Flash
Disukai
12
Dilihat
17,936
Janji Palsu
Drama

Mata Nindia sudah kelelahan menatap komputer. Semalaman ia berkali-kali menyegarkan laman Google browser-nya dengan harapan setiap penyegaran akan membawakan notifikasi baru. Mata Nindia menggerayangi rentetan tulisan yang dipublikasikan oleh para jurnalis dan blogger ternama yang berkoar-koar soal pentingnya pendidikan. Mulai dari trik supaya diterima di universitas unggulan, kiat-kiat mendapat IPK setinggi langit, sampai cara jitu cepat menyelesaikan skripsi. Nindia berkali-kali membaca argumen soal makin ketatnya persaingan masuk ke Universitas dan semakin gencarnya pemerintah menggalakkan masyarakat untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya.

Nindia meraih selembar kertas. Kertas yang tampak rapuh itu puluhan juta rupiah haganya. Nindia membaca tulisan besar kertas itu dalam hati, “IJAZAH: Nindia Laksana Putri, Sarjana Titik-Titik.” Gadis itu kemudian mengambil selembar kertas lainnya yang sama-sama rapuh dan mahal harganya. Pandangannya terkunci pada angka yang dicetak tebal, “TIGA KOMA SEMBILAN, CUM LAUDE.” Degup jantung Nindia melambat. Ia menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Aliran listrik kecil di otaknya memaksanya untuk mengingat apa yang dijanjikan padanya oleh mereka yang telah mendidiknya dan ia yakini akan menjadi nyata.

“Kalian harus rajin belajar supaya dapat nilai tinggi! Kalau dapat nilai tinggi, nanti kalian bisa masuk SMU unggulan! Hidup kalian akan sukses kalau kalian pintar! Memangnya kalian mau jadi tukang sampah!?” cuit Bu eX, guru matematika di SMP. Nindia mengamini cuitan ibu guru yang super galak itu. Ia habiskan waktu, tenaga, dan biaya untuk ikut les di sana-sini, hilir mudik seperti lebah mencari bunga untuk di-madu tanpa pernah menikmati manis madunya. Tapi perkataan Bu eX sebagian terwujud: Nindia diterima di SMU terbaik se-provinsinya.

“Apa kalian tidak kepingin masuk PTN unggulan!? Makannya belajar! Kalau kalia rajin dan pintar, kalian pasti sukses di masa depan! Kalian-lah generasi penerus yang akan memajukan negeri ini!!” ujar Pak Ye guru SMA. Lagi-lagi, perkataan itu sebagian menjadi nyata. Nindia kembali menjadi lebah selama tiga tahun penuh demi masuk ke PTN Unggulan. Setelah berhasil diterima PTN terbaik, giliran Nindia mendengar ocehan Professor Zed, “Buat apa sih kalian bolos kelas ngurusin BEM!? Kalian itu tugasnya belajar! Kalau lulusan kita pada molor semua seperti kakak tingkat kalian, akreditasi kampus kita bisa anjlok! Saya tidak mau tau, kalian harus bisa raih nilai tinggi! Jangan malu-maluin kampus kita! Kalian cukup belajar saja. Nanti kalau kalian cerdas, kalian tidak usah cari pekerjaan pun, pekerjaan itu akan datang sendiri. Pasti ada lah nanti, jangan dipikir sekarang! Pikir saja skripsinya, biar cepat lulus!”

Dengan iman yang kuat, Nindia mengamini perkataan sang Professor. Bukan hanya puluhan juta yang sudah dihabiskan untuk mendapatkan selembar kertas yang rapuh tadi, tapi puluhan juta lagi untuk membeli buku materi, mengikuti seminar, juga les dan tes bahasa asing. Gadis itu benar-benar yakin bahwa semua yang sudah dia investasikan akan membuahkan hasil yang manis. Perkataan Bu eX dan Pak Ye sudah menjadi nyata meskipun baru sebagian. Nindia masih menunggu yang sebagian lagi. Tapi entah kenapa bagian itu tidak kunjung datang. Dengan lemas Nindia kembali menyegarkan laman komputernya. Gadis itu sudah tidak terkejut lagi melihat bahwa tidak ada yang berubah dari layarnya yang sejak setahun belakangan selalu menampilkan notifikasi yang sama: “Maaf, Anda belum bisa kami terima bekerja.”

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)