Cerpen
Disukai
3
Dilihat
13,448
Sometimes Not Lucky Wasn't Really Bad
Drama

Huda dan Slamet Subejo bertemu saat menunggu giliran konsultasi psikologis dengan Psikolog Sari di kantornya. Awalnya canggung. Tapi lama-lama cair setelah keduanya berbalas candaan. Keduanya lalu berkenalan. Dan saling tukar menukar cerita penyebab keduanya pergi ke kantor psikolog.

     Huda lebih dulu mulai bercerita. [Flash Back] Huda belum lama kerja jadi tukang servis AC, baru saja diputus pacarnya, Tari gegara gak mau belikan baju branded. Huda jadi galau hatinya. Bawaan jutek dan marah melulu. Pekerjaannya pun berantakan. Seorang anak pemilik rumah yang AC-nya sedang diperbaiki sampai menangis lantaran ia marahi gegara ngerocoki kerjanya. Orangtua si anak tak terima lalu melapor pada si bos. Huda pun kena omel bos. Beruntung, partner kerjanya itu Yani seorang cewek tomboy selalu mendukung Huda dan selalu ada untuknya.

     Akhirnya tiba hari gajian pertama, Huda senang sekali. Ia ingin membelikan Tari baju branded biar bisa jadi pacarnya lagi. Tapi Yani gak setuju, ia malah menyarankan uang gajian Huda supaya dibelikan hadiah buat Bu Ida dan Pak Luhur kedua orangtuanya sesuai nazar Huda yang pernah disampaikannya ketika diterima kerja dulu. Huda gak mau. Ia tetap ingin membelikan Tari baju baru branded. Yani hanya mengingatkan dulu Huda pernah bernazar kalau gaji pertama akan dibelikan hadiah buat kedua orangtuanya, Bu Ida dan Pak Luhur.

     Huda ngeyel, ia malah bilang lupa tak pernah bernazar seperti itu. Yani mengingatkan konsekuensinya bila ia tak memenuhi nazarnya yakni berupa pamali (kesialan). Huda emosi dikiranya Yani mendoakan dirinya kena sial. Yani tak terima dibilang mendoakan Huda kena sial. Keduanya bertengkar hebat bahkan hampir berantem kalau gak segera dipisah teman-teman sekantornya.

     Huda memutuskan sudah tak mau lagi berteman dengan Yani. Ia bolos kerja lalu naik sebuah metro mini untuk pergi ke mall, mencari hadiah yang diinginkan Tari. Di dalam metro mini, Huda duduk di sebelah gadis cantik. Ketika hendak turun, si gadis cantik melihat seekor lalat ada di pipi Huda lalu menepuknya, baru setelah itu, ia turun dari metro mini. Para penumpang salah sangka, dikiranya Huda sudah melakukan pelecehan seksual sehingga ia kena tampar si gadis cantik. Lalu menyuruh kernet metro mini untuk segera menurunkan Huda atau tak ada satupun yang mau bayar. Si kernet pun langsung menurunkan paksa Huda di sembarang tempat. Tak mau ribut, Huda menurut saja.

     Huda meneruskan jalan kaki ke mall. Di mall, ia menemukan hadiah yang diinginkan Tari. Lalu membelinya. Setelah itu, ia menelepon Tari. Tapi teleponnya tak diangkat-angkat. Ia pun bergegas ke kost Tari. Di sana, Huda sedang melihat Tari tampak sedih. Huda berusaha menghiburnya. Diperlihatkannya hadiah baju baru. Tari malah cemberut melihat hadiah baju yang dibelikan Huda. Menurut Tari, bajunya norak, gak mode dan gak branded. Giliran Huda yang sedih. Niatnya untuk menjalin cinta dengan Tari tak sesuai harapan.

     Huda kian sedih ketika tahu Tari sudah punya pacar baru. Dan pacar barunya itu datang ke kost-an mengendarai mobil sport dan membawa hadiah bagus buat Tari. Tari mendadak berubah senang sekali. Tari dan pacar barunya tak menghiraukan lagi keberadaan Huda di situ dan langsung pergi begitu saja. Huda semakin tambah sedih dan galau. Ia pun berpikir kesialan ini apa karena ia tak memenuhi nazarnya membelikan hadiah untuk kedua orangtuanya. Huda pun mengingat-ingat hadiah apa yang akan diberikannya buat kedua orangtuanya. Ia tak mau hadiah yang biasa tapi yang unik dan berkesan.

     Tiba-tiba si bos telepon, nyuruh Huda kembali ke kantor. Huda ke kantor lalu disuruh bersama Yani memperbaiki AC di rumah pelanggan. Ternyata pelanggan itu, Adit cowok barunya Tari. Bukannya memperbaiki AC, Huda malah bertengkar dengan Adit. Yani malah mengompori Adit. Tahu Adit mengompori, Huda tak terima. Pertengkaran di kantor berlanjut di rumah Adit. AC pun malah jadi rusak. Adit tak terima, langsung meminta ganti rugi pada Huda dan Yani. Jelas keduanya tak mau karena tak merasa merusaknya. Lalu kabur. Adit tak tinggal diam. Kemudian menelepon bos tempat kerja keduanya akan melaporkan Huda dan Yani karena sudah merusak AC miliknya. Si bos terpaksa nalangi dulu.

     Si bos yang sedang marah besar langsung menelepon Huda dan Yani kemudian memecatnya. Keduanya juga disuruh cepat pulang ke kantor untuk terima surat pemecatan. Huda dan Yani tak bisa apa-apa, keduanya hanya bisa pasrah. Dalam perjalanan kembali ke kantor, keduanya saling diam-diaman. Huda tiba-tiba terpikiran nazarnya pada Bu Ida, sang ibu. Lalu teringat dulu sang ibu pernah memberitahunya sedang butuh suatu barang untuk ditempatkan di depan pintu ruang tamu dan kamar mandi. Huda lupa apa namanya, yang ia ingat ada tulisan WELCOME di atas barang itu.

     Huda segera pergi ke toko swalayan. Yani mengikuti diam-diam. Ia memberitahukan kalau ia mencari WELCOME. Para pelayan jadi bingung dengan apa yang sedang dicari Huda lalu bilang tak ada. Huda tak putus asa. Toko-toko swalayan, ia masuki. Sudah ada empat toko swalayan, dan semuanya bilang tak ada barang seperti yang Huda cari. Yani yang mengikutinya bingung barang apa yang sebenarnya dicari Huda tapi gengsi menanyakannya.

     Huda pergi ke warung kelontong. Ibu si penjual bingung dengan pesanan Huda. Karena hari sudah mulai gelap, Huda tetap memaksa. Akibatnya, ibu si penjual kesal dan marah. Lalu memanggil sang suami untuk mengusir Huda. Tapi Huda tak terima diusir lalu balas mengejeknya sambil berlari. Tak terima diejek, suami ibu penjual toko kelontong langsung mengejar Huda sambil mengacung-acungkan sapu ijuk. Terjadilah kejar mengejar seru di dalam gang kampung.

     Huda berhasil lolos dari kejaran suami ibu penjual toko kelontong. Ketika melewati depan sebuah rumah salah satu warga. Matanya melihat suatu barang yang ia cari ada di bawah pintu depan rumah warga itu. Ada tulisan WELCOME di situ. Huda langsung membawanya lari. Yani yang tak suka Huda mencuri langsung berteriak maling. Sang pemilik rumah keluar rumah dan warga berdatangan kemudian mengejar Huda.

     Huda panik, ia lalu membuang barang yang diambilnya di pinggir jalan. Huda berpura-pura menjadi pengemis untuk mengelabui para warga. Seragam kerjanya ia lepas lalu dibuang ke sungai di bawah jembatan, Huda kini tinggal pakai kaos singlet dan celana pendek. Wajahnya dilumuri lumpur dari genangan air di jalan. Penyamaran Huda berhasil. Para warga tak mengenalinya dan berlalu begitu saja. Tapi tiba-tiba, petugas satpol PP datang melakukan razia. Huda tak sempat lari. Ia segera diangkut ke dalam truk. Dan akan dibawa ke Dinas Sosial.

     Huda berusaha memberitahu siapa ia sebenarnya. Lalu mencari kartu identitas dirinya yang ia taruh di dompet. Tapi Huda baru sadar kalau tadi ia lupa mengambil dompet dan ponselnya karena buru-buru melepas seragam kerjanya waktu dikejar warga. Yani yang sedari tadi mengikuti Huda dan tak kejadiannya langsung membelanya. Sayangnya tak digubris satpol PP. Keduanya langsung dibawa naik ke atas kendaraan satpol PP.

     Dalam perjalanan, Huda berterima kasih Yani sudah membantunya tapi malah ikut tertangkap. Yani yang penasaran menanyakan barang apa yang sebenarnya dicari Huda. Lalu Huda memberitahunya kalau ia sebenarnya ingin membellikan hadiah untuk sang ibu. Sayangnya Huda lupa nama barangnya. Yang ia tahu dan ingat hanya tulisan WELCOME. Yani terpukau akan rasa sayang Huda pada sang ibu. Ketika hendak memberitahu kalau ia tahu apa yang dicari Huda, keduanya sudah sampai di kantor Dinas Sosial dan Huda dibawa ke ruangan terpisah dengan Yani.

     Sementara ibunya Huda itu Bu Ida khawatir anaknya belum pulang padahal malam sudah larut. Surat pemecatan kerja Huda diterimanya dari kurir kantor. Pak Luhur marah membacanya, Bu Ida menenangkannya. Kemudian datang seorang tetangga melaporkan kalau ada warga yang sedang memancing di sungai menemukan seragam kerja mirip punya Huda. Ketika digeledah, ada dompet berisi kartu identitas Huda dan sejumlah uang yang basah oleh air sungai. Ditemukan juga ponsel yang kena air di saku kiri celana Huda. Bu Ida semakin khawatir takut terjadi apa-apa pada anaknya. Lalu Bu Ida ditemani Pak Luhur suaminya, ketua RT dan beberapa warga melaporkan penemuan itu ke kantor Polisi terdekat.

     Di Dinas Sosial, Huda berusaha melarikan diri. Tapi ia tertangkap. Atas saran orang gila yang ikut terjaring razia bersamanya, Huda berpura-pura gila. Tak tahunya Huda malah dianggap gila beneran lalu akan dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa. Orang gila yang memberinya saran jelas senang karena ia mendapat teman baru. Tapi tidak bagi Huda, ia menyesal mengikuti saran orang gila. Ia menolak mentah-mentah dan memberitahu kalau masih waras.

     Tahu Huda didiagnosa tak waras, Yani berusaha memberitahu petugas kalau Huda masih waras. Tapi petugas Dinas Sosial tak ada yang mau percaya. Pagi harinya, Huda dan si orang gila diberangkatkan ke Rumah Sakit Jiwa. Yani ingin ikut sayangnya ia terlanjur dibebaskan sang ayah yang seorang pejabat. Yani kemudian dilarang sang ayah berteman dengan Huda.

     Tapi Yani yang sudah merasakan benih cinta mulai tumbuh di hatinya menolak tegas kemudian mengejar mobil yang membawa Huda dan orang gila dengan naik taxi. Setelah mobil yang membawa Huda dan orang gila serta juga juga taxi yang ditumpangi Yani keluar dari kantor Dinas Sosial, datanglah Polisi mencari tahu apakah ada orang dengan ciri-ciri mirip Huda (sambil menunjukkan foto Huda yang didapat dari sang ibu).

     Petugas Dinas Sosial membenarkan dan mengatakan keduanya sedang dibawa ke Rumah Sakit Jiwa dengan mobil Dinas Sosial. Lalu mencoba menghubungi ponsel petugas dan pengemudi mobil. Tapi ponsel keduanya tak aktif. Mobil patroli Polisi segera mengejar mobil membawa Huda. Tahu ada mobil patroli Polisi mengejar, mobil yang membawa Huda tak mau berhenti begitu saja. Apalagi SIM si pengemudi sudah habis, takut kena tilang karena sedang tanggal tua. Terjadilah kejar-kejaran seru.

     Akibat terlalu kencang, si pengemudi tak bisa mengendalikan mobilnya. Mobil pun menabrak pohon di pinggir jalan. Petugas Dinsos, pengemudi mobil bersama Huda langsung dibawa ke Rumah Sakit. Beruntung, ketiganya hanya menderita luka lecet. Sementara, si orang gila yang sebelumnya bersama Huda hendak dibawa ke Rumah Sakit Jiwa kabur entah kemana ketika tabrakan terjadi. Yani turun dari taxi dan menolong Huda, membawanya ke rumah sakit.

     Di Rumah Sakit, Huda melihat barang bertuliskan WELCOME di bawah pintu masuk bangal tempatnya dirawat. Yani tahu itu tapi ketika ia hendak memberitahukannya pada Huda, Huda malah mengajak kenalan seorang perawat cantik di situ. Yani merasa cemburu dan langsung mengurungkan niatnya. Huda sendiri menceritakan pada Nia, sang perawat kenalan barunya kalau sang ibu di rumah sedang butuh barang itu (sambil menunjuk barang bertuliskan WELCOME yang biasanya ada di bawah pintu masuk bangsal) dan ia ingin memberikannya untuk sang ibu. Nia jelas tak bisa melakukannya karena itu barang inventaris Rumah Sakit.

     Yani membelikan Huda barang seperti keinginannya. Tapi Nia sudah membelikan barang itu duluan. Ternyata Nia melakukannya karena kagum dengan bakti Huda kepada kedua orangtuanya. Huda senang sekali dan berjanji akan mengembalikan uang yang dipakai Nia. Tapi Nia menjelaskan kalau ia sudah ikhlas. Hati Yani seperti diiris sembilu. Yani pun coba lupakan Huda dengan menuruti kemauan sang ayah untuk belajar di luar negeri.  

     Mendengar kabar Huda kecelakaan dan berada di Rumah Sakit, kedua orang tua Huda itu Bu Ida dan Pak Luhur menengoknya. Pak Luhur marah besar Huda dipecat dari pekerjaannya. Huda kaget kedua orangtuanya sudah tahu ia dipecat. Huda menjelaskan kalau ia memang tak konsentrasi waktu kerja sehingga buat kesalahan dan ia pun dipecat, ia pun meminta maaf pada kedua orangtuanya. Walaupun masih marah, Pak Luhur memaafkan Huda.

     Kedua orangtua Huda senang sang anak baik-baik saja, tak mendapat luka serius. Huda menceritakan peristiwa dan kejadian apa yang dialami demi mendapatkan hadiah (yang Huda lupa nama barangnya, yang ia tahu hanya WELCOME) untuk diberikan kepada sang ibu. Ketika memberikan barang itu untuk sang ibu, Huda menyebutnya WELCOME. Tentu saja sang ibu, Bu Ida kaget. Lalu ia memberitahu Huda kalau barang itu bukan namanya WELCOME tapi KESET. Huda hanya bisa menepuk dahinya, lalu tertegun; mengapa tadi tak terpikirkan menelepon sang ibu untuk menanyakan apa nama barang yang di bagian atasnya ada tulisan WELCOME.

     Huda sedikit menyesali apa yang menimpanya kini. Kalau ia tadi mau menelepon dulu sang ibu, tentu tak akan mengalami kejadian-kejadian seperti yang harus dialaminya sekarang. Tapi dibalik itu semua, Huda juga bersyukur akan apa yang dialaminya karena ia malah bisa dapat calon pacar baru itu Nia, seorang perawat di Rumah Sakit. Lalu mulai pedekate. Tari, mantan pacar Huda tiba-tiba datang ke Rumah Sakit untuk menjenguk sekaligus mengajak balikan Huda. Tentu saja Huda kaget. Tari beritahu Huda kalau sudah putus dengan Adit, cowok barunya karena ia tempramental dan cemburuan.

     Huda yang sudah pulang ke rumah jadi bingung. Di satu sisi, hatinya sudah tertambat pada Nia. Di sisi lain, hatinya tak bisa dipungkiri masih cinta Tari. Lalu menghubungi Yani dan kedua orangtuanya. Oleh Yani, disarankan untuk memilih Nia walaupun sebenarnya ia ingin Huda memilih dirinya. Kedua orangtuanya juga menyarankan yang sama. Tapi Huda belum juga mengambil keputusan.

     Di saat Huda bingung, muncul kabar Tari kecelakaan. Motor Tari sengaja ditabrak Adit, mantan pacarnya yang tak terima diputus. Tari terluka parah dan dirawat di Rumah Sakit yang dulu merawat Huda. Kemudian Huda datang menjenguk Tari. Ketemu Nia yang sedang merawat Tari. Nia tahu Huda masih cinta Tari dari caranya memperhatikan Tari. Nia pun mengambil langkah mundur. Setiap kali Huda mencoba pedekate, Nia selalu menolak dengan alasan pekerjaan. Huda tahu Nia berusaha menghindarinya. Tapi Huda sudah memutuskan memilih Nia ketimbang Tari. Ketika Huda memberitahukan pada Tari kalau ia tak mau diajak balikan, Tari sedih sekali. Lalu mencoba menerima kenyataan pahit.

     Dengan sisa uang pesangon gajinya, Huda menyiapkan kejutan untuk Nia sekaligus hendak mengungkapan cinta di rumahnya. Huda berpura-pura sakit dan menghubungi Nia agar mau datang menegoknya. Awalnya Nia tak mau tapi karena melihat Huda seperti benar-benar sakit, hati Nia luluh. Ketika Nia menyuapi bubur, Huda memegang tangan Nia dan menyatakan cinta. Nia tak bisa berkata, ia hanya diam. Lalu mengangguk pelan. Huda senang sampai lupa kalau sedang pura-pura sakit. Tahu begitu, Nia jadi kesal lantas menumpahkan bubur yang masih hangat ke kepala Huda. Tampak Huda meminta maaf sambil tertawa lepas. 

     Masalahnya saat ditanya Nia kapan mau lamar, Huda tak juga kunjung memberi jawaban. Akibatnya Nia kecewa lalu memutuskan hubungan cinta keduanya. Dalam kesedihan, Huda memutuskan pergi ke psikolog untuk berkonsultasi. Dipilihnya kantor Psikolog Sari karena iklan ada di mana-mana. Lalu mengatur jadwal konsultasi.[Flash Back selesai]. 

     Selesai bercerita, Huda menangis. Ia merasa hidupnya penuh kesialan yang tiada habisnya. Slamet Subejo yang mendengarnya langsung menyemangati Huda. Memberinya saran lucu semata hanya untuk membuat Huda tersenyum. Dan Huda pun kembali tersenyum. Slamet Subejo jadi senang. Dalam hatinya, ia bersyukur ternyata masih ada yang lebih sial ketimbang dirinya.

     Sekarang gantian Slamet Subejo bercerita. Huda mendengarkan dengan seksama. [Flash Black] Slamet Subejo cerita beberapa bulan ini ketidak beruntungan mulai sering menghampirinya. Tim sepak bola kampungnya kalah ketika ia dimainkan, cintanya diputus pacar tanpa sebab, sepeda motornya mogok begitu dibawa ke bengkel malah jadi rusak. Mau buat mie, gasnya habis. Mau beli gas, ibu dan bapaknya (Ranti dan Jaka) tak punya uang. Buat minuman, kecemplungan tahi tokek. Mau tidur, genteng bocor dan ketiban kadal.

     Malam hari, rumahnya mendadak kerampokan. Seluruh harta benda diambil rampok. Masih ditambah rumah terbakar hebat. Api dengan cepat merembet ke rumah warga yang lain. Total ada sepuluh rumah warga yang terbakar. Sudah begitu, Jaka, suami Ranti koma akibat terluka parah karena melawan perampok. Dan akhirnya meninggal. 

     Warga kampung yang rumahnya ikut terbakar marah, meminta ganti rugi kepada Ranti atau ia diusir dari desa. Ranti bersama anaknya Slamet Subejo memilih pergi dari desa. Ketika menuju terminal, dua ojek yang dinaiki bannya kempes. Setelah ditambal, giliran bensin yang habis. Terpaksa Ranti dan anaknya Slamet Subejo jalan kaki. Tiba-tiba turun hujan lebat disertai petir. Ranti tersambar petir ketika berteduh di bawah pohon. Slamet Subejo terluka. Dua orang mendekatinya, dikiranya mau menolong ternyata perampok. Ada beberapa Polisi yang lewat kemudian mengejarnya. Karena melawan, dua perampok itu ditembak mati.

     Slamet Subejo ditolong beberapa Polisi. Tapi mobil Polisi tiba-tiba mogok. Slamet Subejo disuruh keluar untuk dorong bersama seorang Polisi lain. Ketika di luar, mobil Polisi kembali hidup. Tapi begitu Slamet Subejo masuk, mobilnya mogok.Akhirnya Slamet Subejo disuruh lari mengikuti mobil Polisi. Kejadian ini direkam seorang pengguna jalan lain lalu diunggah ke kanal youtube dan jadi viral. Beberapa polisi itu dikenai sanksi tegas, dipecat tidak hormat.

     Slamet Subejo diangkat adik oleh Sersan Indah, Polwan cantik yang masih muda dan belum menikah.. Tapi keluarga besar Sersan Indah tak setuju. Setelah diangkat jadi adik oleh Sersan Indah, ada saja ketidak beruntungan yang dialami keluarga besarnya. Ayah Sersan Indah ditipu ratusan juta akibat investasi bodong yang diikutinya. Ibu Sersan Indah tiba-tiba jatuh sakit padahal sudah lama tak pernah sakit. Kakak Sersan Indah tak lolos ujian masuk untuk jadi tentara dan putus dengan pacarnya. Semua menganggap itu karena kedatangan Slamet Subejo ke rumah mereka. Sersan Indah tak menganggap itu musibah yang bisa datang pada siapa saja dan tetap mengizinkan Slamet Subejo untuk tinggal di rumah. 

     Slamet Subejo sebenarnya jatuh cinta kepada Sersan Indah. Tapi cintanya bertepuk sebelah tangan. Karena Sersan Indah akan menikah dengan Gunawan, Guru Ngaji yang dikenal lewat taaruf. 

     Di pesta pernikahan Sersan Indah dengan Gunawan, suasana tiba-tiba berubah kacau setelah kedatangan Slamet Subejo. Mendadak ada sejumlah lebah menyerbu masuk ke gedung resepsi membuat suasana kacau. Beberapa sepeda motor tamu undangan hilang dicuri. Menyangka Slamet Subejo sebagai pembawa ketidak beruntungan, Kakak Sersan Indah mengurungnya di gudang. Dan baru dibebaskan setelah pesta pernikahan usai.

     Pesta pernikahan pun berakhir tidak mengenakan untuk keluarga besar Sersan Indah. Mereka harus mengganti kerugian katering dan sepeda motor yang hilang dicuri. Beruntung keluarga besan Sersan Indah mau ikut membantu menutupi kerugiannya. 

     Slamet Subejo lalu diberi modal untuk buka usaha kuliner dengan modal agar menjauh dari kehidupan Sersan Indah. Tapi belum lama berdiri, usaha kulinernya tiba-tiba bangkrut karena ditemukan adanya hewan di makanannya. Karena malu, Slamet Subejo pergi dari rumah Sersan Indah. 

     Slamet Subejo ditemukan warga dalam keadaan kurang sehat dan tidak terawat. Warga segera membawanya ke Rumah Sakit. Tapi mobil warga yang membawa Slamet Subejo menabrak seorang anak karena ngebut. Si anak terluka parah. Keluarga orangtua si anak tak terima lalu adu jotos dengan warga yang mengantarkan Slamet Subejo.

     Slamet Subejo diam-diam naik ke taksi online yang kebetulan lewat, ia ingin kembali ke rumah milik Sersan Indah. Sampai di sana, ia tak punya uang untuk membayar ongkos taksi onlinenya. Ia mengambil uang di ATM untuk membayar ongkos taksi online-nya. Tapi saldo ATM tak mencukupi. Lalu meminjam ponsel orang untuk menelepon Sersan Indah. Sayangnya, Sersan beritahu kalau ia sudah pindah rumah. Slamet Subejo lari, sopir taksi mengejar. Tak sengaja, ia bertemu Sari, teman masa kecilnya yang kini jadi psikolog. Dan Sari mau membayar ongkos taksi online-nya. Slamet Suubejo mengeluhkan kesialan atau ketidak beruntungannya. Sari memberikan kartu namanya. Tahu Sari seorang psikolog, Slamet Subejo ingin berkonsultasi. Sari tak menolak. Slamat Subejo pun mengatur jadwal konsultasi dengan Sari tentang ketidak beruntungan dalam hidupnya. [Flash Back]. Resepsionis yang sedari tadi menguping pembicaraan keduanys tertawa cekikikan. Huda dan Slamet Subejo tak mengubrisnya.

     Selesai bercerita, Slamet Subejo menangis. Ia merasa hidupnya penuh kesialan yang tiada habisnya. Huda yang mendengarnya langsung menyemangati Huda. Memberinya saran lucu semata hanya untuk membuat Slamet Subejo tersenyum. Dan Slamet Subejo pun kembali tersenyum. Huda jadi senang. Dalam hatinya, ia bersyukur ternyata masih ada yang lebih sial ketimbang dirinya.     

     Slamet Subejo dan Huda berpelukan lama sekali, saling menguatkan satu sama lain. Sari yang baru saja tiba menyangka keduanya penyuka sesama jenis lalu mengusir keduanya. Slamet Subejo dan Huda berusaha menjelaskan yang sebenarnya tapi Sari tak mau mendengarnya. Dan tetap mengusirnya.                                                  

Yogyakarta, 6 November 2022

IG: @herumawanpa

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)