Masukan nama pengguna
Brak!
"Dasar ya, nanti, kamu bakal tabrak istrimu sendiri, ish, aw."
Mukaku merah padam meski mataku kemudian perlahan terpejam.
Aku merasakan, badanku yang terangkat. Didudukkan pada sebuah kursi. Lagi, kepalaku juga terangkat, ternyata diletakkan pada pangkuan. Aku mulai memaksa mataku agar terbuka.
"Jangan dipaksa sadar, jangan ngomong aneh-aneh, ingat, kata bisa jadi doa." Kata laki-laki yang memangku kepalaku.
Maksudnya?
"Seperti aku nanti harus nabrak siapa lagi," dia melanjutkan, seperti paham bila aku sendiri yang belum paham dengannya, aku mengernyitkan alis. "Sabar ya!" nadanya pelan, lalu mengelus kepalaku dengan jilbab yang sudah sedikit berantakan.
Sebelumnya, aku masih bisa melihat wajahnya yang sendu menatap ketidakberdayaanku. Hingga akhirnya aku benar-benar terpejam.
"Bersabarlah!" dalam lirih, aku mendengar ucapannya lembut, berbeda dengan sumpah serapahku yang sudah terucap.
Mataku kemudian terbuka lebar. Aku sudah mengingatnya. Entah aku harus menyesali ucapanku, atau menyukurinya karena tetap saja, kedatangannya dulu membuatku menjadi mengenal dan bersatu dengan suamiku sekarang.