Masukan nama pengguna
"Mama! Papa! Lihat! Ada monster! Adik takut ...."
Seorang anak laki-laki berusia sekitar 4 tahun terlihat begitu ketakutan dan bersembunyi di balik tubuh kedua orang tuanya saat melihat sesosok monster oranye besar, berlendir, lengket, dan kenyal seperti sebuah gumpalan permen karet besar yang begitu menjijikan, yang berdiri tepat di tengah-tengah kerumunan orang, yang berlalu-lalang di tengah kota pada hari Minggu yang cerah itu.
Serempak, setelah mendengarkan teriakan dari sang bocah, semua orang di sekitar tempat itu, termasuk dengan kedua orang tua bocah tersebut, terbangun dari pikiran dan kesibukan mereka masing-masing, lalu berhenti sejenak untuk sekadar menatap dan menikmati sebuah pemandangan yang menjijikan dari sesosok monster permen karet oranye tak berwajah itu.
Cukup lama mereka semua membeku dalam keheningan yang tidak mengenakan, sebelum mereka semua mulai berteriak menjerit ketakutan dan mengumpat seperti binatang, kemudian mulai melempari sosok monster permen karet oranye itu dengan batu, kerikil, dan botol-botol plastik yang tersedia secara gratis di sekitar mereka.
Di bawah terik matahari pagi hari itu dan di tengah kerumunan manusia yang berkeliling mengerubungi dan menghakiminya yang bingung dan tidak tau harus berbuat apa, akhirnya sosok monster permen karet oranye tak berwajah itu mulai mencair dan mengalir dengan sangat perlahan, sambil terus mendapatkan perlakuan yang tidak berperikemonsteran dari kumpulan para manusia laknat itu, sebelum mulai lenyap dan menghilang dalam sebuah gorong-gorong di bawahnya.
Dalam kegelapan dan kesunyian gorong-gorong, sosok monster permen karet oranye yang sudah mencair itu terus mengalir dengan perlahan, ditemani oleh beberapa ekor tikus got berbulu hitam dan berukuran cukup besar, yang sedang melakukan pencarian harta Karun bersama, di bawah gemerlap dan riuhnya keajaiban peradaban manusia yang bersinar dengan terangnya di atas sana.
Mereka terus bergerak mengikuti arus air limbah rumah tangga dan sebagainya menuju sebuah muara yang dipenuhi oleh sekawanan buaya yang entah datang dari mana, sebelum terus melanjutkan perjalanan ke sebuah tempat yang di sebut sebagai rumah, sebuah bak sampah dalam sebuah gang kumuh, kotor, namun terang, dan menjijikan di kawasan pinggiran kota yang tidak pernah terjamah oleh peradaban.