Cerpen
Disukai
0
Dilihat
2,571
His Humor Vitreous P.2
Romantis

Ryu sengaja meninggalkan Nonna hanya berdua dengan Joshua di apartemennya. Dalam kegelisahannya, Ryu menggigit kuku ibu jarinya, merapal serangkaian kata-kata seolah itu mantra untuk menguatkannya, meredam api yang bergemuruh di hati dan pikirannya.

"Non, aku percaya sama kamu, please kali ini tetap disisi aku," kata Ryu lirih.

Duduk di balkon apartemen miliknya yang masih berada di tower yang sama dengan apartemen biasa tempatnya tinggal bersama Nonna, kegelisahan Ryu terbaca oleh Gabriel, salah satu orang kepercayaannya selain Joshua.

"Ryu, haruskah gue nyalain cctv buat lihat kondisi di sana?" tanya Gabriel yang juga sahabat masa kecilnya.

"No, don't do it. Gue percaya sama Nonna dan Joshua," jawab Ryu mencegah.

"Gue bicara kali ini sebagai sahabat lo dan gue benci liat lo begini. Sikap lo enggak nunjukin itu. Am I wrong?" tanya Gabriel.

"Iel, stop," kata Ryu sambil meletakkan jari di depan mulutnya sendiri, meminta Gabriel berhenti bicara.

Saat suara ponselnya berdering dan memecah kesunyian, Ryu segera bergegas diikuti Gabriel dibelakangnya.

Gabriel paham betul, satu hal yang bisa membuat Ryu sepanik ini hanya satu orang, satu nama, Nonna.

Setelah tiba di apartemen tempat tinggalnya, Ryu segera berlari ke kamar dan dunianya terasa runtuh saat melihat Joshua duduk di sisi Nonna, menatap dan menggenggam tangan Nonna yang tertidur lelap.

Bukan marah atau kesal pada Joshua, karena kekhawatiran Ryu atas kondisi Nonna menjadi hal yang utama saat ini.

"Dia kenapa sampai begini lagi? Kalian bicara apa? Aku sudah bilang, ingatan dia baru kembali, jangan maksa dia buat mengingat hal yang menyakitkan Josh," kata Ryu dengan suara rendahnya.

Joshua beranjak dari sisi Nonna dan membiarkan Ryu yang kini duduk di sana menggantikannya.

"It's all my fault," kata Joshua.

"Dokter udah periksa kondisinya, benar dugaan kamu, dia terlalu syok dan tadi tiba-tiba pingsan," jelas Joshua.

Gabriel yang hanya duduk di sofa depan tv melihat sosok Joshua keluar dari kamar. Entah takdir seperti apa yang kini mengikat mereka bertiga, Gabriel benar-benar tak bisa memahaminya.

Sebagai orang yang sama-sama bekerja untuk Ryu dan sama-sama berstatus sebagai sahabat, Gabriel memang lebih lama mengenal Ryu dibanding Joshua. Bagaimana Joshua hadir dalam kehidupan Ryu dan Nonna juga Gabriel tahu, bagaimana hancurnya Ryu saat Nonna dulu menikah dengan Joshua, Gabriel sangat tahu. Sekarang, Ryu bahkan tetap mengizinkan Joshua untuk berbicara dengan Nonna setelah ingatan Nonna kembali. Walaupun dulu Ryu yang meminta Joshua untuk menceraikan Nonna, tapi sungguh hubungan mereka bertiga sangat tidak masuk akal bagi Gabriel.

"How's she?" tanya Gabriel.

"I hope she's fine," jawab Joshua yang kemudian mengambil duduk di seberang Gabriel.

"She must be shocked," kata Gabriel.

"She is," jawab Joshua tanpa ekspresi.

"Do you still love her?" tanya Gabriel.

"Really? You ask the same question as Ryu," kata Joshua sambil tersenyum pedih.

Gabriel hanya mengangkat kedua bahunya.

"I do, I love her, still love her, always. But you know exactly why I choose to let her go," ucap Joshua dengan suara rendah.

"And you should better know that your existance just ruin everything between them," ujar Gabriel dengan sorot mata tajam.

"But what can I say, Ryu choose to kept you rather than hunt you or even kill you. I just hope you know how much Ryu believe and trust you as a friend, though you've made a lot of trouble for him," kata Gabriel.

"Aku tahu, karena itu aku pilih jadi anjing peliharaan Ryu yang setia selama ini," jawab Joshua tegas.

Sementara itu di dalam kamar, Ryu masih terus menggenggam tangan Nonna, airmata yang tadinya membasahi pipi Ryu kini juga sudah mengering.

Saat kepalanya menunduk sambil menggenggam tangan Nonna. Ryu spontan mengangkat wajah menyadari tangan kekasihnya bergerak.

Terus menatap Nonna yang ternyata masih dalam alam bawah sadarnya, Ryu melihat Nonna seperti sedang mimpi buruk, kedua sudut alisnya hampir bertemu. Ryu segera memijat lembut pangkal hidung Nonna, berharap mimpi buruk apa pun itu akan pergi dari Nonna.

Ryu kemudian mencium kening Nonna, seakan ingin membuat mimpi-mimpi buruk Nonna hilang dan tak kembali lagi.

Dan saat masih mengecup kening Nonna, Nonna terbangun, matanya melihat sosok pria, teman masa kecilnya, pria yang memiliki hampir seluruh hidupnya sebelum Joshua hadir.

Nonna mengangkat tangan untuk kemudian mengusap lembut punggung Ryu dan membuat Ryu terkejut.

"Nonna...," kata Ryu saat menatap wajah Nonna yang ada di bawahnya.

"Hemm..," jawab Nonna yang menyadari raut kegelisahan dari wajah Ryu. Pria yang selalu terlihat galak dan tegas di depan ribuan karyawan bahkan komplotannya di dunia hitam itu, kini terlihat seperti kelinci lucu yang seolah kehilangan induknya.

"I'm okay," kata Nonna yang sudah melepaskan tangannya dari punggung Ryu.

"Maaf ya, aku buat kamu khawatir lagi," lanjutnya kali ini disertai senyum tipis yang justru membuat Ryu kembali menangis.

"Enggak, kamu enggak perlu minta maaf," ujar Ryu sambil terus mencium tangan Nonna yang masih digenggamnya.

"Tapi aku enggak akan izinin kamu bicara sama Joshua lagi sementara waktu, sampai kondisi kamu pulih. Kamu kali ini harus dengerin aku," kata Ryu lagi.

Nonna hanya mengangguk dan enggan berdebat dengan Ryu.

"Aku enggak akan tanya apa yang buat kamu sampai pingsan setelah bicara berdua sama Joshua. Aku juga enggak akan marah sama Joshua karena hal ini, jadi aku harap kamu paham alasanku ngelarang kalian interaksi karena aku enggak mau lihat kamu gini lagi," ucap Ryu kali ini dengan bibir sedikit maju, seperti anak yang sedang merajuk meminta mainan.

Nonna yang tahu kebiasaan pria yang kini menjadi kekasihnya itu hanya bisa tersenyum dan membelai lembut rambut Ryu saat Ryu akhirnya meletakkan kepala di dada Nonna.

"Kamu tahu kalau aku sayang kamu, aku takut kehilangan kamu lagi Non," kata Ryu.

"Aku tahu, aku minta maaf cuma bisa buat kamu cemas," kata Nonna masih sambil membelai rambut Ryu.

"Jangan minta maaf terus sih," kata Ryu kembali merajuk hingga membuat Nonna tertawa.

Suara tawa Nonna dari dalam kamar terdengar sayup di telinga Joshua yang masih duduk di depan tv bersama Gabriel.

Sambil menunduk, Joshua meraba dadanya, merasakan cincin pernikahannya yang kini selalu dipakainya meskipun tak lagi di tangan, tapi menjadi liontin untuk kalung dengan harapan cincin itu akan lebih dekat dengan jantungnya.

Gabriel yang juga mendengar tawa Nonna kemudian melirik ke arah Joshua sambil tersenyum miris.

"Shua, maaf kalau omongan gue tadi terlalu kasar," kata Gabriel.

Joshua berdiri dan menepuk bahu Gabriel. "It's okay, gue tahu maksud lo baik. Gue pergi dulu, masih ada kerjaan yang diminta Ryu selesaiin, nanti kalau ada apa-apa minta dia call gue aja."

Setelah bunyi pintu tertutup, senyum di wajah Joshua menghilang. Setetes air mata meluncur dari sudut matanya, Joshua buru-buru menghapusnya.

"Damn!" ucapnya lirih sambil tersenyum tipis penuh luka. Kakinya melangkah meninggalkan apartemen Ryu.

Sementara di dalam apartemen, Gabriel yang kini asik bermain game di apartemen Ryu sadar sahabatnya itu berjalan mendekat.

"Iel, Shua udah pulang?" tanya Ryu dan dijawab cepat dengan anggukan oleh Gabriel sambil tetap fokus pada permainannya.

"Iel, kamu masih selidiki latar belakang keluarga Shua sebelum dia di panti kan?" tanya Ryu yang spontan membuat Gabriel mengalihkan perhatian dan menatap Ryu.

"Udah, dan enggak semudah itu ternyata. Berkas di panti asuhan bahkan tidak tercatat siapa yang membawanya ke sana. Sementara ini aku berkesimpulan memang dia dibuang. Tapi masih ada satu celah untuk mendapatkan jawaban, nanti kalau udah yakin, baru aku kabarin kamu lagi," jelas Gabriel.

Ryu yang percaya dengan sahabatnya itu mengangguk setelah mendapat penjelasan.

"Kalau udah aman, gue cabut ya, anak-anak di base perlu gue pantau. Kalau enggak kerjaannya suka ngaco," ucap Gabriel merujuk pada sindikat

"Kamu pakai aja kartu yang aku kasih buat jajanin mereka. Kamu aku kasih kartu buat makan-makan mereka tapi enggak pernah dipakai," ucap Ryu.

"Jangan-jangan mereka enggak kamu kasih makan?" tanyanya penuh curiga.

"Heh, mulutnya ya, kalau enggak inget bos," ucap Gabriel sambil mengacungkan tinjunya.

Ryu tertawa sambil menurunkan kepalan tangan Gabriel, tahu sang sahabat hanya bercanda.

Ryu tahu selama ini Gabriel menyayangi anak-anak geng mereka dan memperlakukan seperti keluarga, bahkan Ryu juga tahu kalau Gabriel lebih rela menggunakan uang gajinya untuk mentraktir mereka setiap minggu.

Memang, tak ada yang tahu bahwa Ryu adalah bos besar dari sindikat Wabi Sabi, selama ini mereka lebih mengenal Gabriel sebagai orang kepercayaan bos besar yang selalu digambarkan sebagai sosok misterius dan ditakuti.

Tapi bukan itu alasan Gabriel rela menggunakan uang pribadinya untuk mentraktir anggota geng. Bahkan semua anggota geng tahu siapa bos besar mereka. Gabriel yang sejak kecil tumbuh dalam keluarga yang kacau dan selalu dikejar rentenir itu hanya ingin membesarkan orang-orang yang baik hati, meskipun pekerjaan mereka di kegelapan.

Dan satu-satunya alasan Gabriel juga Ryu membesarkan sindikat ini adalah untuk menjaga Nonna, juga untuk menemukan dalang dibalik pembunuhan kedua orangtua Ryu dan Nonna.

Ryu tak akan lupa momen dimana dia dan Nonna pulang dari study tour di Prancis dan mendapati rumah mereka hancur tak bersisa. Memang, orangtua Nonna dan Ryu adalah sahabat dan rumah mereka bahkan berdekatan. Sampai saat ini Ryu tak pernah tahu penyebab orangtua mereka meninggal puluhan tahun lalu.

Lamunan Ryu kembali saat Gabriel menepuk bahunya, menyampaikan kode bahwa Nonna sedang memanggilnya.

Baru akan melangkah menuju kamar, mata Ryu terbelalak melihat Nonna sudah berjalan keluar dari kamar dengan hanya mengenakan pakaian tidurnya yang tipis.

Melangkah terburu-buru, Ryu langsung memeluk Nonna agar Gabriel tak mengintip.

"Iel, udah kan urusannya, pulang gih," ucap Ryu masih memeluk erat Nonna, menenggelamkan tubuh mungil itu dalam pelukannya.

"Hadeh, iya ini mau pulang," jawab Gabriel sekenanya, paham maksud ucapan Ryu.

Setelah yakin mendengar pintu apartemen tertutup, Ryu melepas pelukannya tapi masih melingkarkan tangan di pinggang Nonna yang masih terlihat mengantuk.

"Kenapa kebangun?" tanya Ryu lembut.

"Iel kamu usir kenapa?" tanya Nonna tanpa menjawab pertanyaan Ryu.

"Udah selesai kok urusannya," jawab Ryu.

"Ooh. Iya aku kebangun karena aku enggak lihat ada kamu di kamar," jawab Nonna kemudian atas pertanyaan Ryu.

Tersenyum melihat ekspresi Nonna yang seperti anak kecil, Ryu langsung mengangkat tubuh Nonna dan menggendongnya kembali ke kamar.

Nonna yang merangkul leher Ryu kemudian mendekatkan bibir pada telinga Ryu.

"Sayang, mau didongengin lagi," kata Nonna.

Tersenyum mendengar permintaan sang kekasih, Ryu yang kini sudah membaringkan Nonna di ranjang mereka kemudian bertanya.

"Mau dongeng apa hari ini?" tanya Ryu.

"Little Prince lagi?" tanya Nonna ragu.

"Boleh sayang, mau setiap hari dibacain juga boleh," jawab Ryu seolah paham keraguan kekasihnya.

Melihat hembusan napas Nonna yang tenang, menandakan kekasihnya sudah terlelap, Ryu lantas menekan remote untuk mengatur suhu kamar menjadi hangat. Ryu tahu betul kekasihnya benci ruangan dingin, karena dulu Nonna pernah disekap hampir 24 jam di ruang lembab bawah tanah sebelum Ryu berhasil menemukannya.

Ryu mengecup kening dan punggung tangan Nonna dan kemudian berbisik 'I'll make sure no one hurt you again, I promise, I love you so much sayang."

Seolah mendengar suara Ryu dalam mimpinya, Nonna tersenyum dan mengeratkan pelukannya pada Ryu.

------------

Sementara itu di apartemen Joshua, pria itu masih berkutat di depan komputernya, mencari tahu tentang keluarga Leonor yang selama ini dicurigai Ryu sebagai dalang penyebab kematian keluarga Nonna dan Ryu. Tapi kenapa semua juga buntu. Ryu mengalihkan layar komputernya dan di sana terlihat foto-foto pernikahannya dulu dengan Nonna.

Hanya di ruangan ini Joshua bisa bebas meluapkan perasaannya pada Nonna. Menatap layar komputer dan bingkai foto di mejanya, Joshua tersenyum hangat.

"I miss you Non, I'm sorry I can't protect you," ucapnya sambil meneteskan air mata.

--------------

Sinar matahari mengusik mata Joshua yang membuatnya terbangun dan merasakan kebas di lengannya. Tapi senyumnya berubah cerah saat melihat wanita yang tidur di sampingnya.

Mengecup bibir Nonna, Joshua dengan lembut mengucapkan 'good morning Darl." Sementara Nonna yang masih merasakan kantuk, membalas dengan senyum dan mengeratkan pelukannya, 'good morning Shua."

"Just get some sleep, I'll prepare the breakfast," bisiknya dengan suara lembut.

"No, I'll help you," kata Nonna meskipun dengan suara malas.

Terkekeh mendengar suara Nonna dan melihatnya masih terpejam, Joshua kemudian menyingkirkan tangan Nonna yang memeluk erat pinggangnya.

"It's okay, stay here," ucap Joshua yang langsung mengecup kening istrinya itu dan membuatnya nyaman dalam pelukan selimut.

Namun saat Joshua sibuk menyiapkan sarapan, Nonna ternyata mendekatinya dan memeluknya dari belakang.

Tersenyum dengan ulah istrinya, Joshua kemudian mengangkat roti terakhir dari toaster dan meletakkannya di piring, dan tetap masih dengan Nonna yang bergelayut memeluknya.

"Come on Darl, we can't eat if you like this," ucap Joshua dengan suara lembutnya sambil terkekeh.

Setelah melepas pelukannya, kini giliran Joshua yang menarik Nonna untuk duduk dalam pangkuannya.

"Better right?" ucap Joshua yang kini berganti memeluk Nonna dari belakang.

"Remember Non, I'll always support you from behind, just like this," katanya sambil menyandarkan kepala di punggung Nonna.

Joshua kemudian menyingkirkan rambut panjang Nonna dan mencium lehernya lembut.

"I love you," bisiknya.

-----------------------

Joshua terbangun dari tidurnya, jejak air mata di pipinya kini terasa kering. Dia kembali meraba kalung dengan liontin cincin pernikahannya bersama Nonna yang sudah dilebur menjadi satu oleh Joshua saat mereka bercerai.

"Marry you is the best thing in my life, tho I've lost everything now, I miss you Non," ucap Joshua lirih dan menyandarkan kepala di meja kerjanya. Ternyata sejak semalam Joshua tertidur di meja ini setelah menangisi Nonna.

Part 2 The Eye

Pagi ini seperti biasa, tak ada aktivitas berarti di apartemen Ryu, selain Ryu yang menyiapkan sarapan untuk Nonna sambil tetap menjalankan meeting bersama anak buahnya di kantor.

Meskipun tangan dan otaknya sibuk, perhatian Ryu tetap fokus saat tahu Nonna yang sudah berdandan cantik berjalan mendekat.

Nonna menyapa lembut Ryu dengan meletakkan tangan di pinggang Ryu dan memberinya ciuman singkat yang dibalas Ryu. Bahkan meskipun sedang berbicara dengan direksi, Ryu akan langsung menghentikan pembicaraannya untuk merespons segala tindakan Nonna, baginya Nonna adalah segalanya. Semua kekayaan, jabatan apa pun miliknya hanya dicari dengan satu tujuan, kenyamanan dan keselamatan Nonna.

Setelah memberikan arahan terkait kasus pembobolan sebelumnya, Ryu menyudahi rapat paginya dan beralih menghubungi Joshua. Sementara Nonna yang duduk tenang di meja makan menikmati semangkok salad buatan Ryu masih merasa tak nyaman setelah ingatannya kembali dan menyadari siapa Joshua dalam hidupnya dulu.

Ryu yang menyadari hal itu kemudian mengenggam erat tangan Nonna.

"Shua, kamu jemput jam berapa? Soal pembobol kemarin, aku udah warning direksi dan ganti semua providernya, nanti kamu follow up lainnya dan kabarin aku kalau terjadi lagi. Tapi semoga enggak sih," ucap Ryu sambil melirik ke arah Nonna yang tampak tenang menyantap saladnya.

"Noted boss. Ini aku udah di basement, aku perlu ke atas atau kamu turun?" tanya Joshua dengan suara riangnya.

"Aku kebawah aja nanti sekalian antar Nonna ke salon kucing langganan dia," ucap Ryu.

Setelah menutup panggilan telepon, Ryu menatap Nonna.

"Are you really okay?" tanya Ryu.

"Sayang, kalau aku salah dengan mempertahankan Joshua di sisi aku, bilang aja, nanti aku akan cari posisi yang bagus buat dia di tempat lain," ucap Ryu.

Nonna terdiam dan akhirnya meletakkan sendoknya di dalam mangkok. Meraih tangan Ryu dan menatap kedua mata kekasihnya.

"Aku enggak apa-apa, memang aku terkejut saat ingatanku pulih dan mendengar banyak fakta dari Joshua, tapi itu enggak akan mengubah perasaanku ke kamu," kata Nonna.

"Dan aku tahu alasan kamu mempertahankan Joshua di sisi kamu karena apa, jadi I'm fine, totally fine, Ryu," lanjutnya.

"Please sayang, jangan panggil aku Ryu. Kalau kamu panggil gitu aku takut, kamu kayak lagi marahin aku," ucap Ryu yang tiba-tiba merajuk dan mengerucutkan bibirnya.

"Astaga, mulai. Padahal habis rapat direksi, udah keren, pakai dasi hitam, kemeja putih, udah keren, tiba-tiba balik ke setelan asli," canda Nonna.

"Cuma kamu, Joshua sama Gabriel yang tahu sayang, biarin sih," ucap Ryu masih merajuk.

"Tapi, do you mean it?" tanya Ryu kemudian beralih dengan nada serius dan tatapan serius.

"Yap. Aku sudah dewasa sayang, aku bukan anak 20 tahunan yang enggak paham perasaanku kemana perginya. Aku memang dulu cinta sama Joshua, tapi itu karena aku tersesat," kata Nonna.

"Dan kamu tersesat karena tingkahku," ucap Ryu dengan suara lirih dan menundukkan kepala.

"Bukan karena kamu, tapi karena kita sama-sama bodoh. Kita sama-sama enggak mau ngerusak persahabatan karena cinta, tapi akhirnya kita melukai Joshua," kata Nonna dengan penuh sesal.

"Tapi, kamu benar-benar enggak pernah benar-benar jatuh cinta sama Joshua?" tanya Ryu penasaran.

Mendengar pertanyaan spontan dari Ryu membuat Nonna terdiam.

"I know it. I wont listen your answer," kata Ryu langsung beranjak pergi meninggalkan Nonna yang masih bertarung dengan hati dan pikirannya sendiri.

"I'll wait you in 10 minutes, we should go," kata Ryu lagi dengan nada tegas.

Dari dalam mobil, Joshua bisa melihat bagaimana Ryu dan Nonna berjalan berdampingan.

"Mereka memang ditakdirkan untuk bersama," ucapnya lirih sebelum akhirnya keluar dari mobil dan menyambut mereka dengan tawa ceria khasnya.

Ryu yang melihat Joshua kemudian menepuk bahunya.

"Kita ke petshop dulu ya nganterin Nonna. Habis itu kita baru ke tempat meeting," kata Ryu.

"Nonna dibawa?" tanya Joshua memastikan.

"Iya, enggak apa-apa, penjagaan di restoran itu ketat dan itu tempat private jadi aman. Tapi selain itu, ada kamu dan anak-anaknya Gabriel ngawasin dari jauh seperti biasa," ucap Ryu ringan.

"Lagian di sana ada akuarium besar yang sudah lama Nonna pengin lihat. Nanti kamu temani dia ya Josh," kata Ryu lagi.

"Oke lah," kata Joshua sambil menyalakan mobil dan meninggalkan apartemen Ryu.

Nonna yang duduk di samping Ryu hanya melirik sambil membelai lembut kucingnya. "Ryu terlihat masih kesal," ucap Nonna dalam hati.

Di dalam mobil, Joshua menyadari ada yang berbeda dengan sikap Ryu pada Nonna. Itu terlihat jelas karena keduanya biasa terlihat lengket dimanapun berada. Tapi Joshua memilih diam.

Saat mereka tiba di halaman parkir, Ryu segera membuka pintu dan berbicara pada Nonna.

"Sayang, aku duluan ya, kamu nanti ke atas sama Joshua," kata Ryu dengan nada datar membuat Nonna sadar bahwa kekasihnya itu masih kesal.

"Ta...pi...," ucap Nonna yang tak selesai karena Ryu secepat kilat mencium bibirnya dan kemudian menutup mobil.

Mengamati tingkah laku Ryu, hanya satu hal yang pasti, sahabatnya itu pasti sedang cemburu. 'Tapi kenapa?" otak Joshua mencoba menerka dan membuatnya hanya bisa memicingkan mata. Fokusnya kini teralihkan saat melihat Nonna di belakang sibuk bergerak hingga membuat mobil mereka ikut sedikit terguncang.

"Cari apa Non?" tanya Joshua.

"Kalung si Miu kok enggak ada? Ih itu kan baru banget dateng setelah PO 2 bulan dari Korea," kata Nonna sambil mengerucutkan bibir dan menatap kucingnya seolah sedang memarahi.

Gemas melihat tingkah mantan istrinya itu, Joshua kemudian bergerak membuka pintu dan keluar dan kemudian menekan tombol untuk membuka pintu mobil belakang.

"Sebentar aku cariin ya," ucapnya dengan lembut sambil menyalakan lampu dari ponsel.

Nonna dengan mata bulatnya menatap Joshua lembut dan mengangguk.

"Ada nih di kolong, mungkin tadi dia banyak ger...ak," ucapan Joshua terbata saat akan mengangkat kepala, pandangannya tak sengaja melihat betis Nonna. Betis yang bertahun-tahun lalu membuat jantung Joshua berdebar saat pertama kali melihatnya di panti asuhan. Saat dimana Nonna sedang mencuci kaki usai bermain dengan Ryu. Dan debaran itu masih sama.

Joshua menggelengkan kepala, mencoba menggali lagi kesadarannya sebelum kemudian mengangkat kepala dan menatap Nonna.

"Joshua, kenapa merah pipi kamu?" tanya Nonna sambil menerima uluran kalung dari tangan Joshua.

"Ahh, mungkin kebanyakan nunduk tadi," jawab Joshua mencoba menetralkan nada bicaranya.

"Ohhh," kata Nonna sambil menatap kucingnya yang sudah terlihat cantik dengan kalung dari merek ternama itu.

"Shua ayok ke atas," kata Nonna kemudian kembali membuyarkan lamunan Joshua yang ternyata diam-diam menatap Nonna.

"Hemm," ucap Joshua sambil menarik diri keluar dari mobil.

Keduanya berjalan berdampingan, dan entah kenapa kali ini jantung Joshua kembali berdebar kencang seperti dulu. Namun hal itu tak menurunkan kewaspadaan Joshua yang segera menyadari ada seseorang yang sedang mengintai mereka.

Meletakkan tangannya di pinggang Nonna hingga membuat Nonna terkejut, Joshua mengisyaratkan untuk mempercepat jalan dan Nonna langsung memahami maksud itu.

"Iel, aku curiga ada yang lagi ngawasin Nonna," tulis Joshua cepat setelah mereka ada di dalam lift yang terhubung langsung dari parkiran menuju lantai paling atas gedung itu.

"Ada anak buah disana Josh, Ryu sudah memperhitungkan semua. Tapi kamu tenang aja, aku akan nyusul kesana," balas Gabriel.

"Kamu pastiin aja Nonna aman," tulis Gabriel lagi.

Setelah sampai di lantai 33, Joshua melirik sekitar dan sadar bahwa ada beberapa anak buah Gabrial dan Ryu di sana yang menyamar. Hatinya sedikit tenang, terlebih tempat ini tak bisa diakses sembarangan orang.

Sementara Nonna yang tak tahu ketegangan di pikiran Joshua, langsung berlari melihat aquarium baru di sana. Pelayan yang sudah mengenali Nonna hanya membungkukkan tubuhnya sebagai salam.

"Shua, is she okay?" pesan dari Ryu muncul di layar ponsel Joshua.

"She's fine and happy," tulis Joshua saat melirik ke arah Nonna. Tanpa disadari sebuah senyum mengembang di bibir Joshua melihat Nonna bahagia.

"Asal kamu bahagia, aku cukup Non," kata Joshua dalam pikirannya.

"Tell her, I'll be right there in 20 minutes," tulis Ryu lagi dan hanya dibaca oleh Joshua.

Mata Joshua langsung membelalak melihat Nonna jatuh terduduk sambil memegang kepalanya.

"Non kamu kenapa? Lihat aku, Nonna!!" bentak Joshua kemudian karena Nonna terlihat panik, ini bukan pertama kali serangan panik dialami Nonna, tapi kali ini apa pemicunya. Joshua melihat sekeliling dan ternyata di sana ada seutas tali tambang yang sebenarnya baru dipasang sebagai hiasan untuk aquarium yang baru. Ekspresinya mengeras dan memberi isyarat pada anak buah Gabriel untuk membuang tali tersebut. Sementara karyawan restoran yang baru tentu tidak tahu bahwa ada benda-benda yang seharusnya tak ada di sana. Restoran ini sebenarnya juga masih milik Ryu karena ada di anak perusahaan miliknya, sehingga semua benda yang ada di dalamnya sesuai instruksi Ryu.

"Nonna, denger aku, sebutin 5 benda di sekitar kamu," kata Joshua sambil memegang erat lengan Nonna.

"Ikan, kursi, vas bunga, kunci, air," kata Nonna terbata.

"Coba sebutin 4 benda yang kamu sentuh," ucap Joshua dengan suara lembut. "Enggak tahu Josh, enggak tahu," kata Nonna dan Joshua mencoba kembali "Nonna, kamu bisa denger suara apa aja? Please darl, try," ucap Joshua memohon.

Tubuh Nonna gemetar tapi tatapan Joshua membuat Nonna akhirnya perlahan dan lirih menyebut suara yang bisa didengarnya. Sambil mengusap tangan Nonna, Joshua berusaha menenangkannya.

Saat Nonna sudah lebih tenang, Joshua mengangkat tubuh Nonna dan mendudukkannya di salah satu sofa nyaman di ruang vip restoran itu. Joshua mengirimkan pesan pada Ryu.

"Ryu, can't you come here now?" tanya Joshua dalam pesan yang dikirimkannya.

Ryu yang membaca pesan itu tak membalas dan segera menyudahi rapatnya lebih cepat lima menit dari seharusnya. Langkah kakinya terburu-buru, dia tahu pasti apa arti dari pesan Joshua.

Napasnya terengah saat membuka pintu VIP di restoran itu.

"Kenapa dia tiba-tiba kambuh Josh?" tanya Ryu sambil menatap Nonna yang kini tenang dan tidur meringkuk di sofa.

"Tadi dia lihat ada tali tambang di aquarium yang baru. Tapi kamu jangan marah dulu Ryu, mungkin karyawan baru enggak tahu aturan dari kamu, Nonna juga pasti enggak suka kalau kamu semena-mena mecat orang," pesan Joshua lembut.

"Oke, but I'll give warning to them," kata Ryu.

"Ya, do what you wanna do," kata Joshua kemudian.

"But anyway, why Gabriel suddenly come here? Dia enggak biasanya datang sendiri kalau cuma acara makan di sini," ujar Ryu penasaran karena tadi sempat melihat Gabriel menuju restoran itu. Namun karena tergesa-gesa, Ryu meninggalkan Gabriel.

"Can we talk outside?" ucap Joshua.

Setelah membelai lembut rambut Nonna dan menciumnya, Ryu mengikuti Joshua berjalan keluar.

Joshua kemudian menjelaskan apa yang dilihatnya tadi di parkiran mobil. Mendengarnya membuat ekspresi Ryu mengeras. Gabriel yang juga ada di sana kemudian memberikan rekaman cctv tentang bukti kecurigaan Joshua yang ternyata tak main-main.

"Aku udah cek plat nomor mobilnya dan itu enggak tercatat resmi," ucap Gabriel menjelaskan.

"Iel, aku tahu ya kamu pinter segala hal, tapi ini kenapa hampir 10 tahun kita enggak bisa ngebuka topeng Leonor?" kata Ryu geram.

"Kamu tahu Ryu, pasti ada kekuatan lebih besar dari kita yang melindungi Leonor, kita bahkan enggak tahu kabar anak bungsunya yang dulu bermain sama kalian kan," kata Gabriel.

"Sh*t, that man who rape Nonna, I'll crush him into pieces if I find him," ujar Ryu sambil mengeratkan genggamannya hingga terlihat merah.

"Kalian pulang lewat pintu rahasia aja seperti biasa, nanti biar aku sama anak-anak yang berjaga, sudah ada mobil lain yang aku atur tadi, nanti mobil kamu aku anter," ujar Gabriel yang sudah siap dengan skenarionya.

"Thanks Iel. Josh, let's go back," kata Ryu saat melihat Joshua yang diam selama mereka berbicara tadi.

----------------------------------

Pikiran Joshua kini tak tenang, dan disaat seperti ini, melajukan mobil balapnya di sirkuit adalah cara yang selalu dipilihnya. Gabriel yang sejak tadi menemani Joshua hanya menatap dari bangku penonton.

Meskipun mereka baru mengenal setelah sama-sama bekerja untuk Ryu, tapi Gabriel juga teman yang baik bagi Joshua. Setelah mengantar pulang Ryu dan Nonna tadi, Joshua menghubungi Gabriel dan mengajaknya datang ke sirkuit, hanya untuk berjaga seandainya dia terlalu berlebihan di sirkuit. Dan memang ini sudah waktunya Gabriel bertindak.

Setelah duduk tenang sambil terus memantau jam di tangannya, sudah dua jam sejak terakhir kali Joshua di sirkuit dengan mobilnya. Memberikan kode pada anak buahnya untuk menghentikan Joshua, Gabriel terkejut saat melihat Joshua tak peduli dengan tanda yang diberikan dan terus melajukan mobilnya. Sampai akhirnya Gabriel terpaksa turun ke sirkuit dan berdiri di tengah-tengah. Joshua yang melihat itu dari kejauhan segera menginjak rem yang membuat mebilnya berputar sebelum akhirnya berhenti tepat di belakang Gabriel.

Gabriel berjalan cepat ke arah mobil Joshua dan membuka pintunya. Dengan emosi menarik tubuhnya keluar, Joshua yang masih memakai helm hanya pasrah ketika Gabriel mendorong tubuhnya.

"Are you out of mind?" bentak Gabriel.

Joshua hanya diam dan kini membuka helmnya. Gabriel diam saat melihat mata sembab Joshua, jelas pria itu baru saja menangis.

"Ah sh*t, again?" ucap Gabriel.

Gabriel berjalan mendekat dan memeluk Joshua.

"I don't know how it feels, and I don't know how to help you Shua," kata Gabriel menepuk punggung Joshua.

"It hurts, I miss her so much, I wanna hug her, kiss her," kata Joshua merintih seolah bukan tubuhnya yang sakit saat ini karena hantaman mobil tadi, melainkan hatinya

Saat tahu Joshua adalah mantan suami Nonna, Gabriel adalah orang pertama yang menentang keinginan Ryu untuk mempertahankan Joshua di sisinya. Tapi Gabriel juga tak bisa menentang Ryu karena bagaimanapun alasannya masuk akal saat ingin melindungi nyawa Joshua. Gabriel tahu meskipun dalam marah dan kecewanya, Ryu sangat menyayangi Joshua.

Meskipun Joshua bukan target utama, tapi Ryu tak ingin mengambil risiko, karena bagaimana pun Joshua dulu termasuk orang yang dekat dengan Nonna. Ryu tak akan membiarkan celah sedikit pun untuk orang bisa mengorek informasi atau memanfaatkan itu.

"Let's go," ajak Gabriel kemudian.

Sementara di apartemen Ryu, Ryu kini sedang berada di dapur dan memasak makan malam untuk Nonna. Perasaan cemas kembali bergelayut dalam pikirannya. Bagi Ryu, Nonna adalah dunianya, dan setiap kali melihat Nonna seperti tadi, hati Ryu terasa sakit. Namun kerasnya kehidupan yang dijalani Ryu membuatnya sulit untuk meluapkan perasaan sendiri. Kini dia berdiri di depan kompor dalam pikirannya yang kacau.

Kesadarannya seolah dihentak kembali saat merasa sesosok kecil tubuh memeluknya dari belakang. Senyum di wajahnya perlahan mengembang. Tangan kanannya membelai lembut tangan Nonna.

"Sayang, kamu bangun?" tanya Ryu dan berusaha berbalik tapi kemudian Nonna mengeratkan pelukannya.

"Kenapa?" tanya Ryu kemudian, akhirnya masih dalam posisi yang sama.

"Aku buat masalah lagi kan buat Ryu," ucap Nonna.

"Aku enggak masalah sayang, kamu mau buat masalah kayak apa, dimana, berapa kali, aku akan selesaiin semuanya. Tapi setiap kali anxietymu muncul, aku...," kata Ryu terhenti.

"I know. That's why I say I'm sorry," ujar Nonna lagi dan kali ini menempelkan wajah pada punggung Ryu.

"No, don't say sorry. Enggak ada boleh keluar kata maaf dari mulut kamu sayang. Aku yang enggak bisa jagain kamu," kata Ryu yang akhirnya berbalik dan mengusap butiran air mata yang mengalir dari ujung mata Nonna.

Mengangkat dagu Nonna, Ryu kemudian mencium bibir kekasihnya itu dalam.

"Oh iya sayang, malam ini aku undang Joshua sama Gabriel makan di sini, is it okay for you? Tadi kalau bukan karena Joshua bantuin kamu waktu anxiety kamu muncul, kondisi kamu bisa lebih buruk," kata Ryu.

Mendengar ucapan Ryu, ingatan Nonna langsung kembali di momen dia mendengar Joshua memanggilnya 'Darl,' panggilan yang dulu digunakan Joshua saat mereka masih menikah.

"Sayang, is it okay?" tanya Ryu.

"Ya, sure. I know that you've called them right, ucap Nonna dan baru saja dia menutup mulut, bunyi akses pintu dibuka terdengar di telinganya.

"See?" ucap Nonna lagi menggoda Ryu yang disambut senyum lebar Ryu. Ryu menarik tubuh Nonna kedalam pelukannya dan menciumi wajahnya.

Gabriel yang masuk lebih dulu melihat adegan itu dan langsung berdeham sebelum kemudian melirik ke arah Joshua. Untung saat itu Joshua baru masuk dan melepas sepatu untuk diganti dengan sandal rumah.

Ryu dan Nonna saling melepaskan diri dan menyambut kedatangan mereka.

"Jadi makan malam kita apa?" tanya Gabriel mencoba mencairkan suasana.

"Aku lagi pesen masakan Manado kesukaan Joshua, bentar lagi juga dateng," kata Ryu sambil berjalan ke arah kulkas wine di belakangnya. Sementara Nonna tampak menyusun meja makan dan mengatur posisi peralatan makan.

Joshua yang berdiri tak jauh dari sana, dengan perasaan yang masih tak tentu arah itu terus menatap ke arah Nonna. Gabriel yang menyadari itu langsung melingkarkan tangan di leher Joshua dan menariknya untuk duduk di sofa depan tv.

"Are you wanna go home?" kata Gabriel menawarkan. Namun Joshua menjawab sambil tersenyum,"No, it's okay, Ryu udah pesen makanan."

"Persetan dengan makanan, yang aku tanya perasaan kamu, jangan bodoh banget jadi orang," bisik Gabriel.

"I'm okay," kata Joshua masih dengan senyum hangatnya yang justru membuat Gabriel merasakan pilu di hatinya.

"Jesus Christ, terserah lah," kata Gabriel kesal yang justru membuat tawa muncul dari Joshua karena melihat temannya frustasi.

"Kalian ngomongin apa?" tanya Ryu.

"Ra.ha.si.a," jawab Gabriel menggoda dan segera berdiri saat mendengar bel berbunyi, karena dia yakin pasti ini makanan yang datang.

Tapi dugaan Gabriel salah, bukan makanan yang datang, melainkan sebuah kotak yang ditinggalkan di depan pintu, saat membuka isinya, hanya foto Nonna dengan coretan da**h. Gabriel sigap berlari mengejar ke arah lift, dan hanya melihat angka terus berjalan ke bawah. Tak mau menyia-nyiakan waktu, Gabriel menghubungi anak buahnya yang memang selalu berjaga di apartemen Ryu.

"Kalian ke lift utara, pokoknya hentikan siapa pun yang turun dari lift utara, cepat!" kata Gabriel dari telepon sambil berlari menuruni tangga darurat.

Sementara Joshua yang menyadari Gabriel tak juga kembali, akhirnya pergi ke arah depan tapi ternyata dia hanya menemukan kotak berisi foto Nonna. Joshua segera menyembunyikan itu dari Ryu dan Nonna, Joshua berjalan keluar dan mencari tempat sampah.

Di bawah, Gabriel menjumpai tiga anak buahnya yang sudah menghentikan beberapa orang keluar dari lift utara.

Tapi mereka semua adalah seorang anak kecil dan dua wanita. Gabriel yakin bukan mereka, karena tadi sepintas sosok yang dilihatnya adalah pria bertubuh ramping, bukan anak-anak.

"Ah sh*t, kalian cek cctv sekarang, kalian yakin enggak ada yang lewat selain mereka?" tanyanya dengan suara keras.

"Yakin bos, kita tadi duduk di lobi waktu bos telepon. Jadi seharusnya enggak ada yang lewat dari pengawasan kami, di parkiran dan basement juga ada anak-anak lain," ujar salah satu anak buah Gabriel.

Setelah melihat rekaman cctv di depan pintu apartemen Ryu hingga lift dan lobi, Gabriel tak menemukan sosok tersebut selain gambaran fisiknya. Tubuhnya tertutup rapat dengan jaket dan topi. Tapi saat memencet tombol lift dan mengambil ponsel, Gabriel yakin bahwa orang itu bertangan kidal.

Gabriel sungguh tak paham bagaimana orang itu bisa menghilang begitu cepat tanpa terekam kamera cctv.

Saat kembali ke atas, Gabriel disambut tatapan Joshua yang masih berdiri di depan apartemen Ryu. Sadar bahwa Joshua menanti hasilnya, Gabriel hanya menggelengkan kepala. Keduanya kemudian bersamaan masuk ke dalam apartemen Ryu.

"Kalian darimana? Curiga lama-lama lihat kalian berduaan," seloroh Ryu.

Meninju bahu Ryu, Gabriel berkata 'Heh, gue masih cinta ya sama Lova."

"Halah, cinta, cinta, diselingkuhin kok masih cinta," ujar Ryu menggoda lagi.

"Dasar cowok gamon," ucapnya.

"Udah, udah, kalian ini kalau sehari enggak saling ledek kenapa sih, emang udah bagus kalau Gabriel jarang ke sini, kalau ke sini ada aja," kata Nonna.

Joshua yang diam di depan tv tersenyum mendengar suara Nonna yang terdengar baik-baik saja.

Saat bel apartemen berbunyi lagi, Gabriel dan Joshua saling berpandangan. Nonna yang awalnya akan membuka pintu segera dicegah Gabriel. Ryu akhirnya curiga dengan tingkah Gabriel dan Joshua, namun memilih diam untuk saat ini.

Dan benar kali ini adalah makanan yang dipesan Ryu akhirnya datang.

"Let's eat guys," kata Gabriel dengan ceria dan mengangkat bungkusan besar makanan.












Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)