Masukan nama pengguna
Hari itu adalah hari kebahagiaan bagi Purwati. Karena dia baru saja pulang ke desa tercintanya. Karena baru pulang, membuatnya rindu dengan aktivitasnya dulu. Dia rindu memetik bunga melati di kebun.
Di Pagi hari, Purwati berangkat menuju kebun melati. Penampilannya masih khas anak kota, jauh dari penampilan para pemetik bunga pada umumnya. Yang biasanya hanya memakai pakaian sederhana dengan topi khas yaitu topi caping.
Purwati berangkat naik sepeda. Dalam perjalanan dia melihat pemuda tampan yang sedang memancing di kali dekat tempat kebun melatinya. Dengan ramahnya Purwati berkata "Amit..." (permisi). Lalu pemuda itu membalasnya dengan senyuman manis. Seketika Purwati merasa terpesona, dan merasakan cinta pada pandangan pertama.
Sampai di kebun melati, Purwati menaruh sepedanya di gubuk sambil memperhatikan pemuda tampan dari kejauhan. Lalu datang pemuda lain berhenti tepat di pemuda tampan tadi, menghalangi pandangan Purwati. Mereka berdua pun tampak mengobrol sebentar, lalu pemuda lain itu melanjutkan perjalannannya.
Belum sempat Purwati pergi dari gubug, pemuda tadi telah sampai di gubug tempat Purwati berada. Dia memarkirkan sepedanya di gubuk yang sama. Purwati melihat pemuda itu, lalu seketika mengalihkan pandangannya dan segera pergi setelah melihat pemuda jelek yang menatap aneh dirinya. Purwati kemudian meletakkan sandalnya di stang sepeda kemudian buru-buru pergi dari tempat itu.
Di kebun melati Purwati bertemu dengan Tasumi, dia adalah buruh pemetik bunga melati yang seumuran dengannya. Orangnya pendiam, pemalu, dan 'maaf' dia tidak cantik.
Ketika Purwati mulai memetiki bunga melati, dia melihat pemuda jelek tadi diam-diam memandanginya sambil memetiki bunga melati dari kebunnya yang bersebelahan dengan kebun melati tempat Purwati berada. Purwati merasa ilfeel lalu mencari cara agar terlepas dari teror pandangan pemuda jelek itu. Kemudian dia mendekat ke Tasumi yang saat itu sedang sibuk memetiki bunga melati. Kemudian dia menghasutnya, "He Tasumi, dari tadi pemuda itu memperhatikanmu?" Tasumi pun melihat ke arah pemuda itu yang kebetulan sedang memandang Purwati yang ada di dekatnya. "Oh iya dia memperhatikanku." Kata Tasumi sambil tersenyum. Purwati pun tersenyum karena telah berhasil mencocokkan mereka berdua.
Ketika pulang Purwati heran, sandal yang dia tinggal di stang sepedanya hilang. Purwati celingukan mencari sandalnya. Saat sedang mencari sandalnya yang hilang, tiba-tiba ada seseorang yang bertanya, "Hai, baru mau pulang ya?" Ternyata dia adalah pemuda tampan yang tadi pagi Purwati lihat. Seketika Purwati merasa grogi. Dengan gemetaran dia menjawab "Iya." sambil mengambil sepeda yang ada di depannya. Tiba-tiba ada Emak-emak berseru, "Hek itu sepedaku!" Purwati terkaget dan merasa malu, karena ternyata rasa groginya telah membuatnya salah ambil sepeda.
Setelah sampai di rumah, dia melihat ada plastik menyelinap di sadel sepedanya. Di dalamnya ada daun bertuliskan nomor telepon. Purwati penasaran nomor telepon siapa itu? Apakah itu nomor telepon pemuda tampan yang tadi dia temui. Karena penasaran dia menghubungi nomor telepon tersebut. Dan dari nomor telepon itu malah mengirim pesan bertuliskan, 'Besok, jam delapan pagi ketemuan di pantai dekat kebun melatimu'.
Ke esokan harinya, Purwati sudah ada di pantai. Tiba-tiba datang pemuda tampan kemarin, berkenalan sambil memberi plastik berisi sesuatu. Purwati terkejut setelah membuka plastik itu. Ternyata isinya adalah sandalnya yang hilang. Purwati pun tersipu malu, ternyata sandalnya dicuri oleh orang yang mencuri hatinya. "Itu di dalam plastik ada tulisan, coba kamu baca!" Kata pemuda tampan. Purwatipun penasaran, Lalu membaca tulisan tersebut. 'Aku cinta kamu, kamu mau nggak terima cintaku?' Begitu tulisannya. Purwati terpatung, matanya terbelalak, dia tidak menyangka perasaannya ternyata terbalas kontan. Lalu dengan yakin dia langsung menjawab di depan pemuda tampan itu, "Iya aku cinta sama kamu?" Mendengar langsung jawaban dari Purwati, Pemuda tampan itu malah terbengong, dan berkata, "Ini yang ngasih ini bukan aku. Tapi ini dari temanku, itu dia orangnya ada di sana (menunjuk), Dia tadi minta tolong ke aku buat ngasih ini ke kamu." Purwati langsung kaget terdiam, ketika mengetahui ternyata tulisan cinta itu bukan dari si pemuda tampan, tetapi dari si pemuda jelek yang memperhatikannya kemarin. lalu tanpa pikir panjang Purwati segera bergegas pergi dengan berpesan, "Tolong bilangin sama dia, Aku NGGAK JADI CINTA."