Apakah kamu akan memberikan Novel ke ?
Berikan Novel ini kepada temanmu
Masukan nama pengguna
Blurb
Novel ini mengisahkan tentang Fahri Athaya Putra, putra sulung Rina dan Satria, yang digambarkan sebagai anak yang sangat cerdas, baik hati, rendah hati, dan berprestasi di sekolah. Ia memiliki hubungan yang sangat erat dan protektif dengan adik laki-lakinya, Faiz. Kehidupan keluarga mereka awalnya berjalan harmonis, dipenuhi kebahagiaan dan rutinitas teratur Fahri yang menyeimbangkan belajar, mengaji, dan bermain.
Namun, kebahagiaan itu mulai terusik ketika Rina merasakan firasat buruk tentang kesehatan Fahri. Fahri mulai terlihat kurus, sering mengalami diare berulang, lesu, dan nafsu makannya menurun.
Kecemasan Rina memuncak, mendorongnya untuk berbagi kekhawatiran dengan Satria, dan akhirnya mereka memutuskan untuk membawa Fahri ke dokter. Setelah serangkaian pemeriksaan awal oleh Dokter Pambudi dan rujukan ke Dokter Faisol, seorang spesialis bedah anak, Fahri didiagnosis mengidap
Hisprung, sebuah kelainan bawaan di mana bagian usus besar tidak memiliki sel saraf. Diagnosis ini menghantam keluarga dengan telak, memicu ketakutan dan kesedihan mendalam, terutama ketika Fahri mengungkapkan perasaan "gagal" sebagai anak hebat.
Perjuangan Fahri dimulai dengan operasi pertama untuk mengangkat bagian usus yang tidak bersaraf dan pemasangan stoma sementara. Proses pemulihan dan adaptasi Fahri dengan stoma sangat sulit, baik secara fisik maupun emosional, namun ia menunjukkan ketabahan yang luar biasa.
Keluarga pun bersatu padu mendukung Fahri di tengah tantangan ini. Sayangnya, menjelang operasi kedua untuk menutup stoma, kondisi Fahri memburuk drastis akibat krisis pernapasan, dan ia harus dipindahkan ke PICU. Meskipun segala upaya medis telah dilakukan, Fahri tidak dapat bertahan dan akhirnya meninggal dunia.
Kepergian Fahri meninggalkan duka yang mendalam dan kekosongan yang tak terlukiskan bagi Rina, Satria, dan Faiz. Rumah yang tadinya ceria kini diselimuti keheningan yang menyakitkan, dan setiap sudutnya dipenuhi kenangan Fahri yang menyayat hati. Faiz, yang masih kecil, mengungkapkan kesedihannya dengan cara yang polos, sering mencari Fahri dan bermain sendiri.
Melalui proses berduka yang panjang dan penuh tantangan, Rina dan Satria belajar untuk hidup berdampingan dengan luka mereka. Mereka menemukan kekuatan dalam saling mendukung, memperdalam ibadah, dan merenungkan janji surga bagi anak-anak yang meninggal di usia muda. Kenangan akan kebaikan dan warisan cinta Fahri menjadi penerang jalan bagi mereka, membantu mereka bangkit dan menemukan kekuatan di tengah kerapuhan.
Namun, kebahagiaan itu mulai terusik ketika Rina merasakan firasat buruk tentang kesehatan Fahri. Fahri mulai terlihat kurus, sering mengalami diare berulang, lesu, dan nafsu makannya menurun.
Kecemasan Rina memuncak, mendorongnya untuk berbagi kekhawatiran dengan Satria, dan akhirnya mereka memutuskan untuk membawa Fahri ke dokter. Setelah serangkaian pemeriksaan awal oleh Dokter Pambudi dan rujukan ke Dokter Faisol, seorang spesialis bedah anak, Fahri didiagnosis mengidap
Hisprung, sebuah kelainan bawaan di mana bagian usus besar tidak memiliki sel saraf. Diagnosis ini menghantam keluarga dengan telak, memicu ketakutan dan kesedihan mendalam, terutama ketika Fahri mengungkapkan perasaan "gagal" sebagai anak hebat.
Perjuangan Fahri dimulai dengan operasi pertama untuk mengangkat bagian usus yang tidak bersaraf dan pemasangan stoma sementara. Proses pemulihan dan adaptasi Fahri dengan stoma sangat sulit, baik secara fisik maupun emosional, namun ia menunjukkan ketabahan yang luar biasa.
Keluarga pun bersatu padu mendukung Fahri di tengah tantangan ini. Sayangnya, menjelang operasi kedua untuk menutup stoma, kondisi Fahri memburuk drastis akibat krisis pernapasan, dan ia harus dipindahkan ke PICU. Meskipun segala upaya medis telah dilakukan, Fahri tidak dapat bertahan dan akhirnya meninggal dunia.
Kepergian Fahri meninggalkan duka yang mendalam dan kekosongan yang tak terlukiskan bagi Rina, Satria, dan Faiz. Rumah yang tadinya ceria kini diselimuti keheningan yang menyakitkan, dan setiap sudutnya dipenuhi kenangan Fahri yang menyayat hati. Faiz, yang masih kecil, mengungkapkan kesedihannya dengan cara yang polos, sering mencari Fahri dan bermain sendiri.
Melalui proses berduka yang panjang dan penuh tantangan, Rina dan Satria belajar untuk hidup berdampingan dengan luka mereka. Mereka menemukan kekuatan dalam saling mendukung, memperdalam ibadah, dan merenungkan janji surga bagi anak-anak yang meninggal di usia muda. Kenangan akan kebaikan dan warisan cinta Fahri menjadi penerang jalan bagi mereka, membantu mereka bangkit dan menemukan kekuatan di tengah kerapuhan.
#1
Gema Takbir dan Tangisan Pertama
#2
Malaikat di Antara Kami
#3
Firasat dan Bayangan
#4
Diagnosis dan Perjuangan Awal
#5
Mencari Jawaban
#6
Diagnosis yang Menghantam
#7
Awal Pertarungan
#8
Harapan di Tengah Keterbatasan
#9
Menjelang Detik Terakhir
#10
Jumat Terakhir
#11
Setelah Kepergian
#12
Kenangan yang Berbicara
#13
Luka yang Tak Kasat Mata
Ulasan kamu
Ulasan kamu akan ditampilkan untuk publik, sedangkan bintang hanya dapat dilihat oleh penulis
Apakah kamu akan menghapus ulasanmu?
Disukai
15
Dibaca
507
Rekomendasi dari humor
Novel
Sera dan Lima Kucing
Molena Banana
Novel
Cerita-Cerita Tanpa Kesimpulan
Maximilian Surjadi
Skrip Film
SKENARIO : RUSH LOVE
Herlan Herdiana
Novel
Mr. Monoton
Syarif Hidayatullah
Novel
Cinder(Alay)
Billio
Skrip Film
ADA APA DENGAN BUTET
Onet Adithia Rizlan
Novel
Gadis Galaksi
Alina Fresila
Novel
Desperate Humans
ArtFenTour
Novel
Omah Jamu Bu Juk
Mambaul Athiyah
Skrip Film
SI BULE SAMSON & AWANG
Rini Kristina
Novel
Backsider
Hendika A. Cantona
Novel
otak qu ada di ibu kota
ARDIANSYAH
Novel
HARMONI
Afifatul Ilmiah
Novel
Crazy Rich Surabayan
Falcon Publishing
Skrip Film
Pitoeng
ags