Masukan nama pengguna
Butiran-butiran salju, jatuh dan melayang-layang dengan lembut, di atas udara musim dingin yang beku.
Tak lama berselang, lintasan ruang dan waktu, atau yang biasa disebut dengan takdir itu, memaksa mereka untuk turun ke dalam lautan api biru, yang membara dan menyala-nyala dengan begitu terangnya, pada malam penuh bintang itu, lalu, dengan begitu lembut dan hangatnya, menguapkan mereka semua hingga bersih tak tersisa, barang seujung jari sekali pun.
Di bawahnya, nampak jelas puluhan mayat manusia, yang hangus dan terbakar dengan sempurna, bergelimpangan dan berserakan tanpa pola, di atas tanah bersalju, yang secara perlahan, mulai berubah menjadi pemakaman berdebu.
Suasana yang mencekam dan penuh dengan kengerian, menyelimuti malam terakhir di bulan Desember, yang sunyi dan suram, pada desa kecil itu, sebuah desa terpencil, yang terletak dalam sebuah lembah, pada sebuah pegunungan bersalju, yang terisolasi dari dunia dan peradaban, selama berabad-abad lamanya.
Di kejauhan, di ujung dari sebuah tebing batu, yang sudah berbalut dengan tumpukan salju, yang putih dan bersih itu, di atasnya, nampak seorang pemuda misterius, sedang duduk dan menikmati sensasi dan juga aroma hangus dari sebuah pembantaian, yang terjadi tepat di bawah kaki kanan telanjangnya, yang menggantung dengan bebas di atas udara yang dingin itu.
Dia menghirup udara dingin yang mulai bercampur dengan abu hitam, hasil pembakaran desa kecil itu, yang mulai terbang dan melayang-layang terbawa oleh angin dingin, yang berhembus dengan perlahan ke puncak tebing batu bersalju itu, lalu, dengan begitu lembutnya, menghembuskannya kembali secara perlahan melalui mulutnya, di saat sepasang mata birunya mulai terbuka, dan seberkas api biru yang muncul dari dalam tubuhnya, mulai membakar dan melahap sekujur tubuhnya secara hangat, lembut dan perlahan, pada musim dingin itu.