Masukan nama pengguna
Cuaca di luar sedang buruk. Hujan lebat beserta angin kencang masih belum berhenti sejak beberapa jam lalu.
Malam yang biasanya tenang dan sepi seketika jadi gaduh. Dedaunan di pohon-pohon tampak bergerak cepat tertiup angin, menghalangi pandangan di balik jendela. Lampu rumah hidup dan mati tak menentu. Situasi terasa semakin mencekam saat petir dan guntur terus terdengar.
Meskipun begitu, situasi dan keadaan seperti ini adalah waktu yang paling pas dan paling ditunggu-tunggu Dion untuk memberi surprise ulang tahun kepada kakaknya. Kali ini memang harus surprise yang next level daripada tahun-tahun sebelumnya.
Setelah melewati tengah malam. Dion segera menelpon sahabatnya Derry, untuk buru-buru memakai pakaian serba putih dan wig hitam panjang. Menaburkan tepung setebal mungkin di wajahnya, dan memasang taring tajam palsu pada gigi depannya.
Setelah semua persiapan selesai. Dion menyuruh Derry untuk bergegas pergi ke kamar paling ujung dengan memakai sepatu roda agar cara berjalannya tampak melayang.
Dion membuka pintu kamar Dennis yang tak terkunci. Tak lupa menaruh ponsel di tempat strategis untuk merekam dengan jelas bagaimana nanti reaksi ketakutan Dennis, lalu ia menepuk-nepuk bahu dan wajah kakaknya yang sedang terlelap agar nanti bisa melihat penampakan Derry yang sudah bertranformasi.
“Aaaaaaaaaaaa....” Terdengar suara histeris Dennis yang terkejut sekaligus takut saat tiba-tiba mendapati sosok menyeramkan di kamarnya.
Di luar kamar, Dion tertawa puas saat mendengar suara ketakutan kakaknya.
Dennis mencoba menghindar sejauh mungkin dari sosok yang terus senyum menyeringai memandangnya. Terdengar suara cekikikan aneh yang cukup familiar didengarnya.
Apa mungkin dirinya sedang bermimpi buruk? Bagaimana mungkin?
Dennis menutupi wajahnya dengan bantal. Sekujur badannya merinding, tapi mencoba menenangkan diri sambil membaca banyak do’a. Berharap semua cepat berakhir.
Beberapa menit kemudian, ia memberanikan diri untuk mengintip sejenak. Tak lagi nampak sosok menyeramkan tadi. Apa mungkin tadi hanya salah lihat atau sekedar halusinasinya saja?
Tak berapa lama, setelah merasa cukup lega dan tenang. Dennis kembali menutup pintu kamarnya yang entah kenapa bisa terbuka begitu saja.
Saat pagi hari, Dion membawakan kue ulang tahun ke kamar kakaknya yang tampak baru saja bagun. Dalam hatinya merasa puas dan senang karena tadi malam kembali berhasil memberi surprise pada Dennis untuk ke sekian kalinya.
“Happy birthday, Kak. Semoga sehat selalu, panjang umur, dan semua impiannya tercapai.”
Dennis tersenyum haru lalu meniup lilin dan mencicipi sedikit kue yang dibawa adiknya. “Terima kasih untuk selalu jadi yang paling pertama mengucapkan ulang tahunku dibandingkan yang lainnya. Tumben sekali tahun ini surprise-nya gak aneh-aneh lagi?”
Dion terkekeh geli. “Terlalu kekanakan untuk beri surprise seperti tahun sebelumnya.”
“Tadi malam ada penampakan menyeramkan saat tengah malam. Mengerikan sekali. Lihat juga gak?”
Dion menggeleng sambil menahan senyum. “Sudah ya, mau siap-siap ke sekolah dulu.”
“Terima kasih bantuannya tadi malam, Der. Berhasil. Tos dulu donk.”
Derry memasang wajah bingung. “Bantuan apa sih? Semalam aku tertidur, dan baru bangun sekarang. Maaf banget ya,” jawabnya sambil tersenyum jahil saat melihat ekspresi terkejut bercampur ketakutan dan kepanikan dari sahabatnya.
"Hasil rekaman di ponselmu juga gak kelihatan apa-apa."