Masukan nama pengguna
Aku rasa selama ini Aku hanya berjalan seorang diri. Nyatanya, Aku salah. Ternyata asa, mereka yang selama ini selalu mengawasiku, memperhatikan setiap langkah kaki ku tanpa Aku sadari. Mereka sedetail itu memperhatikan ku padahal tadi ku kira, tidak ada yang benar-benar memperhatikan ku, tidak ada satupun.
Lucu rasanya jika terakhir kali ku ingat. Di hari saat Aku mengajukan perpisahan kepada mereka, seakan Aku ingin putus hubungan saja dan Aku mencari alasan yang menurutku dapat dibenarkan. Sebenarnya alasan itu hanyalah sebuah alasan saja. Nyatanya Aku meninggalkan mereka secara tidak adil tanpa penjelasan lebih lanjut padahal Aku tahu, mereka pasti kaget atas keputusan ku yang tiba-tiba itu, tanpa angin tanpa badai Aku mundur. Aku tau apa yang Aku lakukan itu kurang tepat eksekusinya.
Sebenarnya bukan hanya mereka yang mengawasi ku. Aku juga begitu, hanya saja tidak semuanya. Dikatakan lost kontak ya memang sudah lost kontak, hanya saja Aku masih bisa memperhatikan mereka di sosmed. Karena ada beberapa yang kembali mengikuti sosmed ku setelah tersadar kalau Aku unfollow dan pikiran ku berkata Aku harus mengikutinya kembali. Hanya beberapa tidak semua. Ada juga yang lebih dulu Aku ikuti lagi atau memang ada yang dari awal tetap Aku ikuti tanpa unfollow. Entah saat itu hatiku sangat gusah. Yang ku fikir saat itu Aku tidak mau banyak yang mengikuti ku di sosmed dan kebetulan mereka pun juga menjadi korban unfollow dari ku. Hehehe.
Aku anggap yang sudah-sudah sebagai bentuk pemikiran ku yang beranjak dewasa. Mungkin saat ini pikiran ku sudah berpikir dewasa tetapi ada kalanya Aku merasa masih kekanak-kanakkan. Setidaknya Aku yang sekarang bukanlah Aku yang dulu yang hanya tau rasa kasmaran tanpa patah hati. Aku yang menghadapi masalah masih dengan emosi yang tertahan atau bahkan senyuman dan kini kalau ada masalah Aku bisa saja menangis tanpa suara sendirian, Ingin teriak tapi takut berisik karena Aku pun tidak suka kebisingan.
Semakin dewasa Aku sadar Aku semakin mengecilkan sirkel pertemanan dan sayangnya mereka termasuk yang tidak ku pertahankan hingga sekarang. Sekarang ini akhir pekan ku hanya dihabiskan untuk berkeliaran sekedar menjadi ojek peribadi Mama atau pun sekedar rebahan di kamar sambil menulis novel, cerpen atau sekedar bermalasan saja. Tapi terkadang Aku rindu akan akhir pekan ku yang ku sisihkan di pagi harinya atau menjelang sore, sekedar menyatu di hangatnya lingkaran cinta di pekarangan tempat atau masjid kampus stan yang ada di ceger. Kadang ramainya diskusi dan ketenangan itu seolah menyapa ku bagaikan baru terjadi beberapa waktu lalu, padahal nuansa itu sudah berlalu 4 atau 5 tahun lamanya. Aku rindu tapi takut untuk kembali.
Aku takut jika Aku kembali kepada mereka hanya untuk sesaat dan kelak jika bosan ku menyapa lagi Aku akan pergi dengan cara yang jauh menyakitkan. Aku tidak mau itu terjadi. Teman-teman ku terima kasih karena kalian sudah mau menerima ku dengan sangat baik dan maafkan Aku yang tak bisa bertahan lebih lama lagi bersama kalian. Aku sungguh-sungguh berharap, kalian selalu diberikan rizky dan nikmat yang tak habis-habisnya. Selalu semangat dalam menuntut ilmu tanpa ada yang namanya rasa bosan. Jangan menjadi Aku yang terlalu lemah sehingga Aku lebih memilih pergi tanpa berpamitan dengan sepantasnya.
Ibarat sedang berjuang. Kala itu di detik-detik pemikiran ku untuk pergi saja seakan Aku ada di tepi jurang yang sangat curam dan kalian datang membawa tali cinta. Ingin menarik ku agar Aku tidak jatuh ke jurang yang sangat curam itu. Kalian sekuat tenaga menarik ku agar Aku menjauh semakin menjauh dari terperosok ke dalam jurang tetapi di saat Aku hampir menjauh dari jurang itu Aku malah mengeluarkan sebuah gunting dan ku putuskan tali cinta itu yang sudah sangat bersusah payah kalian lilitkan di jemariku. Tali itu terputus dan Aku malah melompat ke dalam jurang. Sebelum melompat Aku melihat sekilas ke arah kalian. Aku melihat wajah teduh kalian yang memancarkan rasa khawatir yang berlebih seakan juga berbicara kepada ku untuk berfikir lagi atas niat yang ku ambil. Aku tersenyum walaupun ada ragu. Aku tetap melompat dari tempat ku.
Aku berlari seakan terbang tinggi tanpa peduli sesuatu yang tajam, keras, berair di bawah jurang itu. Yang ku fikirkan saat itu hanyalah. Aku akan menerima segala konsekuensinya atas apa yang aku putuskan atas apa yang Aku anggap benar meskipun nantinya Aku sadar kalau yang ku putuskan itu bisa jadi sebuah kesalahan yang harus ku bayar mahal.
Namanya penyesalan akan datang belakangan. Bisa dikatakan Aku menyesal karena tidak mampu bertahan lebih lama lagi bersama teman-teman ku itu. Tetapi kalau Aku memaksakan untuk tetap bertahan, rasanya Aku kelelahan untuk mengimbangi mereka. Mereka itu adalah orang-orang hebat yang tiada lelahnya untuk memperdalam ilmu pengetahuan. Rasa cinta mereka terlihat murni dan jernih, sejujurnya Aku pernah merasakan rasa nyaman teramat nyaman sewaktu bersama mereka.
Sampai Aku memaksakan diriku yang kala itu sedang sakit untuk tetap bergabung ke dalam lingkaran cinta di akhir pekan. Kala itu kondisi ku Drop, butuh istirahat cukup walaupun hanya sekedar tidak enak badan. Suhu tubuhku sedikit lebih panas dan kadang kala terasa pusing. Hanya sakit rasa sakit biasa yang tidak terlalu parah. Maka dari itu saat merasakan kondisi ku sedikit baikan. Aku kekeh untuk mendatangi mereka bahkan Aku mengendarai sepeda motorku sendiri.
Saat sudah sampai di tempat itu. Tempat biasa kami bertemu. Aku langsung merasa lega karena Aku masih memiliki waktu sebelum kegiatan kami di mulai. Belum terlambat katanya, tapi entah mengapa mungkin karena terlalu senang. Aku malah menangis dan itu membuat mereka sedikit khawatir. Aku menjelaskan kalau, "Aku tidak apa-apa. Tenang saja, mari kita mulai."
Aku memang nakal kan. Dulu Aku bisa sekeras kepala itu untuk tetap menghadiri pertemuan di akhir pekan dan Aku pun juga bisa sekeras kepala itu untuk menyudahi sebuah hubungan jalinan kasih sayang yang selama ini telah ku perjuangkan.
Aku percaya kalau setiap orang itu ada masanya. Ada kalanya akan meninggalkan atau ditinggalkan. Setiap keputusan itu pastilah telah dipikirkan terlebih dulu dengan matang. Kebetulan giliran ku yang memutuskan untuk jadi orang yang meninggalkan dan Aku adalah orang yang pengecut karena tidak mampu mengatakan ucapan perpisahan dengan layak dan berkesan. Tidak, Aku sudah cukup berkesan kok. Sayangnya hanya berkesan yang tidak enak. Kalau Aku menjadi mereka. Aku pun akan sangat kesal dengan diriku sendiri. Aku akan protes, kenapa Aku tidak berpamitan dengan selayaknya. Caraku seakan-akan seenaknya saja. Bisa di bilang sombong bahkan tidak punya tanggung jawab. Terlalu kekanak-kanakan.
Tetapi bukan maksud ku untuk membela diri. Aku hanya bingung harus berkata-kata apa lagi. Kalau Aku berpamitan selayaknya yang biasa di lakukan. Yang ada mereka akan menahan ku kan? Dan itu yang tak ku mau. Keputusan ku sudah bulat. Aku ingin pergi.