Masukan nama pengguna
“ Delimaaaaaaa Astagfirullah punya anak perawan gini amat ya “ suara teriakan Emak terdengar jelas. Kali ini aku pasti tak bisa berkutik lagi.
“ Iya, Mak. Ini dah bangun Mak” sahut ku dari dalam kamar.
Setelah semalam suntuk aku begadang menyelesaikan proyek kantor. Badan ku jadi lelah. Panas. Susah sekali digerak kan. Emak pasti mengira aku sengaja bangun telat. Bantal dan guling ku peluk erat. Tiba-tiba telingaku terasa panas. Seperti ada yang mencubit.
“ Bangun dari mana? Pelukan guling mu saja masih erat, mana bisa bangun" Tangan Emak mulai mengoyak tubuh ku yang panas.
" Sebentar, kamu demam ya? Panas banget badan mu”. Rasanya ku tak sanggup membalas seruan nya lagi. Jadi ku anggukan kepala mengiyakan pertanyaan nya.
“ Sebentar ya nak, emak ambil kan air es dan kain” Ku dengar langkah kaki nya menuju arah dapur. Tak berselang lama, kain itu melayang di kepala ku. Sensasi dingin kompresan emak membuat ku merasa lebih bertenaga.
“ Sudah ikhlaskan Joni saja, Emak yakin masih banyak yang mau sama kamu kok. Jodoh gak akan kemana” terang Emak penuh harap. Andai Emak tau sakit ku bukan karena di tinggal nikah si Joni tapi karena kelelahan kebut kerjaan.
Sesaat sebelumnya ku dengar ada yang menelepon Emak. Namun otak ku tak bisa berkonsentrasi mendengar sahutan Emak. Jadi semua yang ditanya Emak dari luar selalu ku jawab “ Iya “ dari bilik kamar.
Hari menjelang sore, aku mencoba menggerak kan tubuh ku. Syukurlah, Panas ku sudah turun. Badan ku juga lebih enteng di gerak kan. “Emak… Emak..” Tak seperti biasanya Emak tidak membalas panggilan ku. Suasana rumah juga tampak sepi dan hening.
Aku mencoba keluar kamar. Dengan sedikit mengumpulkan kekuatan untuk terus berdiri, lalu berjalan penuh hati-hati. Baru saja ku tutup bilik kamar ku. Dan, ketika ku menoleh, Aku terpaku pada sosok lelaki yang berada di ruang tamu. Lelaki gagah dan tampan berseragam pilot berdiri dengan memegang sebuket bunga. Ku cubit tangan ku berkali-kali untuk memastikan ini bukan lah hayalan.
“ Kak Irham? “ aku menyapa nya. Dia membalas sapaan ku dengan senyum ramah. Oh Tuhan apa ini benar Kak Irham, seorang lelaki yang setiap melihat nya dulu ku selalu berandai-andai menjadi jodohnya. Sore ini dia datang ke rumah membawa kedua orang tua nya, hendak melamar ku. Mendengar keterangan itu dari Emak. Aku hampir saja pingsan. Ternyata Tuhan mengabulkan doa yang ku andai-andai dahulu. Dan benar saja, tidak salah lagi aku akan segera di pinang Kak Irham, “Tuhan, terima kasih kau telah mengabulkan doa ku tuk menjadi jodoh nya” gumam ku penuh haru.