Masukan nama pengguna
"Pesawat terbang, beri aku uang!!!" Teriak Wahidin kecil di waktu itu.
Kini Wahidin kecil sudah tua, usianya sudah 50 tahun. Dia tidak akan pernah mengulangi hal konyol di masa kecilnya dulu; berteriak kepada pesawat meminta uang.
Sekarang sudah jam 4 sore. Seperti biasa wahidin akan pergi ke sawah, mencari rumput untuk pakan kambing yang diternaknya. Sampai di sawah, dipandangnya hamparan luas persawahan yang telah lama dipanen. Yang belum ditanami kembali, karena tandus dan belum masuk musim hujan.
Dia mulai mencari rumput. Setelah mendapatkan rumput setengah kantong besar, Wahidin beristirahat dahulu. Dia duduk di benteng sawah sambil merokok. Tiba-tiba datanglah teman Wahidin yang juga sedang mencari rumput, bernama Darso. Dia duduk menemani Wahidin beristirahat.
Ketika duduk beristirahat bersama, keduanya berbincang santai tentang pemilu presiden. Calonnya ada tiga. Kebetulan pilihan Wahidin dan Darso berbeda. Wahidin mendukung calon nomer 1, dan Darso mendukung calon nomer 2. Perbincangan santai mereka berdua berubah menjadi perdebatan panas. Bahkan keduanya menjadi saling ribut hanya karena kesensitifan mereka yang saling tersinggung satu sama lain.
Ketika mereka sedang dalam perdebatan panas dan hampir bertengkar. Tiba-tiba terdengar suara helikopter (bukan pesawat), terbang di tengah persawahan yang jauh. Wahidin dan Darso melihat helikopter itu menghamburkan kertas yang menyerupai uang banyak sekali. "So darso, lihat! pesawat menghamburkan uang so?!!" Teriak Wahidin. Wahidin dan Darso jadi penasaran, keduanya bergegas lari cepat untuk menuju ke tengah sawah yang menjadi tujuannya. Seperti lomba lari mereka berdua pun berlari beradu kecepatan untuk segera sampai di tengah sawah itu. Setelah keduanya telah sampai, diambilah kertas itu; kertas yang dihamburkan oleh helikopter tadi. Dan mereka lihat bersama. Ternyata itu bukanlah uang, melainkan kertas yang bergambar calon presiden nomer 3. Yaitu calon presiden yang bukan merupakan pilihan diantara Wahidin dan Darso. Membuat keduanya merasa kesal, tapi juga merasa humor bersama. Seketika peristiwa itu membuat keduanya tertawa bersama dan menjadi akur dengan sendirinya.
*Selesai*