Ruang tunggu nampak sesak. Stasiun kereta Kediri kini aktif beroperasi lagi. Para penumpang lalu lalang menuju gerbong kereta tujuan masing-masing. Di ujung sana, Seorang wanita parubaya dengan sebuah bungkusan berwarna biru melekat di tangan kanannya, duduk sejajar dengan para penumpang lainnya. Bungkusan itu digenggam erat. Seperti menjaga keutuhan bungkusan itu agar tak rusak. Beberapa penumpang melihat nya dengan reaksi beragam. Namun yang tak kalah merisaukan adalah wanita itu tak pernah berpindah tempat duduk. Mulai dari bangku yang dia duduki, begitu pula posisi duduk nya masih saja sama. Saat para penumpang asik memasuki gerbong, Dia seolah melirik kanan kiri, seperti menunggu seseorang.

Tentu saja para pegawai stasiun sudah sangat mengenal nya. "Dia akan datang kesini pada pagi dan sore hari. Berharap bungkusan itu sampai pada anaknya. Sayang sekali, hingga kereta terakhir pun anaknya tak kunjung menemuinya. Lalu dia akan pulang dan mengucapkan terimakasih pada kami karena telah mengijinkan nya duduk di kursi ruang tunggu. Padahal anak nya telah mengalami kecelakaan. Saat kereta terakhir yang ditumpangi anak nya menerobos keluar jalur kereta dan menabrak perumahan warga." Begitulah jawaban salah satu pegawai disana ketika ada yang bertanya tentang wanita itu.

Memang benar. Tak sedikit korban yang telah dipulangkan ke keluarga nya. Termasuk anak dari wanita itu. Sayangnya sang ibu masih berharap akan ada keajaiban. Dia masih berharap, akan ada kereta terakhir yang membawa anaknya kembali ke pelukannya. Lalu memberikan bingkisan itu untuk anaknya.