekali.
“Nanti akan ada pihak dari rumah sakit pemerintahan yang akan mengisolasi apartemen sebelah. Mereka mungkin juga akan melakukan pengecekan pada beberapa tetangga di dekat sini termasuk Mbak.”
“Y-ya, Mas.”
“Tenang saja, Mbak. Itu hanya formalitas saja untuk memastikan jika Mbak baik-baik saja.”
“Ya, Mas.” Meski mulut Maya bilang ‘ya’, tapi nyatanya Maya takut setengah mati. Hingga beberapa jam kemudian pihak kesehatan dari rumah sakit pemerintahan datang untuk mengecek kondisi Maya.
“Apa aku juga tertular, Bu?” tanya Maya gugup, cemas dan takut.
“Hari ini tidak ada tanda-tanda apapun, Mbak. Tapi kami akan memantau keadaan Mbak selama dua minggu ke depan. Nanti setiap tiga hari kami akan memeriksa keadaan Mbak, kalo Mbak ada keluhan apapun tolong cepat bilang yah, Mbak.”
“Ya, Bu Dokter.”
Malam harinya ketika jam menunjukkan pukul 10 malam, Maya yang biasanya sudah jatuh terlelap kini hanya berguling-guling di atas tempat tidurnya. Ingatan Maya terus menerus memutar ingatan sewaktu melihat Ardi melemparkan anjingnya dari balkon.
“Sial!!!” umpat Maya.
“Meow, meoww!!” Mina yang tidur di samping Maya mendengar umpatan Maya dan seolah merasakan kegelisahan Maya.
Srek, srekk. Maya mengelus lembut kepala kucing putihnya sembari berusaha memasang senyuman di wajahnya. “Minaku tersayang, maaf yah. Aku pasti buat kamu nggak bisa tidur.”
“Meow, meoww!!” Mina menggeliat merasa senang dengan sentuhan Maya di kepalanya.
“Kejadian waktu itu benar-benar sulit aku lupakan!!”
“Minggu lalu, anjingku ini keluar saat aku membuka pintu untuk mengambil bahan makanan dan semenjak itu, aku terus batuk, sesak napas dan demam.”
Maya menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir ingatan buruk yang terus mengganggunya. “Minaku tersayang, kamu nggak akan pernah ninggalin aku kan??”
“Meow, meoww!!”
Maya terus membelai lembut kepala Mina hingga akhirnya jatuh tertidur.
Keesokan paginya.
“Meow, meoww!!!”
Maya terbangun di pagi hari seperti biasanya dan mengira Mina-kucing putih saljunya membangunkannya seperti biasa. Tapi saat Maya membuka kedua matanya, Maya tidak menemukan Mina di dekatnya maupun di kamarnya.
“Mina!!” Maya mencoba memanggil kucingnya.
“Meow, meoww!!”
Maya mendengar sahutan dari kucingnya dan menemukan pintu balkon yang harusnya tertutup kini terbuka. Apa aku lupa mengunci pintunya kemarin? Pikiran itu untuk sesaat muncul dalam benak Maya. Tapi Maya tidak ambil pusing ketika mendapati Mina sudah berada di balkon apartemennya.
“Mina!!!”
Maya bergegas berlari menuju ke balkon apartemennya dan ...
“Meoww, meowww!!”
Maya menemukan pemandangan yang mengerikan di samping apartemennya. Laras-tetangga sebelahnya sedang melakukan hal yang sama dengan tetangganya-Ardi. Laras membawa kucing peliharaannya ke balkon dan berniat untuk melempar kucing peliharaannya yang berjenis kucing Mesir.
Maya mengambil Mina dalam gendongannya dan langsung memasukkan Mina ke dalam apartemennya. Maya menggunakan tirai pintu apartemennya sebagai pengganti masker dan mencoba bicara dengan Laras-tetangganya.
“Ras!! Laras!!! Apa yang mau kamu lakukan dengan kucing kesayanganmu itu??”
Laras menatap Maya dengan wajah penuh air mata. “Apa kamu nggak lihat berita, May?? Hewan itu pembawa virus ini!! Sudah dua hari ini, aku nggak enak badan dan mungkin ini semua karena kucingku ini!!”
“Ya memang benar hewan mungkin jadi salah satu penyebar virus ini, tapi kan peliharaanmu nggak keluar sama sekali dalam apartemenmu, Ras?? Lepaskan kucing itu, Ras!! Kalau kamu sakit kamu bisa lapor dan pemerintah pasti akan melakukan segala cara untuk menyelamatkanmu!!!” Maya berusaha untuk membujuk Laras.
“Nggak!!” Laras menggelengkan kepalanya. “Sekali kita terkena virus ini, kita nggak akan pernah bisa selamat!! Virus ini nggak ada obatnya, nggak ada vaksinnya!! Kita pasti akan mati!!”
“Meoww, meowww!!” Suara mengeong dari kucing Laras dan Mina bercampur menjadi satu seolah dua kucing itu sedang bicara satu sama lain tentang bahaya yang mereka hadapi.
Maya melihat Mina dan membayangkan Mina berada di posisi yang sama dengan kucing milik Laras. Nggak!! Aku nggak lakuin hal itu ke Mina!! Mina temanku!! Dia yang selama ini terus menjagaku dan menemaniku!!
“Ras!! Tolong turunkan kucingmu itu!!” Maya sekali lagi berusaha untuk membujuk Laras-tetangganya.
“Maaf, May!! Aku nggak bisa!! Kamu akan tahu setelah ini!! Kalau aku mati dalam beberapa hari, itu artinya aku mati karena kucingku ini!!”
Wusshhhh!! Laras melepaskan kucing peliharaannya dan membiarkan kucing malang itu terjatuh dari lantai 10 gedung apartemennya. Tepat sebelum tubuh kucing malang itu membentur permukaan tanah, terdengar suara mengeong terakhirnya dan itu terasa sangat perih di telinga Maya.
“Meooowww, meooowww!!”
Buk!! Setelah mendengar suara benturan, Maya bergegas masuk ke dalam apartemennya, mengunci pintu balkonnya dan memeluk Mina-kucingnya. Air mata Maya berjatuhan membayangkan apa yang terjadi pada kucing malang itu.
“Minaku tersayang ... “ Maya menangis memeluk kucingnya.
“Meoow, meooow!!” Mina menyahut panggilan Maya seolah tahu apa yang sedang terjadi dan apa yang dirasakan oleh Maya.
Tiga hari kemudian.
Ting tong!!!
Bel pintu apartemen Maya berbunyi dan membuat Maya terkejut mengingat hari ini bukan hari pemeriksaan kesehatan Maya dan juga bukan hari pengiriman bahan makanan. Apa yang terjadi lagi? Maya mendekat ke pintu apartemennya setelah memasang masker di wajahnya.
“Ya??” Maya mencoba orang yang memencet bel di pintu apartemennya.
“Mbak ini saya relawan yang biasanya datang.”
Maya mengenali suara itu. “Ya, Mas. Ada apa??”
“Tetangga Mbak yang sebelah lagi ditemukan meninggal pagi ini. Salah satu rekan saya yang berkeliling di luar menemukan mayat tetangga Mbak di balkon apartemennya.”
“Ya Tuhan.” Maya syok mendengar berita itu. “A-apa tetanggaku itu terkena virus itu juga, Mas??”
“Kami akan melakukan pemeriksaan terkait itu. Saya harap Mbak jangan keluar dari apartemen Mbak dulu sampai ada pemberitahuan dari kami. Demi keselamatan dan kesehatan Mbak sendiri.”
“Y-ya, Mas. Terima kasih untuk infonya.”
Buk!! Maya langsung jatuh terduduk di dekat pintu apartemennya setelah mendengar kabar itu.
“Meow, meoww!! Mina mendekat ke arah Maya seolah tahu apa yang sedang dirasakan oleh Maya.
“Sini Minaku tersayang.” Maya mengulurkan tangannya, memberi isyarat pada Mina untuk mendekat padanya. Tapi tiba-tiba Maya teringat ucapan tetangganya-Laras tiga hari yang lalu. “Kalau aku mati dalam beberapa hari, itu artinya aku mati karena kucingku ini!!”
Drrr! Tangan Maya sedikit bergetar ketika ingatan itu muncul sekilas dalam benaknya. Maya menggelengkan kepalanya beberapa kali, berusaha mengusir ingatan buruk itu. Nggak!! Minaku tersayang nggak akan membuatku sakit dan mati seperti tetanggaku-Ardi dan Laras!!
Hatchi!!!
Mina tiba-tiba bersin dan membuat Maya tersentak. “Mina, kamu jangan-jangan!”
“Meow, meooww!!”
Mina mencoba mendekat ke arah Maya, tapi kali ini ... Maya dengan cepat menghindar dari Mina.
“Kalau aku mati dalam beberapa hari, itu artinya aku mati karena kucingku ini!!”
“Minggu lalu, anjingku ini keluar saat aku membuka pintu untuk mengambil bahan makanan dan semenjak itu, aku terus batuk, sesak napas dan demam.”
Dua ucapan tetangganya: Ardi dan Laras kini terus berputar di dalam kepala Maya. Tidak seperti sebelumnya di mana Maya akan merasa senang ketika Mina menghampirinya, kini Maya merasa sangat takut ketika Mina mendekat kepadanya.
“Meoow, meoowww!!”
“Stop!!! Jangan mendekat, Mina!!”
Maya memasang maskernya dan dengan cepat memasukkan Mina ke dalam kandangnya.
“Kamu dilarang mendekat sampai aku pastikan kamu nggak sakit, Min!!”
Dua hari kemudian.
Setelah dua hari lamanya Maya mengurung diri di dalam kamarnya dan mengurung Mina di dalam kandangnya, Maya kini mulai merasakan keanehan pada tubuhnya. Uhuk, uhuk!! Hatchiii!! Maya terus batuk dan bersin tanpa henti. Tidak hanya itu, Maya merasa tubuhnya demam karena di hari yang cerah dan terik, Maya justru merasa sangat dingin.
Hatchi!! Di saat yang sama, kucing Maya-Mina juga beberapa kali bersin di dalam kandangnya.
“Meow, meowww!!”
Mina mencoba memanggil Maya dari dalam kandangnya. Tapi Maya tidak menggubris panggilan itu. Jangankan membuka kandang dan membiarkan Mina keluar, memberi makan dan minum pada Mina pun, Maya kini takut setengah mati. Dalam benaknya terus berputar ucapan dua tetangganya-Ardi dan Laras.
“Meow, meowww!!” Panggilan Mina kini terdengar lebih lemah dari sebelumnya dan membuat Maya semakin takut saja dengan Mina.
“Maaf, Mina. Kamu sedang sakit dan aku nggak bisa biarin kamu keluar dan menulariku!! Virus itu pasti sudah menyerangmu!!”’
Glup, glup! Setelah meminum obatnya, Maya kembali tidur di kamarnya.
*
“Kalau aku mati dalam beberapa hari, itu artinya aku mati karena kucingku ini!!”
“Minggu lalu, anjingku ini keluar saat aku membuka pintu untuk mengambil bahan makanan dan semenjak itu, aku terus batuk, sesak napas dan demam.”
Hosh, hosh!!! Maya bangun dari tidurnya di malam yang gelap dan apartemennya yang dalam keadaan gelap gulita. Tes, tes!! Keringat dingin mengucur dari kening Maya bersamaan dengan napasnya yang putus-putus. Mereka berdua terus menghantuiku!!
Maya mengambil termometer kecil di meja samping ranjangnya dan memeriksa suhu tubuhnya. Klik. Suhu tubuh Maya muncul dan menunjukkan angka 38,7 derajat celsius.
“Meoww, meoww!!”
Maya mendengar panggilan dari Mina dan mengira Mina mungkin kelaparan. Huh! Dengan susah payah ditambah dengan tubuh dan kepalanya yang terasa berat, Maya bangkit dari ranjangnya dan berjalan keluar kamarnya.
Nyam, nyam!!
Tapi begitu keluar dari kamarnya, Maya menemukan Mina-kucingnya telah keluar dari kandangnya dan merusak karung makanan kucing yang disimpannya.
“Meoww, meoww! Hatchi!!”
Maya mencoba mendekat ke arah Mina dan menemukan jika hidung Mina kini berair mengeluarkan ingusnya. Nggak!!! Maya berteriak dalam benaknya sembari terus melangkah mundur menjauh dari Mina. Nggak!! Kenapa kamu sakit, Mina???
Maya terus berjalan mundur dengan tangan yang gemetar ketakutan. Keringat dingin yang keluar dari dalam tubuhnya, membuat pikiran Maya semakin memburuk.
“Kalau aku mati dalam beberapa hari, itu artinya aku mati karena kucingku ini!!”
“Minggu lalu, anjingku ini keluar saat aku membuka pintu untuk mengambil bahan makanan dan semenjak itu, aku terus batuk, sesak napas dan demam.”
Ditambah lagi ucapan dari dua tetangganya yang telah tewas terus berputar di dalam benaknya, menambah rasa takut Maya pada Mina semakin besar.
“Meow, meowww!!”
Mina berjalan mendekat ke arah Maya dan membuat Maya semakin ketakutan. Nggak!! Aku belum mau mati!! Aku nggak mau mati kayak Ardi dan Laras!!! Nggak!! Nggak!! Maya mengepalkan tangannya dan berusaha mengumpulkan semua keberaniannya. Aku harus menyelamatkan diriku sendiri!!
Maya memaksa tubuhnya yang lelah dan kepalanya yang sakit, berlari ke kamarnya, meraih masker dan memasangnya di wajahnya. Setelah melakukan hal itu, Maya kembali ke ruang tengah apartemennya, membawa Mina dengan menarik bagian belakang kepalanya dan membuka pintu balkon apartemennya.
Srek!!!
Wushhh!!!! Begitu membuka pintu balkon apartemennya, angin malam yang kencang dan menusuk langsung menyerang tubuh Maya.
“Meow, meoww!!” Mina mengeong ketika menyadari tubuhnya kini tergantung di udara dengan tangan Maya sebagai penahan sebelum tubuh Mina jatuh ke permukaan tanah.
Tes, tes. Maya menangis menatap kucing putih yang selama dua tahun ini terus bersamanya. “Maaf, Mina. Aku belum mau mati. Masih banyak yang harus aku lakukan.”
“Meow, meoww!!”
“Maaf Minaku tersayang. Sebagai tuanmu, aku gagal menjagamu dengan baik dan menemanimu.”
Maya melepaskan tangannya yang menahan tubuh Mina dan wushhh!!! Dengan cepat, tubuh Mina meluncur ke permukaan tanah dari lantai 10 apartemen Maya.
“Meowwww!!!!”
Tepat sebelum tubuh Mina membentur permukaan tanah, Maya mendengar suara mengeong Mina yang kencang terakhir kalinya. Bruk!! Maya jatuh terduduk di balkonnya, tak berani melihat ke bawah di mana Mina-kucing kesayangannya baru saja kehilangan nyawanya.
“Maaf, Mina!!” Maya terus menangis sembari berulang kali mengatakan maaf pada Mina-kucing kesayangannya.
*
“Meow, meoww!!”
Maya membuka matanya karena merasa mendengar suara Mina-kucingnya yang kemarin telah dilemparnya keluar. Nggak! Nggka mungkin! Nggak mungkin Mina masih ada!!
“Meoww, meoww!!”
Tidak seperti sebelumnya di mana Maya hanya mendengar suara Mina, kali ini May bahkan juga melihat kilatan bayangan Mina yang biasanya hendak ke ranjangnya.
“Hiii!!!” Maya menjerit ketakutan sembari merapat ke kepala ranjangnya. “Mina, kamu sudah mati!! Jangan dekat-dekat aku!!!”
“Meow, meeoww!!”
Mendengar suara itu lagi, kali ini segera berlari dari kamarnya dan menutup pintu itu rapat-rapat. Tes, tes! Keringat dingin Maya menetes bercampur dengan tubuhnya yang merasakan rasa dingin yang tak biasa.
Klik. Lampu apartemen yang tadinya menyala kini tiba-tiba mati dan membuat Maya semakin merasa takut. “Hiiiiiii!!!!!”
“Meow, meoww!!”
Dalam keadaan gelap, Maya harusnya tidak bisa melihat apapun. Tapi entah kenapa Maya dapat dengan jelas melihat bayangan Mina yang terus mendekat ke arahnya. “Hiii!!!” Maya semakin ketakutan dan kali ini berusaha untuk keluar dari apartemennya.
Krek, krekk!!
Maya berusaha untuk membuka pintu apartemennya, tapi entah kenapa pintu itu tidak bisa dibuka oleh Maya.
“Meow, meowww!!”
Bayangan Mina kembali mendekat ke arah Maya dan membuat Maya ketakutan setengah mati. Nggak, Mina!! Jangan mendekat!! Maya berusaha mencari jalan lain untuk menjauh dari bayangan Mina yang terus mendekat.
Wushhh!!!
Dari arah pintu kaca balkon, angin berembus kencang hingga membuat tirai yang harusnya diam, bergerak bergelombang karena embusan angin. Pintu itu kenapa terbuka??
“Meow, meowww!”
Maya yang tadi sempat merasa aneh dengan keadaan pintu balkonnya yang terbuka, kini tidak memedulikan keadaan pintu itu dan memilih untuk berlari ke arah balkon untuk menyelamatkan diri dari bayangan Mina yang terus mengejar dan menakutinya.
Srekk!!
Begitu Maya berada di balkonnya, pintu balkon itu tiba-tiba tertutup dan mengunci sendiri. Kenapa menutup sendiri?? Untuk sejenak Maya membeku melihat pemandangan itu sebelum akhirnya tubuhnya secara spontan berlari ke arah pintu balkon apartemennya dan memukul-mukul pintu itu agar kembali terbuka. Buk, buk!!
“Tolong!!! Tolong aku terkunci di luar!!” Maya berteriak sangat kencang dan berharap akan ada orang yang mungkin akan mendengar teriakannya. Tapi sayangnya tetangga kanan dan kiri kini tyelah kehilangan nyawanya dan unit itu kini adalah unit tanpa penghuni.
“Meow, meoww!!”
Begitu mendengar suara mengeong Mina lagi, Maya langsung menarik tangannya yang berusaha menggedor pintu balkonnya dan berjalan menjauh dari pintu itu.
Wushhh!! Angin berembus kencang dan tiba-tiba Mina yang tadi hanya terlihat seperti bayangan muncul di hadapan Maya. Mina-kucing peliharaan Maya yang harusnya berbulu putih seputih salju kini berantakan dengan warna merah menempel di bulunya.
“Meow, meoww!”
Mina dengan kepalanya yang setengah remuk, terus berjalan mendekat ke arah Maya seperti kebiasaannya selama ini. Maya terus berjalan mundur hingga tubuhnya berada di pembatas pagar balkon apartemennya.
“Maaf, Mina.” Maya berlutut di depan Mina dengan wajah memelasnya bercampur dengan air mata dan rasa takut. “Maaf Mina! Tolong Mina pergilah dengan tenang dan jangan ganggu aku lagi!! Aku mohon padamu!!”
“Meow, meoww!!”
Awalnya Mina terus mendekat ke arah Maya dan membuat Maya semakin takut. Tapi setelah beberapa kali mengeong dan Maya yang terus meminta maaf. Mina perlahan berbalik dan berjalan menjauh dari Maya.
“Te-terima kasih, Mina. Kamu memang kucingku yang terbaik.”
Maya yang melihat Mina berjalan menjauh darinya, merasa sedikit lega. Maya bangkit dari posisi duduknya dan berniat kembali menggedor pintu balkonnya untuk mencari bantuan. Tapi tepat setelah Maya berdiri, Mina berbalik dan berlari ke arah Maya.
“Uh??” Maya yang kaget melihat Mina berlari ke arahnya tanpa sadar menarik tubuhnya menjauh dari arah datangnya Mina. Buk!! Tubuh Maya menabrak pagar pembatas balkon dan wush!!! Maya merasakan tubuhnya ditarik gravitasi bumi yang kuat, bersamaan dengan itu Maya hanya bisa mendengar suara embusan angin malam yang dingin.
Buk!!!! Maya hanya pasrah ketika tubuhnya menghantam kerasnya permukaan tanah di bawah apartemennya.
Apa ini balasanku karena membunuh Minaku tersayang?? Sembari menatap langit malam yang gelap, Maya bertanya dalam benaknya.
“Meow, meoww!!!” Maya mendengar suara Mina yang kini terdengar tepat di samping tubuhnya.
“Meow, meoww!!” Begitu menolehkan kepalanya ke samping Maya menemukan tubuh kucingnya-Mina yang kini kaku bercampur dengan darah yang telah mengering.
“Meow, meoww!!” Tes, tes!! Maya tiba-tiba meneteskan air matanya ketika melihat tubuh lain yang terbujur kaku di dekat tubuh Mina.
“Meow, meoww!!”
“Maaf, Mina.” Maya bangkit dari jatuhnya, mengambil Mina yang terus mengeong padanya dan membawa Mina dalam pangkuannya. “Maaf, Minaku tersayang. Maaf karena aku mengira kamu menghantuiku karena dendam padaku yang telah tega membunuhmu.”
“Meow, meoww!”
Maya mengelus kepala Mina dalam pangkuannya sembari menangis melihat tubuhnya yang terbujur kaku di samping Mina. “Kukira kamu marah padaku, Mina. Aku nggak tahu kalau kamu cuma mau bilang sama aku kalo aku juga mati.”
Ingatan Maya kemudian memutar singkat kejadian kemarin di mana Maya melempar Mina karena rasa takutnya akan virus corona yang mungkin akan membunuhnya. Tepat setelah Maya melempar Mina dan jatuh menangis di balkonnya, Maya yang berusaha bangkit ternyata kehilangan keseimbangannya. Karena kondisi tubuhnya yang lemah karena sakit, Maya tidak bisa menggapai pagar pembatas balkon dan akhirnya terjun dari ketinggian lantai sepuluh apartemennya.
“Minaku tersayang, kamu nggak akan pernah ninggalin aku kan??”
“Meow, meoww!!”
Bersamaan dengan ingatan kematiannya, Maya teringat dengan kenangannya saat bersama dengan Mina dan janji kecilnya dengan Mina. Srek, srekk. Maya mengelus lembut kepala Mina di pangkuannya dan tersenyum menatap Mina.
“Mulai hari ini, kita akan terus bersama, Minaku tersayang.”
“Meow, meoww!”