Cerpen
Disukai
0
Dilihat
5,994
His Humor Vitreous
Drama

"Jangan sampai ada yang terlihat, bos sebentar lagi sampai di lobi," kata seorang bodyguard memberikan perintah melalui alat komunikasinya.

Alexander Ryu, bos mafia sekaligus pemilik perusahaan kuliner ternama di kota Ville ini memang tak menyukai ada banyak orang di sekitarnya setiap kali datang ke kantor. Terlebih jika dia datang bersama sang kekasih.

Sebenarnya Ryu tak pernah keberatan jika ada orang terlihat, hanya saja Ryu tahu bahwa kekasihnya selalu panik setiap melihat ada terlalu banyak orang dalam jangkauan penglihatannya. Ryu hanya ingin membuat kekasihnya nyaman, lagipula mereka juga tidak setiap hari datang ke kantor. Ya, mereka hanya datang dalam hitungan jari untuk satu tahun, selebihnya, Ryu lebih memilih mengatur bisnisnya ini dari jarak jauh dan mempercayakannya pada satu orang.

Ryu tampak keluar dari mobil, diikuti sang kekasih yang keluar setelahnya. Tangan Ryu spontan menjaga kepala sang kekasih tak terbentur bagian atas mobil.

Dia juga mengulurkan tangan untuk menggandeng sang kekasih yang sudah tersenyum lebar dengan ceria.

Saat orang melihat keduanya, tak akan ada yang percaya bahwa mereka sudah hampir 10 tahun bersama. Keduanya masih sama-sama mesra meskipun dengan cara yang bertolak belakang. Tak banyak yang tahu dibalik sisi cerianya, sosok yang berlabel sebagai kekasih Ryu itu sebenarnya menderita anxiety yang cukup parah, sementara Ryu, meskipun memasang ekspresi dingin, dia sebenarnya adalah sosok kekasih dan atasan yang hangat. Semua karyawan Ryu tahu betul sebaik apa hati bos mereka itu, walaupun memang dibungkus dengan ekspresi galak dan tegas. Itu sebabnya, karyawan Ryu bisa dibilang cukup setia padanya dan tak pernah ada isu negatif tentangnya.

Hanya satu yang mereka tak tahu, bahwa sebenarnya Ryu adalah sosok mafia besar yang namanya selama ini ditakuti masyarakat namun tak pernah terlihat secara nyata fisiknya.

Balancing

Keduanya berjalan menuju ruangan di kantor Ryu. Ryu menatap kekasihnya, dan meskipun tanpa kata, sang kekasih paham maksud Ryu. Sosok berambut pendek dengan warna biru itu duduk di sofa yang ada di sudut ruang Ryu.

Joshua, seorang karyawan yang juga orang kepercayaan Ryu datang dan bicara pada Ryu. Tak lama kemudian, Ryu menatap ke arah kekasihnya yang terlihat sibuk bermain ikan yang ada di ruangannya.

"Non," kata Ryu dengan suara lembutnya sambil membelai rambut sang kekasih.

Sosok bernama Rafaella Nonna itu menoleh ke arah suara sang kekasih.

"Hemm..," ujarnya lirih.

"Aku rapat di ruang sebelah ya, aku enggak mau ganggu kamu. Sebentar aja ya sayang," kata Ryu lembut.

Nonna hanya mengangguk. Saat melihat Ryu membalikkan tubuhnya, tangan Nonna cepat meraih tangan Ryu dan membuat langkah kaki Ryu terhenti. Ryu berbalik dan menatap sang kekasih.

"Sebentar aja sayang, enggak akan ada yang ganggu kamu di sini, karyawanku udah paham kok," ujarnya menenangkan.

"Bukan ih," kata Nonna sambil mengerucutkan bibir mungilnya.

Terkekeh melihat tingkah sang kekasih, Ryu memerintahkan Joshua yang sejak tadi masih berdiri di sana untuk keluar dari ruangannya.

"Josh udah keluar, sayang mau apa?" tanya Ryu yang kemudian menarik tubuh sang kekasih dalam pelukannya.

"Tadi waktu turun dari mobil, di lobi aku lihat anak kecil bawa gulali bentuk kepala beruang. Aku juga mau, tadi mau aku rebut punya anak itu, tapi kamu pegang tangan aku erat," keluhnya.

"Kamu tahu kan alasanku pegang erat tangan kamu. Dan soal anak itu, tapi kamu enggak apa-apa kan tadi ada anak kecil? Kayaknya dia tamu, jadi enggak tahu aturan di kantor ini kalau aku datang sama kamu," jelas Ryu.

"Enggak apa-apa sayang, kan cuma satu anak kecil, aku enggak akan kena serangan panik. Aku juga udah rajin terapi, I feel better each day sayang, kamu tenang aja," kata Nonna.

"Sebenernya enggak perlu sampai kamu usir karyawanmu dari lobi setiap kali kita ke kantor," ucapnya lagi.

"Enggak sayang, aku enggak mau lihat kamu kayak dulu waktu anxiety attack kamu muncul. Aku enggak bisa sayang lihat kamu menderita kayak gitu," kata Ryu.

"Sayang, maaf ya. Aku cuma bisa nyusahin kamu. Andai aja dulu ayahku enggak nitipin aku ke ayah kamu, kamu enggak perlu repot jagain aku," kata Nonna.

"Hus, enggak boleh gitu, kita ini sama-sama enggak punya orangtua loh. Kita cuma bisa mengandalkan satu sama lain sejak kamu masih segini," ujar Ryu sambil mengisyaratkan ukuran mini Nonna dengan mempertemukan ibu jari dan jari telunjuk.

"Heh, enggak ya, aku enggak sekecil itu," sanggah Nonna kesal.

"Iya, iya enggak kecil. Udah sekarang jadi mau gulali beneran?" tanya Ryu mencoba merayu kekasihnya.

"Mau," jawab Nonna.

"Ya udah, aku minta beliin karyawanku, nanti kalau dia antar ke sini kamu enggak apa-apa? Atau mau aku yang antar?" tanya Ryu.

"Karyawan kamu aja, kamu kan rapat. Aku enggak apa-apa kalau cuma lihat satu orang," kata Nonna.

"Udah sana hus hus, kerja, biar dapat uang yang banyak. Pacar kamu ini suka jajan soalnya," lanjutnya.

Ryu tertawa melihat tingkah kekasihnya. Mencium tangannya kemudian Ryu beranjak meninggalkan Nonna di ruangannya.

Ruangan kantor Ryu benar-benar dirancang hanya untuk membuat Nonna nyaman. Ryu bahkan tak peduli jika ruangannya itu terkesan seperti kamar anak kecil dengan warna pastel, sofa berbentuk maccaron, belum lagi mesin capit di salah satu sudut yang sempurna membuat ruangan kantor Ryu lebih mirip kamar bermain.

Itu juga alasan Ryu memiliki ruangan lain yang biasa digunakan untuk rapat dan bertemu tamu lainnya. Karena ruangan itu memang khusus hanya bisa dimasuki Ryu, Nonna dan dua orang kepercayaan Ryu, Joshua dan Gabriel.

Di sisi lain, Ryu yang sedang rapat bersama karyawannya karena adanya pembobolan di sistem mereka, dengan cepat menyelesaikan persoalan itu, tapi mereka belum menemukan pelaku di balik pembobolan website mereka yang mempengaruhi transaksi selama beberapa jam sebelumnya.

"Josh, kamu selesaiin sisanya ya, cepet kasih tahu aku kalau udah ketemu IP yang masukin virus ke sistem kita. Aku juga masih pantau sistem kita buat jaga-jaga," ujar Ryu dengan ekspresi serius.

"Take it easy boss, before midnight I'll catch it. So...how 'bout Nonna?" kata Joshua.

Tersenyum singkat, Ryu menatap Joshua. "Kenapa?"

"Kamu khawatir dengan kondisi mantan istri kamu?" tanya Ryu dengan tatapan sinis.

Joshua terdiam, dalam hati kecilnya dia tak bisa banyak membantah ucapan Ryu. Memang, setelah semua yang pernah dilewati bersama Nonna, insiden penculikan yang membuat Nonna trauma dan melupakan sebagian memori mereka. Hingga Ryu yang memaksa Joshua menceraikan Nonna. Joshua sebagai suami saat itu hanya bisa diam dan menyalahkan dirinya sendiri yang merasa tak becus menjaga Nonna.

*flashback

Persahabatan mereka bertiga yang terjalin sejak remaja, membuat Ryu yang sudah berteman dan menyimpan rasa pada Nonna merasa cemburu, terlebih saat Nonna memutuskan menikah dengan Joshua. Disaat Ryu berusaha menerima pernikahan Nonna dan berusaha menjaga jarak dari mereka, justru Joshua datang dan meminta bantuannya untuk menemukan keberadaan Nonna yang tiba-tiba hilang diculik.

"Ryu tolong aku, aku tahu aku udah nyakitin kamu karena ngerebut Nonna dari kamu, tapi tolong aku, aku enggak tahu lagi kemana cari Nonna, dia diculik waktu kita lagi piknik di hutan tadi. Aku takut dia kenapa-kenapa, Ryu...," kata Joshua dengan suara memohon.

Ryu mendidih saat mendengar wanita yang dicintainya sejak lama tak bisa dijaga dengan baik oleh Joshua. Menyalahkan Joshua dengan berbagai pemikiran negatifnya.

"Kamu enggak becus jaga dia. Aku udah percayain dia ke kamu, aku udah bilang berulang kali, kondisi keluarga dia dan keluargaku enggak bisa dipandang remeh," ujar Ryu dengan nada kesal.

"Kamu tahu apa yang terjadi dengan orangtuanya, orangtuaku, mereka punya musuh yang bahkan sampai sekarang aku enggak tahu sosoknya," lanjut Ryu.

"Itu alasan kenapa aku selalu sembunyiin identitas Nonna, itu alasan kenapa aku buat komplotan mafia ini sebegitu besar, semua demi Nonna. Dan kamu, cih," kata Ryu.

"Bodoh Nonna, percaya rayuan manis mulut kamu yang baru dikenalnya beberapa bulan," ucap Ryu kesal.

Joshua dalam hati mengutuk berulang kali dirinya sendiri yang tak mendengar nasihat Ryu, memandang remeh masalah keluarga Nonna dan Ryu yang ternyata serumit itu. Joshua berpikir cinta saja cukup untuk melindungi Nonna. Sampai kejadian beberapa jam lalu saat Nonna yang sedang asik membakar daging di belakangnya tak menjawab pertanyaannya.

"Ryu..., aku akan lakuin apa pun mau kamu, asal temukan Nonna, aku mohon. Aku enggak sanggup lihat dia kenapa-kenapa," kata Joshua sambil meraih tangan Ryu dan menjatuhkan lututnya di depan sahabatnya sendiri.

"Aku rela lakuin apa pun mau kamu Ryu," kata Joshua sambil meneteskan air mata.

"Ceraikan Nonna, biar dia bersamaku," kata Ryu dengan nada dingin. Ryu sebenarnya dalam hati tahu bahwa Joshua sangat mencintai Nonna, tapi Joshua terlalu sembrono dalam bersikap, Joshua terlalu polos dan baik untuk dunia mereka yang gelap dan kejam.

Meskipun sebenarnya tak sampai hati berkata demikian, Ryu hanya ingin melindungi keduanya. Menjaga mereka tetap di sisinya tanpa membuat mereka terluka.

Jauh dalam hati Ryu, dia berharap Joshua menolak tawarannya, karena dia juga tahu saat itu Nonna begitu mencintai Joshua. Nonna selama ini hanya menganggap Ryu sebagai kakak, kakak yang bisa selalu diandalkan, kakak yang akan selalu mencintai tanpa minta balasan.

"Oke, I'll sign the paper right now," kata Joshua singkat, tak ada keraguan dalam nada bicaranya. Mendengar hal itu Ryu marah dalam hati, kecewa, semua perasaan bercampur, berpikir apakah semudah itu Joshua menyerahkan Nonna?

"Fine, I'll find her, but keep your promise," ujar Ryu.

*flashback end

"Ryu...," kata Joshua menggantung kalimatnya.

"Dia masih sama Josh, dan aku berharap dia seperti ini saja, tetap di ingatan terakhirnya saat pertama kenal kamu, saat aku masih menjadi pusat dunianya," kata Ryu sambil menatap jauh keluar dari jendela di ruangan tersebut.

"Josh, maaf kalau aku terkesan jahat, membuat kamu bertahan di sini, melihat Nonna begitu mencintaiku dan benar-benar lupa statusnya dulu dengan kamu, aku tahu kamu masih mencintai Nonna. Aku enggak buta Josh," lanjut Ryu.

"Ryu, aku enggak berniat merebut Nonna dari sisi kamu," kata Joshua.

"Bahkan tanpa kamu minta, aku akan tetap ada di sini hanya sebagai sahabat kalian, seperti yang terakhir kali diingat Nonna. Semua demi kebaikan Nonna, cuma kamu yang bisa melindunginya," ujarnya sambil menepuk bahu Ryu dan kemudian beranjak meninggalkan Ryu di ruangannya sendiri.

(Ryu, aku tahu sebesar apa kamu mencintai Nonna, dan sejujurnya, mungkin dulu aku egois karena meskipun aku tahu Nonna mencintai kamu, tapi disaat dia belum menyadari perasaannya, aku membuatnya memilihku. Itu karena aku tahu kamu dulu memendam perasaan untuk Nonna karena takut kehilangan dia, maafin aku Ryu)

Ryu berjalan menuju ruang kantor tempat dimana Nonna berada. Berhati-hati membuka pintu, Ryu tahu sang kekasih mudah terkejut dengan suara kencang karena traumanya. Bahkan selama ini Ryu selalu berbicara lembut padanya.

Tak melihat Nonna di ruangan, Ryu perlahan berjalan ke arah sebuah lukisan, menyentuh lukisan yang sebenarnya merupakan layar sentuh. Benar dugaannya, Nonna sedang tertidur disana, memeluk boneka beruang kesayanganny.

Boneka usang yang merupakan hadiah dari Ryu saat Nonna berumur 13 tahun. Saat dimana Ryu mulai menyadari rasa cintanya pada Nonna. Berjalan perlahan, Ryu mendekat Nonna yang sedang tertidur pulas.

Ryu hanya memandang wajah kekasihnya tanpa melakukan apa pun. Ryu memilih untuk berbaring di sisi Nonna dan memposisikan dirinya berbaring kesamping untuk bisa menatap Nonna yang tidur seperti seorang putri dalam dongeng. Begitu tenang napasnya, memeluk boneka beruang di dadanya.

Menggunakan satu tangan untuk menumpu kepalanya, Ryu menatap setiap inci wajah Nonna, mengaguminya dalam diam. Sampai akhirnya Nonna terbangun dengan sendirinya.

Menyadari keberadaan Ryu di sisinya, Nonna langsung mendekatkan tubuh dan memeluk Ryu. Menempatkan boneka beruang diantara pelukan mereka. Ryu pun mengulurkan tangannya untuk menjadi bantalan kepala Nonna.

"Nyenyak tidurnya?" tanya Ryu lembut sambil membelai rambut pendek Nonna.

"Heemmm," jawab Nonna sambil mengeratkan pelukannya, menenggelamkan dirinya ke dada Ryu.

"Ya udah, kamu tidur aja lagi, kita bisa pulang kapan aja," kata Ryu lembut.

"Give me 10 minutes," kata Nonna sambil kali ini menengadahkan kepalanya untuk menatap Ryu.

"Yes princess," jawab Ryu.

Keduanya begitu tenang, tak ada suara dalam kamar rahasia dengan desain industrialis itu. Jauh berbeda dengan kesan kekanak-kanakan ruang kerja Ryu diluar.

Pendulum

("Ryu, aku sudah kirim identitas pelaku, tapi aku belum tahu siapa di balik dia,").

Membaca pesan singkat dari Joshua, Ryu langsung beranjak menjauhi Nonna, berjalan menuju ruang rahasia di kamarnya.

Nonna tak banyak bicara, karena dia tahu sikap Ryu yang demikian biasanya hanya terkait pekerjaan, jadi Nonna tak terlalu cemas. Ryu sangat jarang terusik dengan urusan geng hitamnya. Karena semua sebenarnya sudah dipercayakan pada Gabriel Leon. Rasa cemas Nonna baru akan muncul saat Gabriel yang jarang terlihat tiba-tiba datang ke rumah mereka.

Sementara itu, Ryu yang memasuki ruang kerjanya dengan banyak monitor terpasang di dinding selain sebagian berfungsi sebagai cctv yang memantau setiap keberadaan Nonna di ruang-ruang pribadi mereka, juga menjadi alat kerjanya untuk mencari hal-hal yang hanya bisa diakses 0,001 persen orang di kota Ville.

Tanpa sepengetahuan Nonna, Ryu memasang cctv di beberapa ruang pribadi mereka, selama ini Nonna hanya tahu bahwa ada cctv di beberapa ruangan mereka.

"Alexander Purnama? Siapa dia, kenapa dia bisa membobol sistem yang kurancang?" kata Ryu dengan suara keheranan.

"Purnama? Bukan keluarga Leonor yang selama ini kucurigai?" tanyanya dalam hati.

Melihat ponselnya bergetar dan menunjukkan nama Joshua dilayar, Ryu menggeser tombol hijau untuk menjawab.

"Josh...,"ucap Ryu.

"Iya Ryu, aku juga bingung waktu pertama kali tahu pelakunya. Dia enggak ada hubungan apa pun dengan keluarga Leonor. Tapi kita belum bisa pastikan, apa sebenarnya keluarga Leonor di balik ini semua. Aku masih selidiki," ucap Joshua.

"Oke," jawab Ryu singkat.

Setelah keluar dari ruangannya, Ryu melihat Nonna masih di dapur dan menyiapkan buah untuknya.

"Aaak," kata Ryu manja sambil membuka mulutnya.

"Kamu ini, di kantor aja kayaknya aku yang kekanakan, padahal aslinya," kata Nonna dengan suara lembut sambil menyuapkan sepotong buah kiwi.

"Aslinya apa?" tanya Ryu menggoda sambil mengulurkan tangan untuk menarik Nonna mendekat.

"Kayak kucing," jawab Nonna singkat dan menjauhkan tubuh Ryu.

Ryu kemudian menarik tubuh Nonna dalam pelukannya. "Nonna, jangan jauh-jauh dari aku, aku bisa mati kalau enggak ada kamu."

Nonna membelai punggung kekasihnya. Tanpa Ryu sadari, bahwa sebenarnya ingatan Nonna sebenarnya sudah kembali.

(Ryu, kenapa kamu bohong? Apa yang kamu sembunyikan dari aku? Bagaimana Joshua, suamiku?)

"Sayang," kata Ryu sambil melepaskan pelukannya.

"Ada yang mau kamu omongin enggak ke aku?" tanyanya lagi dengan tatapan menelisik.

Mengalihkan pandangannya, Nonna menarik tubuhnya dan berjalan menjauh dari Ryu. Menyibukkan diri kembali ke depan kompor.

"Kamu...kalau kamu ada enggak yang mau kamu omongin ke aku?" tanya Nonna tanpa menatap Ryu dan tetap memandang sup ayam di depannya.

"Enggak ada Non, aku selalu cerita ke kamu apa pun," kata Ryu sambil menarik kursi dan mengambil tempat di salah satu sisi menunggu Nonna menyajikan makanan untuknya.

Membawa mangkok berisi sup ayam kesukaan Ryu, Nonna meletakkannya di depan Ryu. Berniat berjalan untuk duduk di seberang Ryu, langkah Nonna terhenti karena tangannya ditarik Ryu dan membuat tubuhnya jatuh ke pangkuan Ryu.

"Bilang aja, aku akan cerita apa pun yang kamu mau tahu," kata Ryu sambil membelai anak rambut Nonna.

"Ryu, aku udah ingat semua," kata Nonna.

Ryu melepaskan genggaman tangannya dari Nonna.

"Semua Ryu, aku juga ingat kalau Joshua suamiku," ucap Nonna lagi yang kali ini mencoba beranjak dari pangkuan Ryu.

"Terus?" kata Ryu sambil tersenyum menatap Nonna yang berjalan menjauh.

"Ryu, ini bukan kamu yang aku kenal. Ryu yang aku kenal enggak pernah bohong," kata Nonna sambil berjalan menjauhi Ryu, sementara Ryu perlahan mendekati Nonna.

"Jangan kayak gini Nonna, kamu enggak tahu yang sebenarnya terjadi," ucap Ryu.

"Aku takut Ryu, kamu bukan Ryu yang dulu aku kenal," ucap Nonna.

"Enggak sayang, ini aku, aku masih Ryu yang sama. Kasih aku waktu buat ceritain semua," ujar Ryu sambil berusaha mendekat dan mengulurkan tangan pada Nonna.

Menatap Ryu dengan tatapan sendu, Nonna akhirnya menerima uluran tangan Ryu.

"Good girl," ucap Ryu sambil memeluk dan mengusap punggung Nonna.

----

Nonna menatap mata Ryu setelah mendengar semua penjelasannya tentang kejadian yang sempat tak diingatnya. Bingung memilah, menyalahkan, atau memang keberadaannya yang salah? Apa mencintai Joshua dulu juga kesalahan? Banyak pertanyaan yang membuat Nonna bingung dan sulit mencerna dalam waktu singkat.

"Kamu tidur aja ya sekarang," ucap Ryu dengan lembut.

"Semua akan baik-baik aja Non, ada aku di sini, aku janji enggak akan ninggalin kamu," kata Ryu sambil membelai punggung tangan Nonna, menarik dan menciumnya.

"Joshua?" tanya Nonna dengan nada menggantung.

Usapan ibu jari Ryu di punggung tangan Nonna terhenti. Dia kemudian menatap kedua bola mata Nonna. Wanita yang mencoba terlihat tegar itu, apa yang sedang dia pikirkan sekarang?

"Ryu, aku boleh ketemu Joshua?" kata Nonna.

"Boleh sayang. Tapi enggak usah diluar, nanti kalau kamu udah siap, aku yang panggil dia kesini," ujar Ryu yang mengkhawatirkan keselamatan Nonna. Dan memang itu alasan selama ini Ryu membatasi semua akses yang memungkinkan orang melacak keberadaan Nonna.

"Makasih Ryu. Maaf tadi aku udah curiga sama kamu," ujar Nonna.

----

Saat melihat Nonna sudah tertidur di kamarnya, Ryu menghubungi Joshua dan memberitahu yang terjadi.

"Is she okay?" tanya Joshua singkat atas cerita panjang Ryu.

"Josh, you know what, sometimes I feel all I've done for her is wrong. I've made you to divorce, I'm so fu**ing panic and jealous with you at that moment," kata Ryu.

"Kamu tahu sepanik apa aku waktu tahu dia hilang, waktu dia mutusin nikah sama kamu, waktu aku lihat kondisinya ditemuin dan harus koma berbulan-bulan," ucapnya dengan suara bergetar.

"Aku enggak ada niat misahin kalian, tapi aku marah waktu tahu kamu enggak bisa jaga dia Josh, maafin aku," kata Ryu lagi.

"Ryu, aku yang salah, aku yang datang diantara kalian. Aku tahu sebenarnya Nonna juga cinta kamu. Tapi waktu itu dia enggak sadar sama perasaannya sendiri, sementara kamu, kamu memilih menjaga persahabatan kalian dan enggak mau merusaknya dengan hubungan percintaan," ucap Joshua.

"Aku enggak nyalahin kamu Ryu, bahkan aku enggak menyesal mutusin bercerai meskipun terkesan kamu yang memaksa. Enggak Ryu, karena aku tahu Nonna enggak pernah benar-benar cinta sama aku," imbuhnya.

"Cuma kamu yang bisa jaga dia. Kamu yang lebih tahu latar belakang keluarganya, dan aku tahu kamu lakuin segala cara untuk bisa lindungi dia. Sementara aku, aku enggak bisa apa-apa, aku enggak punya kekuatan sebesar kamu untuk melindungi dia dari keluarga Leonor," kata Joshua.

"Josh, aku tahu kamu masih cinta dia. Dan dia bersikeras mau ketemu kamu," ucap Ryu akhirnya menyampaikan keinginan Nonna.

Ryu berusaha menguatkan hati saat menyampaikan hal itu, sementara di sisi lain, Joshua juga diam-diam meneteskan air mata menyadari bahwa wanita yang dicintainya mengingat namanya, mengingat bahwa mereka pernah menikah.

Joshua tak memungkiri, rasa cinta itu masih sama besarnya dengan pertama kali mereka bertemu. Tapi posisinya sebagai anak yatim piatu yang besar di panti asuhan dan hanya beruntung berteman dengan dua anak dari orang berpengaruh di kota itu saat mereka mengunjungi panti asuhannya dulu, membuatnya tak sanggup melindungi Nonna.

Dia bukan siapa-siapa dibandingkan Nonna dan Ryu. Dia harusnya cukup tahu diri dengan menjadi sahabat dari dua orang yang begitu baik padanya itu.

Sejak memutuskan menceraikan Nonna saat itu, Joshua hanya berjanji pada dirinya sendiri untuk tak lagi membahayakan Nonna demi keegoisannya.

"I have. But you know that I can't be with her, right. " kata Joshua.

"Just tell me when she wanna meet me, I'll come," sambungnya.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)