Untung Tidak Berpikir

Dalam khasanah politik yang makin panas, orang yang tak mau berpikir lebih beruntung. Contohnya Kamis, anggota DPR dari Partai Gagak. Kamis orangnya penurut, ia loyal. Disuruh melakukan a manut, disuruh menjalankan b, rampung. 

Cara pandang Kamis sederhana saja; sudah menjalankan perintah ya tak perlu ikutan mikir. 

"Itu loyalitas buta namanya."

"Malah aneh kalau loyalitas punya mata. Bisa tergiur yang lain."

"Minimal tanya dulu biar lebih pas menjalankan perintah pimpinan."

"Kok nggak percaya, pakai tanya.. Kan peran pimpinan mikir dan memerintah. Anak buah tinggal menjalankan pikiran pimpinan. Jangan dibolak-balik. Merusak tatanan."

"Maksudku umpama disuruh ngangkat batu. Kan boleh tanya untuk apa diangkat. Siapa tahu dijawab pimpinan, iya harus diangkat karena di bawah batu ada duit. Begitu kan bisa?"

"Terus umpama besok disuruh angkat batu lagi? Saya harus tanya dulu ada uang ya di bawahnya, kok batunya harus diangkat. Begitu?"

"Yang aku contohkan itu umpama saja."

"Betul. Nah kalau pimpinan menjawab tidak ada uang setelah aku tanya, maka nggak usah diangkat batunya? Wah ya ndak keno mas. Itu bukti kalau loyalitas tak perlu punya mata. Terserah kalau mau dibilang buta. Daripada tanya- tanya seolah tak percaya pimpinan? Atau mas ini seorang pimpinan ya, interogasi melulu!"